Secara sadar, masing-masing dari kita senang sekali menghiasi kehidupan ini dengan (per)tanya(an). Pertanyaan yang tak ada habis-habisnyanya dibahas—atau memang nasibnya-- menjadi bercabang, banyak. Ya, kita secara bergantian beganti posisi menjadi yang ditanya atau penanya. Tentang apa saja, tak terkecuali setelah menyelesaikan sesuatu seperti kuliah.
Setelah hampir empat tahun yang muncul pertanyaan “Kuliah di mana?” yang biasanya berlanjut pada “Semester berapa?” --Ah, iya. Saya tahu saya sudah tidak “imut” lagi ditanya soal pertanyaan tipe itu (lagi)-- dan percakapan pun selesai. Sekarang pertanyaan jadi makin kompleks ketika saya menjawabnya dengan “sudah semester akhir, insha Allah tinggal menunggu wisuda”. Lalu, kebanyakan percakapanpun berlanjut –eh kok makin susah , makin panjang ceritanya dan makin membuat saya baper dan kudu bakoh (jawa ; kuat)-- seperti pertanyaan yang jadi FAQ (Frequently Asked Question) ; “Oh terus mau lanjut sekolah lagi, kerja atau..menikah?”
Tidak ada yang salah memang dari pertanyaan macam itu. Justru, mungkin harus berterima kasih karena telah disadarkan sesuatu. Disadarkan bahwa apa yang telah didapatkan –seperti gelar pendidikan- adalah sebuah batu loncatan bukan garis finish.
Kemanakah akan melangkah kemudian?
Memutuskan untuk Lanjutkan Studi
Mumpung masih muda dan sedang semangat-semangatnya belajar. Bisa jadi alasan yang ingin melanjutkan studi ke jenjang lebih tinggi. Meski orang lain kemungkinan ada yang berkata—atau cukup dipikir dan dibatin--, “Yah..jenuh dong belajar terus..” atau “Nanti pasanganmu takut lagi kalau gelarmu ketinggian”.
Keep calm gaisss...Tenang-tenang, orang lain hanya bisa berkata saja. Toh, mereka tidak (mau) tahu apa yang sedang direncanakan setelahnya. Ya, mencari ilmu tidak hanya selesai ketika toga dipindahkan,kok. Melanjutkan studi dan merasa mampu, kenapa harus bingung apa kata orang.
Jadi lanjut?
Memilih Menjadi Pencari Kerja dong
Sebagai fresh graduate yang (akan) banyak diincar tempat kerja. Pilihan untuk mencari lowongan pekerjaan yang sesuai bidangnya tentu jadi tujuan setelah mendapatkan gelar sarjana. Terlebih yang didapatkan bukan hanya pengalaman saja, melainkan juga merasakan bagaimana digaji dan menghasilkan uang sendiri. Ya, setelah semester demi semester berkutat dengan buku, tugas dan dosen. Saatnya suasana baru, kerja kerja kerja.
Barangkali memilih untuk mencari pekerjaan bisa disama dengankan untuk bebas jadi apa saja. Karena kita bebas mendapatkannya dengan; lamaran kerja yang kita masukkan di tempat-tempat yang kita mau –offline atau online-, mendatangi job fair yang dilihat cukup menarik atau syukur-syukur ada yang melirik.
Mengikrarkan Janji Suci, Menikah #ciee
“Kamu udah coba lamar dimana aja?”
“Yah..malah aku yang dilamar sist..”
Bagi yang sudah punya dan merasa cocok dengan pasangannya. Arti setelah menjadi sarjana adalah tanda gerbang menuju pelaminan yang terbuka lebar. Menerima Ijazah kemudian diijab sah, katanya. Ya, kalau memang sudah ada dan mantap, mengapa menunggu lama-lama? Apalagi jika restu orang tua juga didapatkan. Menikahlah. *Jangan lupa undangannya ya*
Memang ada masanya, di mana umur-umur seperti kita ini –setelah lulus- menjadi sering kedatangan undangan. Bukan lagi tentang ulang tahun lucu-lucuan, tetapi pernikahan yang membuat kepikiran kapan giliran #eh
Apapun pilihannya..
Semua orang punya rencana hidupnya sendiri-sendiri. Punya alasan juga pilihan yang tak sepatutnya dicampuri. Lanjut,Kerja atau Menikah bukanlah hal yang berdiri sendiri. Kelak nanti akan kita kombinasikan juga.
Misal, ada yang memang berencana setelah sarjana menikah, lalu baru cari kerja kemudian kok ada kesempatan lanjut, ya lanjut. Atau bisa lanjut dulu, kemudian cari kerja, sudah mantap baru menikah. Bisa juga, cari kerja dulu, eh ditempat kerja dapat pasangan terus menikah. Ya, siapa tahu?
Hidup adalah pilihan. Pilihan yang kamu pilih dan jalani sendiri. Jalan orang berbeda-beda. Jadi, tidak perlu dipaksakan sama. Sekali lagi, entah mau melanjutkan studi, kerja atau menikah. Nasib pertanyaan masih akan sama, sama-sama akan terus berlanjut. Tentang apa saja. Dan kembali pada poin di paragraf pertama.
Anggap saja, bukan tentang jawabannya harus apa, tapi karena kita memang suka membuat pertanyaan.
Trus jadinya apa? #ehhh
Salam,
Listhia H Rahman