Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Di Balik Iklan yang Sering Kamu Anggap Hanya "Numpang Lewat"

13 September 2016   22:17 Diperbarui: 14 September 2016   08:39 631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seberapa sering kamu menontonnya sampai habis? Atau malah tidak pernah memperhatikannya dan memilih berganti yang lain?

Ada yang tidak bisa dijauhkan dari dunia pertelevisian saat ini yaitu iklan. Ya, iklan menjadi salah satu hal yang melekat pada televisi kita. Coba lakukan survei sendiri bila tidak percaya, televisi mana yang tidak kamu temukan iklan di dalamnya?

Sebagai media promosi, beriklan di televisi memang sangat menjanjikan. Terlebih kita sebagai (calon) konsumen juga memiliki kecenderungan untuk tergoda pada sesuatu yang dipromosikan tidak hanya sebatas lewat audio (suara), melainkan akan lebih dimanjakan jika juga dalam bentuk visual (dilihat). Melihat celah itu, maka tidak heran kemudian muncul beragam produk yang juga bersaing lewat media iklan di layar kaca kita.

Biaya Beriklan..
Dilihat dari segi biaya yang dikeluarkan, beriklan di televisi bisa dikatakan tidaklah murah. Bervariasi. Misal, dilihat dari karakteristik stasiun televisi yang diincar (makin terkenal tentu makin mahal),sebagus apa rating acara (penayangan pada acara dengan rating tinggi , akan makin tinggi juga harganya) dan juga waktu yang dipilih (penayangan pada pukul 5 sore sampai 9 malam, dimana penonton televisi sedang banyak-banyaknya, biasanya akan dipatok harga lebih daripada penayangan pada pukul 9 malam ke atas). Bahkan Advertiser (pemasang iklan) rela mengeluarkan biaya sampai 14juta,hanya untuk iklan dalam hitungan menit. Fantastik,bukan?

Tidak perlu berlama-lama untuk takjub atau heran. Karena mereka -advertiser- melakukannya bukan hanya untuk buang-buang uang saja. Melainkan, ada keuntungan yang -berharap- akan tercapai. Mana mungkin mereka memasang iklan dengan harga jutaan jika tidak untuk keuntungan yang lebih besar dari sana. Karena mendatangkan untung lebih, maka mereka terus beriklan dan tetap ada.

Iklan dan Produk Makanan
Produk makanan adalah salah satu jenis iklan yang sering menjadi sela-sela penghias tontonan kita. Sebagai kebutuhan dasar, makanan memang produk yang tidak ada matinya dan punya pangsa pasaran yang baik.

Kita bisa amati bersama, kebanyakan iklan produk makanan telihat seolah-olah -atau memang sengaja- di "lebay"-kan. Seperti, bentuk penyajian yang menggoda dengan kepulan asap menari diatasnya, atau seseorang yang sedang memakannya terlihat begitu menikmati seolah dunia miliknya sendiri. Kemudian kita yang melihat hanya bisa menelan ludah. Dan mulai tergoda, merasakannya juga.

Yaa..dengan juga bermodal ide kreatif, mereka masing-masing menampilkan iklan terbaiknya. Untuk apa?Apalagi kalau tidak untuk membuat kita membelinya dan kemudian mereka menjadi untung. Terlebih,apabila produk yang mereka iklankan berhasil diterima oleh masyarakat, mereka pun berhasil melogoi produk mereka sebagai "brand" yang baik.

Iklan dalam Lingkup Penelitian, Terutama Pada Anak
Penelitian mengenai iklan sudah banyak dilakukan, terutama di luar negeri. Seperti yang telah dilakukan oleh University of Liverpool --dan juga sudah dipublikasikan di The American Journal of Clinical Nutrition-- bahwa iklan makanan yang tidak sehat dapat meningkatkan asupan pada anak. Analisis menunjukan paparan iklan makanan tidak sehat secara signifikan meningkatkan konsumsi mereka, tetapi tidak pada orang dewasa.

Penelitian lain dilakukan oleh McMaster University yang juga telah dipublikasikan oleh jurnal Obesity Reviews. Penelitian yang melibatkan lebih dari 6000 anak-anak ini menunjukkan bahwa pemasaran produk makanan tidak sehat dan juga minuman meningkatkan asupan dan mempengaruhi pilihan makanan pada anak selama atau segera setelah paparan iklan.

Apa yang kita anggap sepele dari sebuah iklan, dan sering kita abaikan, ternyata punya dampak yang tidak disangka,bukan?

Jadilah konsumen yang cerdas yang tidak mudah digoda karena tampilan semata, juga yang bukan hanya membiarkan anak asyik sendiri di depan layar tetapi akan lebih baik turut awasi mereka dalam menonton televisi.Karena iklan, bukan sekadar numpang lewat.

Salam,
Listhia H Rahman

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun