Jika dulu waktu TK kau pernah menggambar dua buah gunung, dengan satu jalan ditengah kemudian persawahan terbentang luas disana. Itu bukan hanya imajinasi masa kecilmu. Gambar itu nyata ada, Temanggung namanya. Ya, Temanggung memang berada diantara dua gunung yaitu Sumbing dan Sindoro dengan persawahan yang masih bisa kau temui. Iklim kota ini sejuk apalagi ditambah dengan orang-orang yang murah senyum. Setidaknya slogan kota ini akan mencoba mendoktrinmu “Temanggung Bersenyum : Bersih Nyaman untuk Umum”.Memang aku tidak terlahir di kota ini , namun hampir lebih dari separuh usiaku saat ini aku telah berada disini. Akupun sudah mengganggap kota ini sebagai kota kedua setelah Tasikmalaya, kota kelahiranku. Namun, bukan hal ini yang ingin aku ceritakan pada kalian.
Pagi ini di alun-alun Temanggung ada sebuah pemandangan yang berbeda dari minggu biasanya. Ada keramaian disini dengan panggung - traktat-beberapa kursi dan meja serta yang terpenting adalah seperangkat gamelan yang siap ditabuh. Sebuah Pentas seni. Ketika aku mencoba mengingat-ingat hal penting yang terjadi pada tanggal 19 Oktober , sepertinya tidak ada apa-apa. Seingatku, ulang tahun Temanggung masih bulan depan-November.
Keramaian yang terjadi di alun-alun sejak tadi pagi hingga sore ini memang sebuah Pentas Seni atau lebih megahnya sebuah "Pagelaran seni". Oya, terdapat juga tulisan “Mahendra Siswa Budaya” cukup besar menjadi latar belakang panggung kali ini . Rupanya pentas yang akan berlangsung ini adalah pentas dari sebuah sekolah, SMK Negeri Tembarak. Total hampir 8 jam aku habiskan untuk melihat para anak muda menampilkan kebolehannya menari garapan khas kota Temanggung-an. Sungguh aku tidak merasa rugi justru sebaliknya. Suguhan yang mereka berikan secara keseluruhan memuaskan. Sampelnya adalah aku sendiri . Mereka tampil luwes, total dan begitu apik. Tidak heran jika selama berlangsungnya pentas penontonpun makin membeludak dan sasarannya begitu pas : anak kecil banyak sekali bertebaran di sekitar arena pertunjukan.
Aku : "Dek takut gak lihat yang beginian *kuda lumping*?"
Adik : "engga"
Aku : "kalo diajarin kaya gitu mau ga?"
Adik : "mau" *sambil angguk2*
Tuhkan penonton anak kecil itu penasarannya bagus :")
Rasanya tidak adil jika aku menyimpan foto pentas hari ini sendiri. Selain itu ada beberapa hal yang ingin aku perkenalkan pada kalian tentang Temanggung khususnya kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang disini.
Secara garis besar pentas tadi menampilkan 3 buah tarian khas Temanggung :
1. Kuda Lumping
Kuda lumping atau bahasa gaulnya "jaran kepang/ jathilan".Adapun penyebutan untuk Jathilan bermacam macam seperti halnya di wilayah Magelang, Temanggung dan Jogja. Lain halnya di daerah Wonosobo, Banyumas Jathilan dikenal dengan istilah Ebeg. Untuk di wilayah pekalongan disebut Kuda Kepang
Mengutip dari Tani Temanggung, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.
Seperti yang dikatakan oleh biro humas Kabupaten Temanggung , Kuda lumping merupakan kesenian tradisional yang sangat merakyat. Saat ini ada 268 group yang tersebar merata di 20 Kecamatan.Kesenian tersebut sering tampil sebagai hiburan guna memeriahkan berbagai event seperti HUT RI, Hari Jadi Temanggung, dan merti desa. Sedikit pengalaman , kalau tidak salah waktu itu aku masih duduk dibangku sekolah dasar. Saat itu aku sedang begitu asyiknya menonton pertunjukan ini di desa sebelah. Tapi kemudian tiba-tiba aku nyaris tertimpa pemain yang kesurupan. Kejadian ini sempat membuat trauma untuk melihat pertunjukan kuda lumping lagi. Tapi , hari ini tarumaku sepertinya sirna. Bagaimana bisa takut bahkan kostum yang mereka kenakan pun mewah dan "bling-bling" terlihat elegan gagah. Ah, terima kasih telah memulihkanku. Kuda lumping yang ditampilkan begitu atraktif dan jauh dari kesan mengerikan :)