"Kamu ingat terakhir kali kamu meneleponku?"
Tiba-tiba pertanyaan itu muncul dalam benakku. Aku tahu, kamu tak akan menjawabannya. Karena aku juga sudah enggan menanyakannya langsung padamu saat ini. Bukan. Bukan aku tak berani. Aku pernah berkali-kali, dan jawaban yang aku dapat tak pernah apa yang aku mau.
1/
"Sayang, ini udah malam..besok aku kerja"
2/
"Jangan sekarang ya, pulsaku habis"
3/
"Aduh, wifinya ngadat!"
4/
"Sebentar, aku lagi ada urusan"
5/
"Besok aku telpon ya.."
6/
Kemudian tak pernah terjadi
Selalu ada jawaban yang itu-itu lagi. Lagi-lagi intinya sama, cuma kamu buat variasi.
Bukan, aku bukan tak percaya padamu. Juga bukan berarti menghiraukan urusan kehidupanmu yang lain, selain aku.
Tapi, aku justru takut sesuatu. Takut, jika kamu ternyata menemukan seseorang yang lebih asyik untuk kamu dengar suara dari sebrang sana, bukan aku.
Dan ada yang aku lebih takutkan sebenarnya. Seseorang meneleponku, tapi bukan kamu. Yang lama-lama aku merasa,dia menaruh sesuatu dan aku justru menjadi nyaman.
Coba kamu ingat sendiri tanpa aku perlu bertanya:
Kapan terakhir kali kamu luangkan waktu untuk mendengarkan ceritaku, yang meski banyak tak pentingnya, dari telinga kirimu?
Lihatlah lagi, adakah namaku ada di log panggilan keluar di telpon genggamu saat ini dan juga sebelum-sebelumnya?
Aku memang suka kata-kata, tapi itu saja tak cukup membayar kilometer jarak diantara kita.
**
Apa kamu percaya aku baik-baik,saja?
Suaraku parau mau flu, dan kamu tak akan tahu.