Karena apa yang sebelumnya tak mungkin, bisa terjadi melalui Kompasiana. Jadi, tak ada kata yang bisa mewakili apa yang sudah terjadi selain “Terima Kasih”. Melihat ke belakang apa yang sudah terjadi banyak yang saya kategorikan sebagai momen terbaik.
Saya tidak menyangka, kalau Gara-gara Kompasiana, Saya dimuat disebuah Majalah."...Sekitar minggu terakhir di Bulan Januari sebuah pesan dari seseorang yang bekerja di majalah menghubungi saya melalui pesan elektronik. Isinya berupa permintaan untuk memasukan artikel yang pernah saya tulis di kompasiana karena dirasa pas dengan tema yang di usung majalah tersebut. Ya, tanpa berpikir panjang saya membalas dan meniyakan permintaan itu. Dan majalah itu akan dicetak untuk edisi bulan Februari..." Bermimpi sampai kesanapun belum pernah saya lakukan. Tapi tanpa perlu bermimpi, ia bisa terjadi begitu saja. Sebelahan sama tulisan Mantan MPR RI lagi.
Kemudian lagi-lagi. Yang ini media cetak koran.Mungkin sudah banyak yang merasakannya? Tapi yang membuat jadi spesial adalah ketika tulisan saya di kompasiana ternyata ditempatkan pada satu halaman dan full color. Dalam kasus ini redaksi gak pernah beritau langsung dan saya pun tidak pernah mengirimkan naskah apa-apa.
Memang sih Tulisan Bisa Kemana-mana Tetapi Tidak Selalu Memberitahu Sedang Dimana . Jadi“...Untuk siapa saja yang ingin menulis, maka segera lakukanlah, eksekusi! Tidak perlu takut. Tidak di highlight, headline, Nilai tertinggi ataupun masuk google tren di kompasiana bukan berarti menulismu sia-sia. Tulisan punya takdir sendiri. Asal kalian ketahui, tulisan saya yang dimuat di koran tersebut tidak mendapat highlight”
Kalau ada yang harus berjuang memasukan tulisan ke meja redaksi dan rela menunggu. Saat di kompasiana tak lagi berlaku hukum itu. Kamu yang akan dicari bukan mencari. Serius nih. Kalau gak percaya, lihat mataku.
Oya, Eksis di KRL gara-gara kompasiana juga pernah . Di tahun lalu, tepatnya (berita disini). Dan, ada yang belum pernah saya ceritakan nih. Saya kira tidak ada efek apa-apa dari pemasangan iklan tersebut, salah rupanya. Ternyata, saya sempat mendapatkan pesan masuk dari beberapa yang sempat melihat iklan itu saat menaiki KRL, dipesan salah satu media sosial saya, bukan kompasiana tapi. Beneran dicari sampe segitunya,
Bertemu orang nomor satu, Mr President. Akibat ber-kompasiana? Iya. Menulis di kompasiana, mengantarkan saya menemui Pak Jokowi di Istana Negaranya. Sebuah sejarah dalam hidup saya, yang tak tahu akan terjadi kapan.
Momen terbaik lainnya adalah ketika tulisan iseng eh malah dibayar. Pernah. Dipercaya mengisi "sehat bareng pakar" gara-gara menulis kesehatan juga suatu kehormatan. Membuat buku,walau keroyokan. Dapat uang karena memang perlombaan?
Bahkan bertemu kamu juga masuk moment terbaik...
3.Karena Kita Bukan Sekadar Akun, Tetapi Ada di Dunia Nyata
Kopdar itu Seru! Maka paling tidak kamu harus sudah melakukannya paling tidak sekali dalam seumur hidup. Hihi. Lebay ya.Tapi lagi-lagi saya memang haru jujur,kan?Semenjak di kompasiana-lah, momen terbaik dari yang terbaik dari kopdar ke kopdar lainnya saya nikmati. Awalnya memang ragu dan wagu. Kita hanya butuh nekat aja lagi sama pede!