Analisis Dampak Budaya Patriarki Terhadap Pendidikan Perempuan di Indonesia
PENDAHULUAN (Introductory)
Budaya patriarki telah lama menjadi bagian integral dari banyak masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Menurut Alfian Rokhmansyah (2013) di dalam bukunya yang berjudul Pengantar Gender dan Feminisme, patriarki berasal dari kata patriarkat, berarti struktur yang menempatkan peran laki-laki sebagai penguasa tunggal, sentral, dan segala-galanya (Sakina, 2017). Sistem patriarki yang mendominasi kebudayaan masyarakat menyebabkan adanya kesenjangan dan ketidakadilan gender yang mempengaruhi hingga ke berbagai aspek kegiatan manusia. Menurut (Susanto, 2015), meskipun isu kesenjangan gender sudah menjadi konstruksi sosial dan budaya masyarakat dan sudah berlangsung sejak lama, namun hal tersebut semakin menarik perhatian banyak kalangan dan mencari solusinya, hal tersebut merupakan cita-cita luhur untuk mewujudkan keadilan sosial yang utuh. Budaya patriarki ini diturunkan dari generasi ke generasi sehingga membentuk perbedaan perilaku, status, wewenang antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, kemudian membentuk hierarki gender (Faturochman, 2002: 16).
Patriarki merupakan sistem sosial dimana laki-laki memegang kekuasaan dominan dan perempuan seringkali berada pada posisi subordinat. Hal ini berdampak luas pada seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Berdasarkan hasil penelitian Yudhaningrum (Yudhaningrum, 2009) yang dikutip dalam (Nursaptiani, 1019) disebutkan bahwa masyarakat yang masih menganut nilai-nilai budaya patriarki mempunyai pengaruh yang besar terhadap model pendidikan yang berlaku dalam keluarga. Anak laki-laki cenderung dididik untuk menjadi calon kepala rumah tangga dan anak perempuan dididik untuk menjadi calon pendamping suami yang baik (ibu rumah tangga). Perbedaan perlakuan orang tua terhadap anak laki-laki dan perempuan terjadi dalam penanaman moral terutama mengenai cara duduk dan pergaulan anak, penanaman nilai sosial, cinta kasih, dan dukungan terhadap pendidikan formal. Pendidikan adalah salah satu pilar utama dalam pembangunan sosial dan ekonomi sebuah negara, namun, dalam konteks budaya patriarki, perempuan seringkali menghadapi berbagai hambatan yang menghalangi akses mereka terhadap pendidikan yang layak.
Di Indonesia, meskipun telah ada kemajuan signifikan dalam meningkatkan akses pendidikan bagi perempuan, berbagai tantangan masih tetap ada. Budaya patriarki yang mengakar dalam norma dan nilai sosial seringkali menjadi penghalang utama bagi perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang setara dengan laki-laki. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak budaya patriarki terhadap pendidikan perempuan di Indonesia, mengidentifikasi hambatan-hambatan yang ada, serta mengeksplorasi upaya-upaya yang telah dan dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini.
-----------------------------------
ISI (Body)
Beberapa dampak dari budaya patriarki terhadap pendidikan perempuan di Indonesia, yaitu:
A. Hambatan Sosial dan Budaya
Budaya patriarki di Indonesia mempengaruhi pendidikan perempuan melalui berbagai cara. Norma-norma sosial yang mengutamakan peran domestik perempuan seringkali mengurangi nilai pendidikan bagi anak perempuan. Di beberapa daerah, pendidikan perempuan dianggap tidak sepenting pendidikan laki-laki, karena perempuan diharapkan untuk menikah dan mengurus rumah tangga daripada mengejar karir atau pendidikan tinggi. Menurut data penelitian Pusat Kajian Gender dan Seksualitas Universitas Indonesia tahun 2015, angka pernikahan dini di Indonesia peringkat kedua di kawasan Asia Tenggara. ย Ada sekitar 2 juta dari 7,3 perempuan Indonesia di bawah umur 15 tahun sudah menikah dan putus sekolah. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 3 juta pada tahun 2030. Dilihat dari banyaknya kasus yang dikumpulkan oleh Komnas Perempuan, hampir 50% pernikahan dini terjadi antara perempuan di bawah usia 18 tahun dan laki-laki di atas usia 30 tahun dan terjadi di bawah tekanan atau paksaan.
B. Stereotip Gender