Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Ahli Gizi

Lecturer at Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Holistik ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Lereng Sumbing: Muda yang Haus Budaya

20 Oktober 2014   05:52 Diperbarui: 4 Agustus 2020   09:54 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika dulu waktu TK kau pernah menggambar dua buah gunung, dengan satu jalan ditengah kemudian persawahan terbentang luas disana. Itu bukan hanya imajinasi masa kecilmu. Gambar itu nyata ada, Temanggung namanya. Ya, Temanggung memang berada diantara dua gunung yaitu Sumbing dan Sindoro dengan persawahan yang masih bisa kau temui. Iklim kota ini sejuk apalagi ditambah dengan orang-orang yang murah senyum. Setidaknya slogan kota ini akan mencoba mendoktrinmu “Temanggung Bersenyum : Bersih Nyaman untuk Umum”.Memang aku tidak terlahir di kota ini , namun hampir lebih dari separuh usiaku saat ini aku telah berada disini. Akupun  sudah mengganggap kota ini sebagai kota kedua setelah Tasikmalaya, kota kelahiranku. Namun, bukan hal ini yang ingin aku ceritakan pada kalian.

Pagi ini di alun-alun Temanggung ada sebuah pemandangan yang berbeda dari minggu biasanya. Ada keramaian disini dengan panggung - traktat-beberapa kursi dan meja serta yang terpenting adalah seperangkat gamelan yang siap ditabuh. Sebuah Pentas seni. Ketika aku mencoba mengingat-ingat hal penting yang terjadi pada tanggal 19 Oktober , sepertinya tidak ada apa-apa. Seingatku, ulang tahun Temanggung masih bulan depan-November.

Keramaian yang terjadi di alun-alun sejak  tadi pagi hingga sore ini memang sebuah Pentas Seni atau lebih megahnya sebuah "Pagelaran seni". Oya, terdapat juga tulisan “Mahendra Siswa Budaya” cukup besar menjadi latar belakang panggung kali ini . Rupanya pentas yang akan berlangsung ini adalah pentas  dari sebuah sekolah, SMK Negeri Tembarak. Total  hampir 8 jam aku habiskan untuk melihat para anak muda menampilkan kebolehannya menari garapan khas kota Temanggung-an. Sungguh aku tidak merasa rugi justru sebaliknya. Suguhan yang mereka berikan secara keseluruhan memuaskan. Sampelnya adalah aku sendiri . Mereka tampil luwes, total dan begitu apik. Tidak heran  jika selama berlangsungnya pentas penontonpun makin membeludak dan sasarannya begitu pas : anak kecil banyak sekali bertebaran di sekitar arena pertunjukan.


"coba deh kalian lihat anak kecil yang memakai kaos biru :)"
"coba deh kalian lihat anak kecil yang memakai kaos biru :)"
Kenapa sasaran anak kecil dirasa tepat? Menurutku anak harus dibiasakan dan dikenalkan pada budaya mereka sendiri agar harapannya tetap diingat sampainanti. Sempat iseng juga sih dengan mewawancarai seorang anak kecil mungkin sekitar 7 tahun yang aku lihat begitu asik sampai tak terasa kepalanya goyang-goyang.

Aku : "Dek takut gak lihat yang beginian *kuda lumping*?"

Adik : "engga"

Aku : "kalo diajarin kaya gitu mau ga?"

Adik : "mau" *sambil angguk2*

Tuhkan penonton anak kecil itu penasarannya bagus :")

Rasanya tidak adil jika aku menyimpan foto pentas hari ini sendiri. Selain itu ada beberapa hal yang ingin aku perkenalkan pada kalian tentang Temanggung khususnya kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang disini.

Secara garis besar pentas tadi menampilkan 3 buah tarian khas Temanggung :

1. Kuda Lumping

Kuda lumping atau bahasa gaulnya "jaran kepang/ jathilan".Adapun penyebutan untuk  Jathilan bermacam macam seperti halnya di wilayah Magelang, Temanggung dan Jogja.  Lain halnya di daerah Wonosobo, Banyumas  Jathilan dikenal dengan  istilah  Ebeg. Untuk di wilayah pekalongan disebut Kuda Kepang

Mengutip dari  Tani Temanggung, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan.

Seperti yang dikatakan oleh biro humas Kabupaten Temanggung , Kuda lumping merupakan kesenian tradisional yang sangat merakyat. Saat ini ada 268 group  yang tersebar merata di 20 Kecamatan.Kesenian tersebut sering tampil sebagai hiburan guna memeriahkan berbagai event seperti HUT RI, Hari Jadi Temanggung, dan merti desa. Sedikit pengalaman , kalau tidak salah waktu itu aku masih duduk dibangku sekolah dasar. Saat itu aku sedang begitu asyiknya menonton pertunjukan ini di desa sebelah. Tapi kemudian tiba-tiba aku nyaris tertimpa pemain yang kesurupan. Kejadian ini sempat membuat trauma untuk melihat pertunjukan kuda lumping lagi. Tapi , hari ini tarumaku sepertinya sirna. Bagaimana bisa takut bahkan kostum yang mereka kenakan pun mewah dan "bling-bling" terlihat elegan gagah. Ah, terima kasih telah memulihkanku. Kuda lumping yang ditampilkan begitu atraktif  dan jauh dari kesan mengerikan :)

Barisan Kuda Lumping, jadi kelihatan gagah.
Barisan Kuda Lumping, jadi kelihatan gagah.
1413728996421351626
1413728996421351626
141372909949230733
141372909949230733
 
14137292061757073486
14137292061757073486
14137293162067185854
14137293162067185854
141372941944552027
141372941944552027
Satu hal lagi yang membuat aku takjub adalah ketika tadi ada salah seorang pemain yang aksesorisnya lepas, ada orang yang akan selalu stand by untuk mengusahakan membenahi kostum tersebut. Sepertinya itu pelatih. WOW!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun