Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Apa Kabar Balita-balita Indonesia Hari Ini?

8 April 2015   20:58 Diperbarui: 12 Agustus 2020   09:35 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayi dikatakan BBLR jika saat lahir memiliki berat badan <2500 gram. Jika diamati melalu data, terdapat pengurangan prevalensi dari 11,1 persen ditahun 2010 menjadi 10,2 persen di tahun 2013, turun sebesar 0,9 persen. Pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Provinsi terendah prevalensi BBLR adalah Sumatera Utara (7,2%) sampai yang tertinggi di Sulawesi Tengah (16,9%). Dan di tahun 2013, pertama kalinya dilakukan pengumpulan data panjang bayi lahir, dengan angka nasional bayi lahir pendek <48cm adalah 20,2 persen, tertinggi di NTT dan terendah di Bali.

Imunisasi

Terdapat perbaikan imunisasi lengkap yang angkanya meningkat dari 41,6 persen (2007) menjadi 59,2 persen (2013). Namun,  masih dijumpai 32,1 persen yang diimunisasi tidak lengkap dan 8,7 persen tidak pernah di imunisasi. Alasan tidak diimunisasi adalah antara lain takut panas, sering sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat imunisasi, serta sibuk/repot.

Pelayanan Kesehatan Anak

Ada kecenderungan membaik dengan kunjungan neonatus (KN) lengkap meningkat sebesar 7,5 persen , pemberian kapsul vitamin A meningkat sebesar 4 persen dan menyusui hanya ASI saja dalam 24 jam terakhir pada umur 6 bulan meningkat hampir dua kali lipat yaitu dari 15,3 persen (2010) menjadi 30,2 persen (2013). Demikan pula insiasi menyusui dini ,1 jam yang meningkat 5,2 persen.

Cacat

Terdapat prevalensi anak cacat usia 24-59 bulan yang disajiakn Riskesdas 2013 baik akibat kecelakan maupun penyakit. Presentase anak tuna wicara dan tuna netra meningkat hampir 2 kali lipat dibanding Riskesdas 2010.

Itulah beberapa informasi yang didapat dari Riskesdas 2013 dibandingkan dengan data 2010 dan 2007. Lalu siapa yang patut untuk disalahkan atas kejadian ini? Lagi-lagi, kesadaran (calon) ibu  khususnya dan masyarakat umumnya perlu ditingkatkan lagi. Bayi belum bisa merawat dirinya sendiri, dengan  kesadaran dan pola asuh yang benar dari orang dewasa mungkin kejadian-kejadian yang disebutkan diatas dapat dikurangi ataupun tak ada lagi.

Ingat berikanlah yang terbaik untuk wanitamu , karena wanita yang ingin dimengerti itu toh akan menjadi calon ibu dari anak-anakmu..

Apa kabar balita-balita Indonesia hari ini?

Salam sehat , Balita Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun