[caption caption="dinayuuhuu.files.wordpress.com I Kapan ya?"][/caption]Kaca mata, masker, jas hujan, jaket, bensin yang penuh: Semua siap! Satu lagi yang tidak ketinggalan dan paling penting dibawa, nekat yang banyak.
Pagi ini, untuk pertama kalinya, saya memutuskan pergi ke Jogja dengan motor, sendiri. Bagi orang lain mungkin bukan bentuk prestasi, tapi bagi saya khususnya di keluarga, ini adalah pecah rekor. Bapak tak pernah seutuh hati membiarkan anak perempuannya (saya dan kakak) pergi jauh dengan motor (bahkan kalau saya ke Semarang juga), karena lebih baik Bapak yang antar dengan si roda empat sampai terminal kemudian lanjut dengan kendaraan umum atau dengan nebeng. Hmmm. Tapi, runtuh juga itu semua. Kali ini, Bapak ijinkan dan juga sepaket dengan Ibu.“Boleh, tapi harus mantep!”
Mantep!
Untuk sesuatu yang saya ingini, pasti. Ditambah nekat, ya jangan ditanya menggebu-gebunya. Menuju Yogyakarta , yang jalannya masih asing, karena lebih sering keliling Semarang. Bismillah. Sekalian uji coba SIM C yang baru dapat kemarin. Haha.Ya, setelah sekian lama , beredar di jalan, tanpa kartu putih itu. Tapi, ndilalah belum pernah ke tilang lho. Bejo. Mohon maaf Pak Polisi -_-
Kembali ke Jogja...
Malam hari sebelumnya, saya sempat menghubungi teman-teman yang kuliah di Jogja. Tetapi, sebagian besar ternyata berada di rumah, Temanggung. Maklum akhir pekan, waktu yang pas untuk berkumpul bersama keluarga bagi mahasiswa perantauan yang jaraknya juga terjangkau. Diantara yang sebagain besar itu, ada sebagian kecil yang masih bertahan di Jogja. Sisa satu. Kemudian, saya meminta bantuan padanya untuk menjadi petunjuk arah menuju tempat yang saya maksud. Ya, bukan tak percaya GPS lho.
Pagi harinya, sebuah pesan saya terima, dari teman saya yang akan membantu. Ternyata kuliahnya tak bisa ditinggalkan. Jadilah, dia tak bisa menjemput dan menjadi petunjuk arah untuk saya. Alternatif lain, dia menawarkan adiknya. Baiklah.
Jam tujuh, setelah mengantar Ibu ke sekolah, saya berpamitan dan memulai perjalanan. Sepanjang jalan, tak ada kendala yang berarti. Lancar..sangat lancar..Jalan arah Magelang-Jogja juga tak neko-neko, banyak lurusnya dan lebar lagi. Jadi ndak rebutan sama kendaraan yang lainnya.
Sekitar jam setengah sembilan, saya sampai di Jogja. Tempat janjian yang saya dan adik teman saya sepakati diawal adalah di sekitar Monumen Jogja Kembali. Tetapi, inilah saya, yang suka keblabasen. Alhasil, saya melewatinya dengan “aduh”, kemudian memilih belok kiri di jalan berikutnya. Karena jalan aman sebelum benar-benar kesasar adalah diam dan memarkirkan di tempat yang memungkinkan.
Syukurlah, saya meminta bantuan pada orang yang tepat, yang benar-benar tahu jalan Jogja. Cukup saya beri foto dan lokasi saya berada, tak selang beberapa lama adik itu muncul juga.
“Mbak Listhia, ya?”