Listhia, No 81
Hampir genap satu bulan, aku menyimpan perasaan ini. Aku masih belum menemukan bagaimana cara memberikannya karena untuk bertemu pun aku sudah ditolak dulu.Jika dunia membuat kontes orang terpayah, akulah pembawa pialanya. Sherly, gadis yang selama ini memenuhi gyrus-ku.
Tanpa perlu riasan wajah, kulitnya yang hitam manis lengkap dengan senyum simpulnya sudah membuatku jatuh hati.Tidak seperti gadis yang sebelumnya aku dekati, Sherly selalu menolak untukku ajak pergi ke Mall atau berbincang ditemani honey mint frappuccino dan sepiring kentang goreng. Alternatif lain, kali ini aku mengajaknya ke Toko buku saja, dan ia ternyata mengiyakannya.
Pukul empat sore kami bertemu di Toko buku yang dijanjikan.
“Sherly, kenapa kamu selalu menolak ajakkanku?” aku membuka perbincangan sembari menaiki anak tangga menuju lantai satu tempat utama toko ini.
“Karena mauku adalah membeli barang tanpa harus melihat label harga dan uangmu saja masih meminta. ”
“Makan di cafe?”
“Karena aku ingin makan banyak tapi engga mau gendut”
Sesampainya di lantai satu.
“Ada buku yang ingin kamu cari?” pertanyaan balik untukku.
“Tidak”
Karena hari ini aku ingin mencari tahu perasaanmu, Sherl!
Sayup-sayup lagu “Pemuja Rahasia” milik band asal Jogja memenuhi atmosfir ruangan ini. Toko buku sepertinya lebih bisa membaca perasaanku. Ah!
****
gyrus : lekukan otak
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community disini
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H