Revolusi Industri Dari Era 1.0 Sampai 5.0
Lisni dan Hilman Alfarizi
Abstrak
Artikel ini mengkaji perjalanan Revolusi Industri dari Revolusi Industri 1.0 hingga 5.0. Latar belakang penelitian menyoroti perubahan signifikan dalam cara hidup dan bekerja masyarakat akibat inovasi teknologi di setiap fase. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis karakteristik, dampak, dan kontribusi masing-masing tahap terhadap perkembangan industri dan kesejahteraan sosial. Penelitian mencakup Revolusi Industri 1.0 dengan mesin uap, 2.0 dengan listrik, 3.0 dengan otomatisasi dan teknologi informasi, 4.0 dengan digitalisasi dan IoT, serta 5.0 dengan kolaborasi manusia-mesin. Kesimpulan menunjukkan bahwa setiap fase telah mengubah struktur sosial dan ekonomi, dengan Revolusi Industri 5.0 menekankan sinergi teknologi dan kesejahteraan sosial.
Kata Kunci: Revolusi Industri, Teknologi, Otomatisasi, Digitalisasi, Kesejahteraan
PENDAHULUAN
Revolusi industri adalah salah satu momen penting dalam sejarah peradaban manusia, yang telah memberikan dampak besar terhadap cara hidup, bekerja, dan berproduksi. Toffler dalam karyanya Future Shock (1990) dan The Third Wave (2002) telah meramalkan bahwa akan terjadi perubahan-perubahan besar di masa yang akan datang (Badaruddin, dkk., 2019:22). Dimulai dari revolusi industri pertama pada abad ke-18 yang berfokus pada penggunaan mesin bertenaga uap, dunia menyaksikan transisi besar dari tenaga kerja manual menuju mekanisasi. Revolusi industri tidak berhenti di sana; dalam perkembangannya, manusia terus menciptakan inovasi-inovasi yang mengubah wajah dunia. Revolusi Industri 2.0 ditandai dengan munculnya elektrifikasi dan produksi massal pada akhir abad ke-19, yang mempercepat laju perkembangan ekonomi global. Di pertengahan abad ke-20, Revolusi Industri 3.0 membawa teknologi komputer dan otomatisasi ke dalam sistem industri, menciptakan era baru yang lebih efisien. Menurut David Wang (2018), transformasi digital dapat mendorong terciptanya ekonomi berbasis pengetahuan (Jamaludin, dkk., 2024:1). Revolusi Industri 4.0 menandai era di mana teknologi berkembang pesat dengan melibatkan sistem cerdas, otomatisasi, dan manufaktur digital. Saat ini, dunia tengah menuju Revolusi Industri 5.0, yang mengombinasikan teknologi dengan nilai-nilai humanisme. Tujuannya adalah menciptakan keseimbangan yang lebih harmonis antara peran manusia dan mesin, bukan sekadar menggantikan tenaga kerja manusia dengan otomatisasi, melainkan berkolaborasi demi efisiensi dan peningkatan kualitas hidup (Xu et al., 2018). Namun, setiap fase revolusi tidak hanya membawa kemajuan, tetapi juga tantangan yang harus dihadapi, seperti disrupsi tenaga kerja dan ketimpangan sosial.
Dalam artikel ini, terdapat beberapa pertanyaan mendasar yang perlu dijawab. Bagaimana karakteristik utama dari setiap tahap revolusi industri, dari yang pertama hingga sekarang? Apa saja dampak sosial, ekonomi, dan budaya yang dihasilkan dari masing-masing era revolusi tersebut? Bagaimana Revolusi Industri 5.0 berupaya mengatasi tantangan yang muncul dari revolusi-revolusi sebelumnya, terutama dalam hal ketidaksetaraan dan disrupsi pekerjaan? Pertanyaan-pertanyaan ini penting untuk dikaji lebih dalam guna mendapatkan gambaran utuh mengenai perjalanan dan dampak revolusi industri dari masa ke masa.
Adapun tujuan dari artikel ini adalah untuk menguraikan perjalanan revolusi industri dari yang pertama hingga yang terbaru, Revolusi Industri 5.0. Artikel ini juga bertujuan untuk menganalisis dampak sosial, ekonomi, dan budaya yang dihasilkan dari setiap fase revolusi, serta memahami bagaimana Revolusi Industri 5.0 dapat membantu menciptakan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kebutuhan manusia. Dengan demikian, diharapkan pemahaman yang lebih mendalam dapat diperoleh terkait kontribusi revolusi industri terhadap peradaban manusia, serta tantangan yang menyertainya.
PEMBAHASAN
A. Revolusi Industri 1.0
Pada revolusi industri 1.0 atau revolusi generasi pertama merupakan revolusi pada tahap awal yang terjadi pada abad ke 18. Revolusi industri adalah transformasi besar yang berlangsung dengan cepat dan membawa perubahan drastis dalam cara hidup manusia. Sekitar tahun 1800-1900 dikenal sebagai masa awal dari Revolusi Industri 1.0. Inggris menjadi pelopor dalam revolusi ini, karena saat itu negara tersebut memiliki kestabilan sosial dan politik serta merupakan kekuatan kolonial terbesar di dunia (Purwanti, D., dkk, 2021:5). Revolusi Industri membawa perubahan besar bagi negara-negara koloni Inggris yang menjadi penyedia bahan baku untuk industri serta pasar bagi produk-produk manufaktur. Sebelum revolusi industri, mayoritas masyarakat hidup di pedesaan dan bergantung pada sektor pertanian yang memberikan pendapatan sangat terbatas.
Setelah Revolusi Industri dimulai, kesempatan kerja di sektor manufaktur meningkat, dan secara bertahap taraf hidup masyarakat pun ikut membaik. Pekerjaan yang sebelumnya sangat bergantung pada tenaga manusia dan hewan mulai tergantikan setelah penemuan alat tenun mekanis bertenaga mesin uap pada tahun 1784. Akibatnya, penggunaan tenaga manusia dan hewan menurun drastis, yang di satu sisi menyebabkan pengangguran, tetapi di sisi lain meningkatkan jumlah produksi. Penemuan mesin uap ini juga berdampak besar terhadap pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan per kapita negara hingga enam kali lipat, yang kemudian memicu lebih banyak inovasi dan mempersiapkan dunia untuk revolusi industri berikutnya dengan kemajuan yang lebih pesat.
B. Revolusi Industri 2.0
Revolusi Industri 2.0 dimulai pada abad ke-19 hingga abad ke-20, yang ditandai dengan munculnya listrik sebagai sumber energi baru, sehingga menekan biaya produksi secara signifikan dibandingkan era sebelumnya. Pada tahun 1913, terciptalah sistem lini produksi dengan menggunakan ban berjalan. Inovasi ini membawa dampak besar pada industri otomotif, karena sebelumnya perakitan mobil memerlukan banyak pekerja untuk satu unit mobil. Namun, dengan adanya teknologi tersebut, produksi mobil dapat dilakukan secara massal, dan para pekerja hanya perlu fokus pada satu tugas khusus sesuai keahlian mereka. Inovasi lini produksi pertama kali diterapkan pada rumah pemotongan hewan di Cincinnati, Amerika Serikat, pada tahun 1870, yang menjadi salah satu tonggak penting dalam perkembangan industri manufaktur.
Pada masa itu, mobil diciptakan untuk memudahkan proses produksi di pabrik, karena sebelumnya alat transportasi darat masih bergantung pada tenaga hewan dan manusia. Revolusi industri kedua membawa perubahan besar, termasuk dalam hal produksi militer. Selama Perang Dunia II, produksi tank, pesawat, dan senjata lainnya dilakukan di pabrik-pabrik yang telah mengadopsi sistem lini produksi, sehingga mempercepat proses manufaktur secara signifikan.
C. Revolusi Industri 3.0
Pada era Revolusi Industri 2.0, proses produksi masih sangat bergantung pada tenaga manusia. Namun, dengan munculnya Revolusi Industri 3.0, kebutuhan tenaga manusia mulai berkurang secara signifikan. Revolusi Industri 3.0 ini menandai transisi dari abad industri ke abad informasi. Dalam periode antara tahun 1960 hingga 2010, berbagai inovasi dalam pengembangan perangkat lunak muncul untuk mengoptimalkan penggunaan perangkat keras elektronik. Penemuan-penemuan dalam bidang ini memungkinkan otomasi operasional mesin, sehingga mengurangi ketergantungan pada operator manusia dalam proses produksi.
Apabila Revolusi Industri 1.0 ditandai dengan kemunculan mesin uap dan Revolusi Industri 2.0 dengan penemuan listrik, maka Revolusi Industri 3.0 menonjol dengan perkembangan teknologi informasi dan penerapan elektronika dalam otomatisasi produksi (Haqqi, H & Wijayati, H, 2019:27). Revolusi Industri 3.0 dimulai pada awal 1970-an, membawa perubahan signifikan pada peradaban manusia. Berbeda dengan revolusi sebelumnya yang masih sangat bergantung pada manusia, Revolusi Industri 3.0 mulai menerapkan sistem otomatisasi yang dioperasikan oleh komputer. Teknologi digital yang digunakan dalam sistem komunikasi mempercepat penyebaran informasi, dan otomatisasi dengan perangkat elektronik dan komputer memperlihatkan kemajuan besar dalam dunia industri.
D. Revolusi Industri 4.0
Perkembangan revolusi industri saat ini telah mendorong munculnya berbagai terobosan teknologi baru yang diterima secara positif oleh masyarakat luas. Pada tahun 2011, istilah "Industri 4.0" diperkenalkan di Jerman, menandai dimulainya revolusi digital. Industri 4.0 dipercaya mampu meningkatkan produktivitas secara signifikan, dengan fokus utama pada teknologi digital yang mencakup beragam bidang, mulai dari otomatisasi hingga Internet of Things (IoT), yang terintegrasi secara luas dalam berbagai sektor industri.
Era Revolusi Industri 4.0 yang dimulai pada tahun 2018 mengintegrasikan teknologi otomatisasi dan cyber, memungkinkan pertukaran data yang cepat dalam proses manufaktur dan otomatisasi (Annisa, A., 2021:2). Berbeda dari revolusi sebelumnya, Industri 4.0 memperkenalkan Internet of Things (IoT) bersama teknologi maju lainnya seperti robotika dan ilmu pengetahuan. Teknologi digital ini memberikan dampak besar pada kehidupan manusia, mengubah pekerjaan dan gaya hidup menjadi lebih praktis dengan memanfaatkan sistem otomatisasi dalam berbagai aspek aktivitas sehari-hari.
Perubahan yang diakibatkan oleh munculnya teknologi-teknologi baru dalam revolusi industri membawa dampak positif maupun negatif bagi kehidupan manusia. Peningkatan ini menjadi fondasi bagi revolusi-revolusi berikutnya, mendorong perkembangan teknologi dan ekonomi yang lebih maju di masa depan.
E. Revolusi Industri 5.0
Kehadiran teknologi digital membawa perubahan signifikan dalam kehidupan manusia, baik dalam pekerjaan maupun gaya hidup, yang menjadi lebih praktis berkat penerapan sistem otomatisasi di berbagai aspek kegiatan sehari-hari. Menurut sumber dari laman djkn.kemenkeu.go.id, Revolusi Industri 5.0 muncul saat Revolusi Industri 4.0 mencapai titik puncaknya, dan para ahli melihat bahwa era 4.0 masih dapat diperbaiki dan ditingkatkan (Triansyah A.F., dkk: 2024:67). Pada tahun 2017, Jepang menjadi negara pertama yang memperkenalkan visi Revolusi Industri 5.0. Kemudian, pada 21 Januari 2019, Industri 5.0 diresmikan sebagai respons terhadap Revolusi Industri 4.0. Pengumuman tersebut dilakukan di pameran CeBIT (CEntrum der Bro und Informations Technik) di Jerman. Konsep yang diprakarsai Jepang ini menekankan integrasi teknologi baru dalam kehidupan masyarakat, di mana manusia semakin aktif berinteraksi dengan teknologi. Berbeda dengan Revolusi Industri 4.0 yang memprediksi bahwa kecerdasan buatan (AI)ย akan menggantikan manusia, Revolusi Industri 5.0 justru melihat teknologi seperti AI dan robot sebagai mitra yang bekerja bersama manusia, bukan sebagai pengganti.
Revolusi Industri 5.0 meningkatkan efisiensi dan produktivitas dengan memanfaatkan teknologi yang dikombinasikan dengan kecerdasan manusia. Contohnya, dalam Manajemen Sumber Daya Manusia (HRM), penggunaan software HRIS (HR Information System) yang didukung oleh teknologi terbaru mempermudah pekerjaan HR (Human Resources) dan meningkatkan kesejahteraan karyawan melalui berbagai fitur. Lebih dari sekadar efisiensi ekonomi dan produktivitas, Industri 5.0 menandai pergeseran fokus dari nilai ekonomi semata ke nilai sosial dan kesejahteraan, menempatkan kesejahteraan pekerja sebagai prioritas utama.
Manfaat yang diharapkan dari Revolusi Industri 5.0 tidak hanya terbatas pada peningkatan produktivitas dan pengurangan biaya, tetapi juga mencakup pengoptimalan proses kerja. Dengan otomatisasi yang mampu mengurangi waktu untuk pekerjaan repetitif, karyawan dapat mengalihkan fokus mereka ke tugas-tugas yang lebih strategis dan kreatif. Hal ini pada akhirnya akan menciptakan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi, sehingga meningkatkan kualitas tenaga kerja dan menambah nilai dalam proses produksi serta manajemen.
PENUTUP
Revolusi Industri telah mengalami perkembangan signifikan sejak awal abad ke-18. Dimulai dengan Revolusi Industri 1.0 yang memperkenalkan mesin uap dan mekanisasi, kemudian diikuti oleh Revolusi Industri 2.0 yang mengubah produksi dengan listrik dan lini produksi massal. Kemajuan berlanjut dengan Revolusi Industri 3.0 yang memanfaatkan teknologi informasi dan otomatisasi, hingga Revolusi Industri 4.0 yang mengintegrasikan digitalisasi melalui Internet of Things (IoT)ย dan kecerdasan buatan (AI). Saat ini, Revolusi Industri 5.0 menandai era baru yang menekankan kolaborasi manusia-mesin dan peningkatan kesejahteraan sosial. Setiap fase revolusi industri membawa perubahan mendalam dalam struktur sosial dan ekonomi, yang tidak hanya memperkenalkan teknologi baru tetapi juga mengubah cara hidup dan bekerja masyarakat. Revolusi Industri 5.0, dengan fokusnya pada sinergi antara manusia dan teknologi, menunjukkan upaya untuk mencapai kesejahteraan yang lebih baik dan inklusif.
Perusahaan dan institusi harus berinvestasi dalam teknologi yang tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga memperhatikan kesejahteraan pekerja. Peningkatan program pendidikan dan pelatihan yang relevan sangat penting untuk mempersiapkan tenaga kerja menghadapi tuntutan Revolusi Industri 4.0 dan 5.0. Pemerintah perlu mengembangkan kebijakan yang mendukung transisi adil dan inklusif serta melindungi tenaga kerja. Penelitian lanjutan juga diperlukan untuk memahami dampak sosial dan ekonomi dari setiap fase revolusi industri, guna merumuskan kebijakan dan strategi yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, A., D. (2021). Sejarah Revolusi Industri Dari 1.0 Sampai 4.0. file:///C:/Users/Asus/Downloads/SejarahRevolusiIndustridari1.0sampai4.0.pdf
Badaruddin., D. (2019). Prosiding, Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu. LPPM Universitas Serambi Mekah.
Haqqi, H & Wijayati, H. (2019).ย Revolusi Industri 4.0 Di Tengan Society 5.0. Anak Hebat Indonesia.
Jamaludin., D. (2024). Transpormasi Digital Dalam Dunia Bisnis. Cendikia Mulia Mandiri.
Purwanti, D., D. (2021). Kepemimpinan di Era Revolusi 4.0. Cipta Media Nusantara.
Triansyah, A, F., D. (2024). Manajemen Strategi Menghadapi Industri 5.0. Yayasan Cendikia Mulia Mandiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H