Mohon tunggu...
LISNENTI B
LISNENTI B Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya memiliki hoby bernyanyi dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Seni

Warisan Leluhur Batik Tulis Dukuhsalam, Kecamatan Slawi

6 Maret 2024   23:16 Diperbarui: 6 Maret 2024   23:18 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Lisnenti B

Pada zaman dahulu, masyarakat Desa Dukuhsalam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, menganggap batik tulis Dukuhsalam merupakan barang berharga yang setara dengan emas. Memiliki batik tulis dengan nilai seni tinggi akan menunjukan status sosial sang pemilik. Pun di saat ada kebutuhan mendesak, batik tulis dapat digadaikan dengan nilai tinggi.

Batik tulis Dukuhsalam merupakan warisan leluhur yang dilestarikan secara turun temurun. Awalnya batik tulis klasik memang hanya berwarna natural, dengan latar putih, latar hitam/ireng dan sogan. Kedatangan RA Kardinah (adik RA Kartini yang juga merupakan perintis berdirinya rumah sakit di Tegal) membuat batik tulis Tegalwangi semakin semarak, kaya akan ragam/corak dan warna. 

Tak sampai disitu, kecintaan RA Kardinah akan batik membuatnya mendirikan sekolah batik di Tegal. Batik tulis pun berkembang pesat, tidak hanya di Dukuhsalam, tapi juga di daerah sekitarnya, seperti Bengle, Lasem, Tegalwangi, Pagiyanten dan lainnya.

Pembuatan batik tulis membutuhkan usaha yang keras. Proses pewarnaan dan pelukisan yang penuh ketelitian, ketelatenan, dan kecermatan akan menghasilkan karya seni bernilai tinggi. Wajar bila harganya relatif mahal. Batik tulis Dukuhsalam saat ini dibandrol dengan harga fantastis.

Bagi masyarakat Dukuhsalam, memiliki batik tulis merupakan suatu kebanggan sekaligus kebutuhan. Tak jarang masyarakat Dukuhsalam melukis sendiri batik tulis mereka untuk koleksi pribadi yang digunakan pada saat acara seserahan pernikahan ataupun acara penting lainnya. Apapun kebaya yang digunakan tidaklah masalah, yang penting kain batik tulis yang mereka gunakan elegan.

Masa pandemi seperti ini sangat berpengaruh terhadap penjualan batik tulis, mengingat batik tulis bukan sebuah kebutuhan pokok. Orang akan berpikir dua kali untuk mengeluarkan uang untuk keperluan nonpokok.

Kenyataan tersebut menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para perajin batik tulis Dukuhsalam. Bagaimana mencari solusi agar batik tulis bisa dijangkau oleh masyarakat luas tak hanya kolektor atau pecinta batik tulis saja. Entah itu melalui produksinya yang makin efisien dan kreatif atau melalui branding/pemasaran.

Bertempat di kediaman yang sekaligus berfungsi sebagai rumah produksi batiknya, Niroh mengungkapkan perjalanan dirinya menekuni usaha batik.

Sejak kapan menekuni usaha batik dan apa rahasianya bisa terus bertahan hingga sekarang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun