Sekarang aku masih tanpa kabarmu. Tapi smoga Tuhan menjagamu, di sana. Di tempat yang entah. Mungkin sedang bersama seseorang, yang jelas bukan lagi aku.
Aneh. Itu yang aku rasa atau memang nasibnya. Bagaimanapun kamu pernah mengisi hari-hariku, sudah menjadi bagian dari kebiasaan. Tapi kemudian memilih hilang. Ya sudah, biar aku urus sendiri masalah ini.
Aku mengerti. Mencoba, setidaknya. Melepasmu memang tak mudah. Jangan kira aku tak menangis malam itu. Semua yang ditinggal pergi suka melakukannya termasuk aku.
Barangkali kamu lebih suka menunggu, aku juga. Jadi percuma rasanya menunggu siapa. Apalagi sama-sama paham, gengsi itu perlu.
Hingga suatu waktu menunggu menjelma jadi seperti gatal, tidak bisa lama-lama dibiarkan. Dan ternyata aku yang terkena duluan.
Menunggu minta digaruk, gatal minta kepastian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H