Semenjak memiliki online shop baju (meski lebih banyak dibeli sendiri) dan menginjakkan kaki ke tanah abang, saya agak sulit tergoda dengan berbagai macam produk fashion. Alasannya simple saja, saya sudah mengetahui harga asli dari baju-baju tersebut (meski mungkin beda harga karna beda bahan). Membandingkan harga dengan yang saya ketahui membuat saya gagal membeli baju terutama saat lebaran.
Ya, saat lebaran harga-harga baju dinaikan. Meski alih-alih diskon berpuluh-puluh persen. Harga yang didiskon itu sepertinya memang harga aslinya deh. Godaan bapak seperti, “Ayooo, beli aja terserah yang mana”. Tetap membuat pendirian saya kokoh dengan jawaban ,”Pah, gimana kalau mentahannya aja.”
Oleh karena itu bagi saya, beli baju baru tidak merupakan kewajiban yang harus dilakukan saat lebaran. Karena baju yang tidak dibeli saat lebaran yang masih bagus dan pantas dikenakan pun bisa digunakan. Namun sah-sah saja jika ingin membeli baju baru , tapi jika tujuannya untuk pamer , buat apa sih?
Dalam agama pun telah disebutkan dalam surat Al-A’raf 7 : 31 yang artinya “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan”
Lebaran : Bukan masalah baju barunya, tapi hatinya. Seperti kata Dhea Ananda , “Baju baru... Alhamdulilah,tuk dipakai di hari raya. Tak punyapun tak apa-apa masih ada baju yang lama”. Gunakanlah pakaian terindah sebagai rasa syukur pada Pencipta, dan yang terindah tidak mesti harus baru kok.
Pertanyaan “ Kapan Nikah”
Namun bersiaplah menghadapi kenyataan yang ada, momen keluarga pun (sering) menjadi alasan untu ber-keporia (ingin tahu, banget) soal apa saja. Bersiap-siap lah yang menjadi sasaran untuk hal ini.Salah satunya adalah para kaum yang masih jadi single (elegan). Ya, contohnya pertanyaan yang paling dihindari namun paling sering muncul adalah “Pertanyaan kapan nikah?”. Bisa dibilang pertanyaan ini dari sisi kebaikan merupakan bentuk perhatian, namun disisi lain juga merupakan bentuk pem-bully-an. Ah!
Sebagai seseorang yang mempunyai kakak ( yang pada akhirnya) sudah menikah, ternyata pertanyaan semacam ini akan bergilir pada saya juga. Baiklah, siapkan mental saja meski hati pun membela. “Tenang, ini lebaran bukan lamaran, tanya “ kapan nikah” mulu, ikutlah mencarikan”, begitu mblo. Semoga lebaran berikutnya segera membawa gandengan. #aminn
***
kue-kue di meja itu ungkapan kebahagian yang dibagikan, baju tidak melulu yang penting hati baru, dan pertanyaan “nikah kapan” biarkanlah kehidupan yang menjawabnya. #cieeee