Pagi-pagi cuaca Balikpapan seperti senang menyuruh saya untuk tetap tinggal. Hujan yang tidak berhenti sampai menjelang siang jadi teman yang tiba-tiba datang mengajak berdiam. Padahal, rencananya hari ini kakak akan mengajak saya untuk pergi ke Pasar yang letaknya ternyata juga tak terlalu jauh dari tempat tinggal.
Lambat laun, matahari akhirnya tak malu lagi. Sinarnya mulai terlihat dan hujan pun lama-lama terhenti. Pukul dua siang rencana segera dieksekusi. Angkutan umum dipilih untuk mengantarkan kami. Nah, perbedaan dengan di Jawa, Angkutan umum di Balikpapan ternyata memiliki bangku penumpang yang posisinya menghadap kedepan (seperti mobil pribadi umumnya). Tidak seperti angkutan di Jawa yang sering saya naiki , yang biasanya mempunyai tempat duduk saling berhadapan. Ongkos yang dibayar pun lebih mahal, Jika biasanya di Semarang jauh-dekat sebesar 4000 rupiah, di Balikpapan sebesar 5000 rupiah.
Tidak perlu waktu lama untuk sampai ke tempat tujuan. Sekitar enam menit dan kami diturunkan tepat di Pasar yang dituju. Adalah Pasar Inpres Kebun Sayur.
Lho, Siang-siang kok Baru ke Pasar, Sayurnya Udah Habis Tho, Mbak!
Mendengar dari namanya memang membawa pemahaman pada pasar yang menjual beraneka sayur. Seperti pada umumnya pasar yang tersebar dan sering di kunjungi Ibu-ibu. Tapi, di Balikpapan beda cerita soal Pasar Inpres Kebun Sayur yang terletak di Jalan Raya Letjend. Soeprapto ini.
Sedikit Sejarah Pasar Inpres Kebun Sayur
Semua punya masa lalu, tak terkecuali dengan pasar bernama kebun sayur. Tepat pada tahun 1983, Walikota Balikpapan -Syarifudidn Yoes- meresmikan Pasar Inpres Kebun Sayur yang kemudian sampai sekarang dikenal sebagai salah satu tempat destinasi wisata yang wajib dikunjungi para pelancong. Kembali soal nama. Kata “Inpres” yang terselip di nama pasar ini juga menjadi sejarah. Bahwa lahirnya Pasar Kebun Sayur adalah atas dasar Intruksi Presiden (Inpres) Soeharto pada tahun 1981. Sampai sekarang, kata “Inpres” masih dipakai dan terpampang jelas di bagian depan pasar.
Tempat Manjakan Mata Wanita