Usia muda adalah usia dimana banyak membuat rencana-rencana. Saking banyaknya rencana yang dibuat tidak sedikit juga rencana yang bernasib menjadi wacana. Masih menganggap punya banyak waktu , membuat rencana yang sudah dibuat entah kemana dan seenaknya ditunda. Padahal,siapa tahu masa depan yang kelak akan datang.
Perencanaan Bukan Hanya Ketika Menjadi Orang Tua
Anggapan bahwa merencanakan adalah tugas orang tua saja, tentu salah besar. Sebagai kaum muda, yang sedang semangat-semangatnya, merencanakan masa depan adalah bagian yang paling penting. Masa depan dengan hidup bahagia dan sukses, siapa yang tak menginginkannya? Ya, masa muda adalah masa yang paling tepat untuk merencanakan itu semua.
Tentu banyak hal di masa depan yang ingin kita rencanakan saat ini, mulai dari pendidikan, pekerjaan sampai rencana menuntaskan masa lajang alias menikah yang ujung-ujungnya bermuara juga pada rencana keuangan. Ya, pendidikan pasti memerlukan biaya, pekerjaan untuk mencari pendapatan dan juga pernikahan yang perlu modal.
Mendisiplinkan Diri Sendiri dengan Menjadi Matre
Mau merencanakan keuangan yang baik demi kelangsungan masa ini dan masa depan? Matrelah. Lho kok matre sih? Matre disini bukan berati mata duitan yang hobinya hura-hura atau foya-foya. Lalu?
Seperti yang dijelaskan oleh Pak Ang Tek Khun, salah satu kompasianer asal Jogja yang turut menjadi pembicara di Acara Nangkring Kompasiana bersama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Hotel Grand Aston Yogyakarta (23/4), Matre diartikan sebagai membagi,mengurangi, menambah mengalikan.
Bagaimana penerapannya jika ingin kita lakukan juga?
Mengurangi yang tidak perlu. Kadang disela-sela tugas perkuliahan atau tugas-tugas yang minta dikerjakan membuat pikiran menjadi jenuh. Rasa ingin jalan-jalan bersama teman, pergi ke cafe yang sedang nge-hits , karokean , nonton bioskop, sampai beli sesuatu di pusat perbelanjaan jadi pelampiasan. Memang sah-sah saja sesekali untuk hiburan,tapi bagaimana jika keterusan? Ya, sadar-sadar sampai di kosan nasib dompet sudah tragis. Alhasil, esoknya makan pun hanya soto,rendang atau tongseng. Dalam bentuk mie instan. Nah, bijaklah soal ini-ingat kurangi hal-hal yang tidak sebenarnya diperlukan. Sesekali sih, boleh. Banyak kegiatan yang tidak perlu menguras dompet tapi bisa membuatmu bahagia kok.
Menambah pundi-pundi. Tapi aku masih kuliah? Hmmm.. Banyak cara mendapatkan uang meski masih berstatus mahasiswa. Mengajar privat les bagi anak sekolah, menjadi penulis lepas , pengisi acara, menjual barang kreasi atau bahkan bisa juga dengan danus-an di kampus seperti menjual jajanan atau minuman. Mahasiswa kreatif,kan?
Mengalikan. Dalam hal ini bisa dalam bentuk investasi. Meski masih asing dilakukan oleh yang muda. Tidak ada salahnya mencari-cari dan menambah informasi. Lumayan, bisa jadi modal kelak jika keuangan sudah stabil.
Mari Memulai Rencana..
Pasang Target dan Perkirakan
Seperti anak panah yang harus punya arah. Pun begitu dengan masa depan seperti apa yang kita inginkan. Muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk surga? Begitu yang kebanyakan diinginkan. Tapi, apa iya semudah dikata?
Misal,tahun 2019, Saya ingin menikah , dana yang diperkirakan 200 juta-an. Gitu ya,kak?
Mulailah yang terdekat. Misal pasang target pengeluaran perbulan.
Contoh kasus :
Orang tua setiap bulan mengirim 1.000.000 untuk uang makan. Nah, apa uang tersebut harus habis benar-benar untuk makan? Buatlah target perhari Rp 30.000. Jika perbulan (30 hari) maka uang yang dihabiskan sekitar Rp 900.000. Sisa seratus ribu bisa disisihkan tiap bulannya. Dalam setahun ada 1,2 juta. Lumayaaaan!
Menabung di Bank, Tidak Perlu Takut Hilang Lagi
Kan ada dompet? Apa iya, ngga tergoda buat beli lipstick.
Membuka rekening di bank, baru saya lakukan saat menjadi mahasiswa. Bapak-lah yang sewaktu itu menyuruh saya untuk membuka di salah satu bank guna memudahkan bertransaksi seperti membayar kuliah, mengirim uang , atau Alhamdulilah menjadi alat untuk mendapatkan uang tambahan. Dari hasil nangkring di Yogyakarta bersama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) lalu, makin meyakinkan saya untuk tidak perlu ragu mendatangibank lagi. Karena segala uang yang tersimpan ternyata sudah dijamin.Adanya deposit Insurance - metode yang telah diterapkan di banyak negara untuk melindungi nasabah penyimpan bank baik secara penuh atau sebagaian dari kerugian yang disebabkan ketidakmampuan bank untuk mambayar utangnya- adalah alasannya.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mungkin masih belum familiar didengar masyarakat kita. Tapi, lembaga ini sebenaranya sudah beroperasi sejak sebelas tahun silam atau tepat di tahun 2005. Hal-hal tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Fungsi dan Tugas sudah tercantum di UU No.24 Tahun 2004. Bukan hanya bank dengan sistem konvensional saja yang menjadi tanggungjawab LPS , tapi syariah pun dijamin. Sampai februari 2016, sudah ada sekitar 118 bank umum (Bank Asing, Bank Campuran, Bank Swasta Nasional, Bank Pembangunan Daerah), dan 1800 BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang menjadi perserta penjaminan. LPS juga telah melakukan penanganan klaim terhadap 68 Bank yang dicabut izin usahanya dan 64 bank telah selesai proses rekonvernya.
Namun, tidak semua nilai simpanan bisa dijamin oleh LPS. Maksimal nilai yang dijamin adalan Rp 2 Miliar per nasabah per bank. Jadi jika kita mempunyai tabungan dengan nilai simpan 5 miliyar di bank A , maka LPS hanya dapat menjamin uang sebanyak 2 Miliarnya saja, sedangkan 3 miliyar harus kita ikhlaskan. Nah, untuk menghindari kejadian tersebut, jika nilai sudah lebih dari 2 miliar lebih baik buka rekening di bank lain.
Tidak Semua Simpanan dijamin
Adapun simpanan yang dijamin oleh LPS untuk bank konvensinal adalah seperti tabungan, deposito, giro, sertifikat deposito dan atau yang dipersamakan dengan itu. Sedangkan untuk bank syariah seperti giro wadiah, giro mudharabah , tabungan wadiah dan simpanan lain yang berdasar prinsip syariah yang telah disetujui.
Perhatikan juga syarat-syarat simpanan agar layak bayar oleh LPS. Adalah 3T yaitu Tecatat pada pembukuan , Tingkat bunga simpanan tidak melebihi tingkan bunga oenjaminan (tidak berlaku pada bank Syariah) dan Tidak melakukan tindakan yang merugikan bank misalnya kredit macet. (Pada bank syariah tidak terdapat tingkat bunga).
LPS Bukanlah Makhluk Jomblo
Dalam kerjanya LPS tidak sediri, bersama otoritas lain (Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Kementerian Keuangan) turut aktif dalam menjaga stabilitas sektor keuangan di Indonesia. Oya, nantinya laporan keuangan LPS akan diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK-RI),lho.
Pertanyaan selanjutnya, apa kita dibebani biaya agar simpanan dijamin? TIDAK! Karena ternyata bank tempat kita menimpan telah menanggung biaya penjaminannya. Beberapa sumber dana LPS berasal dari modal pemerintah sebesar 4 trilian, kontribusi kepesrtaan dari bank peserta, premi dari bank dan hasil pengembangan akumulasi premi. Jadi bukan mustahil, jika klaim simpanan yang telah dibayarkan oleh LPS mencapai Rp 775 miliar.
Masih muda, waktunya foya-foyalah! Uangkan tinggal minta ke ortu!
Kamu tidak pernah tahu bagaimana perjuangan orang tua , sebelum kamu merasakan menjadi orang tua. Tapi, bukan berarti harus menjadi orang tua untuk mengerti. Perjalanan kita , kaum muda memang masih panjang, tapi bukan berarti menunda untuk berencana.
Kata Bapak Anies Baswedan, Anak Muda tidak menawarkan masa lalu, tapi Masa depan!
Yuk, rencanakan bukan hanya menatap masa depan.
Listhia H Rahman
Silakan berkunjung ke :
@lps_idic
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H