Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Main Sepak Bola atau Serial Drama FTV?

22 Juli 2015   23:40 Diperbarui: 13 Agustus 2020   10:10 1712
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gara-gara nonton Mata Najwa, tiba-tiba terbersit untuk menuliskan soal sepak bola. Jarang-jarang tulisan saya nyangkut di kanal olahraga, ya mau bagaimana lagi maunya sih di catatan harian, eh tapi udah engga ada.  Menyelingkuhi tulisan deh sekali-kali. Baiklah, memang saya ngga ngerti banget soal namanya sepak bola, cuma ngerti gol ,  tendangan sudut , pinalti ya yang umum-umum aja sih.

Tulisan ini terlahir karena saya gemas dengan apa yang saya kemudian tahu tentang apa yang terjadi pada persepak bolaan Indonesia. Gemas bukan karena unyu-unyu tapi gemas yang sedih dan mungkin inilah hal yang semestinya pantas digalau-i. Memang saya tidak bisa membahasnya secara komprehensif karena kembali lagi saya memang tidak mengerti banyak soal sepak bola, orang awam. Saya hanya satu dari ratusan juta penduduk Indonesia yang mendukung garuda untuk menjadi lebih baik, salah satunya saat di lapangan, itu saja.

Saya memang tidak selalu menonton pertandingan sepakbola, paling sering kalau Indonesia main lawan negara lain, misal Malaysia. Sebagai penonton yang juga menjadi pendukung kesebelasan garuda, sungguh saya selalu merasa ikut terbawa suasana di lapangan sepak bola. Ya, padahal itu hanya lewat layar kaca entah bagaimana yang menontonnya langsung disana mungkin suara saya habis hanya untuk teriak yang tidak jelas nadanya (tapi jelas cemprengnya). 

Saya merupakan salah satu penonton dan pendukung Indonesia yang agak lebay (baca:berlebihan).Berlebihan karena saya kadang memilih pergi ke kamar dan menyendiri ketika pemain Indonesia sudah tidak ada harapan sampai detik terakhir atau bahkan sampai menangis pun pernah. Lebay, kan? Bahkan saya pun sempat berlagak jadi (sok) komentator dengan menuliskan sebuat catatan, contohnya pada empat tahun silam. Ya, gitulah.. tim sepak bola Indonesia selalu berhasil membuat hati saya ikut di permainkan kesana kesini dan gol #apasih

Kembali ke Mata Najwa malam yang membahas tentang si bundar ini. Selama menonton saya cuma bisa menghela nafas panjang dan berkata “Ya ampuuun ternyata begini yang terjadi..”. Jujur, saya baru  tahu jika di sepakbola pun ada dramanya. Saya kira drama cuma ada di cinta-cintaan. Ternyata sepak bola pun ada skenarionya. Ah iya, saya jadi berpikir lagi. Sebenarnya ini sepak bola atau sinetron 90-menitan kayak ftv. 

Skenario  Pengaturan Skor

Lagi-lagi saya melongo. Ternyata sepak bola ada sutradaranya, dan kali ini si sutradara bisa mengatur apa yang ia kehendaki, skornya bisa di-request. “Yaa ampunn ternyata begini”, batin saya lagi. Saya baru tahu, ternyata gol pun bisa diatur pada menit keberapa. Seperti yang diungkapkan di acara tersebut. Ada yang menyebutkan bahwa gol harus terjadi di menit ke-70. Dan terjadi di menit ke 70 beneran lho. Kok bisa? Konon ada yang ngodein. Duh, sistematis sekali. Ternyata di persepakbolaan pun ada kode-kode-an, bukan hanya saat kamu lagi PDKT ke gebetan. Ah!

Dari skenario ini, mereka (baca: semua yang terlibat atas keberhasilan pertandingan yang telah dirancang) akan mendapatkan uang. Ya, lagi-lagi uang memiliki kekuasaan tertinggi disini. Kalau saya tidak salah menyimpak, dalam sebuah pertandingan yang melibatkan satu kesebelasan dan 3 pemain cadangan yang ikut bermain waktu itu bisa mengantongi uang sebesar 2,5 juta rupiah. Lumayan banget untuk (skenario) selama 90 menit. Yakan?

Jangan Kecewakan Kami,Supporter!

Dari kejadian ini,  supporter sepak bola menjadi salah satu yang dikecewakan berat. Supporter yang  rela melakukan apa saja demi tim kesebelasannya, yang membanggakan nama timnya ketika mendapat piala dengan riang gembira, yang selalu tetap mendukung meski kecewa berkali-kali karena timnya tak kunjung menang. Supporter tak pernah minta dibayar,toh? Jangan ada lagi, skenario ini lagi. Bermainlah semampunya, bukan karena uangnya. 

Sepak bola adalah permainan rakyat yang banyak disukai. Jadi, kenapa harus dikotori dan dikhianati? Jangan ada lagi mafia sepak bola. Indonesia rindu memiliki tim kesebelasan sepak  bola yang bermain dari hati. Ini sepak bola bukan serial ftv. Buat apa pakai skenario lagi?

Berita yang sedang hangat-hangatnya adalah salah satu wasit Indonesia ada yang mahir melakoni ini. Sebut saja bapak Nasirrudin yang "bermain apik" dalam skenario pengaturan skor di SEA Games antara Timor Leste vs Malaysia. Bapak kenapa kau melakukan ini semua? Mungkin benar kata Menpora- Imam Nahrawi-perstiwa itu harus memotori pemberantasan mafia sepak bola di Indonesia. 

Buat pemain dan segala yang terlibat didalamnya, bertanyalah pada diri sendiri : Mau main sepak bola apa sandiwara? Kalau mau main bola, bermainlah yang benar. Kalau sandiwara, daftar aja jadi pemain ftv. Jangan keduanya, jadi sepak bola rasa ftv. bingung dah!

tapi saya engga pernah bingung untuk mendukung kamu Indonesia, iya kamu. 

Salam dari supporter yang aku mah apa atuh,

Listhia H Rahman

 

ilustrasi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun