Menjadi kakak ternyata punya tantangan sendiri. Selain harus bisa menjaga adik dan menjadi contoh baik bagi si adik, kakak juga punya peranan dalam memengaruhi status gizi si sdik lho.
Lalu para kakak kemudian jadi bertanya, "Kok bisa dik?"
Kakak Punya Pengaruh Lebih Besar daripada Orang Tua
Memang anak dengan orangtua obesitas berisiko lebih besar menjadi obesitas. Namun bagaimana pengaruh obesitas dalam hubungan saudara kandung, kakak-adik ya?
Penelitian inilah yang kemudian dilakukan oleh para peneliti dari Massachusetts General Hospital, Cornell University, dan Duke University. Dalam temuan mereka disimpulkan bahwa mempunyai kakak perempuan atau kakak laki-laki yang obesitas lebih menunjukkan indikator obesitas daripada orang tuanya yang obesitas.
Simpulan tersebut ditarik, karena penelitian yang dilakukan pada keluarga dengan dua anak menghasilkan seperti berikut:
- Jika dilihat dari risiko kakak yang menjadi obesitas. Apabila orang tuanya yang obesitas, maka Si Kakak memiliki risiko 2,3 kali untuk menjadi obesitas. Dan angka tersebut bisa melonjak menjadi 5,4 kali bila Si Adik overweight,
- Sementara, dilihat dari risiko Si Adik menjadi obesitas. Pada adik, orang tua yang obesitas tidak berpengaruh (tidak relevan untuk berisiko). Tetapi, risiko adik bisa 5,6 kali lipat lebih tinggi ketika memiliki kakak yang obesitas.
Bagaimana, kak? Risiko yang diberikan kakak yang obesitas pada adiknya memiliki angka yang paling tinggi. Hasil lain dari penelitian juga ditemukan bahwa adik akan lebih rentan lagi jika memiliki kakak yang berjenis kelamin sama. Temuan-temuan ini telah dipublikasikan pada American Journal of Preventive Medicine.
Membandingkan Penelitian dengan Pengalaman Selama Saya Menjadi Adik dan Juga Kakak
Penelitian tersebut makin menarik, karena saya sebagai adik dan juga kakak --karena saya anak kedua-- merasakan ada benarnya juga penelitian tersebut.
Sebagai seorang adik yang mempunyai kakak yang sama-sama perempuan, 'soal makan' kakak memang punya pengaruh yang besar. Setiap makanan yang kakak saya suka, saya menyukainya. Pun jika kakak tidak suka, saya kebanyakan tak ingin memakannya juga. Intinya selera makan saya dan kakak tak jauh berbeda. Pola makan hampir mirip. Apalagi saat masih berada dalam satu atap.
Ini berbeda apabila ada d iposisi sebagai kakak bagi adik laki-laki saya. Saya tidak punya kekuatan untuk mempengaruhi makanananya. Ia punya pilihan sendiri. Apalagi laki-laki, porsi makannya pun lebih jumboo dan gizinya pun sepertinya lebih baik. Hehe.
Saya jadi berpendapat, jika dari penelitian kakak obesitas dapat 'menular' kan pada si adik, jangan-jangan kakak yang tidak obesitas pun bisa menularkan yang sama pula. Karena saya contohnya. Penelitian lanjut masih diperlukan untuk mendukung ini.
Tapi, saya percaya saya tidak obesitas hari ini, karena ada jasa kakak tidak pernah memberikan contoh makan yang 'berlebihan' juga. Yang kemudian, membuat kami bisa saling bertukar baju (meski kebanyakan dengan diam-diam) karena ukuran yang sama.