Mohon tunggu...
Lisna Wati
Lisna Wati Mohon Tunggu... Lainnya - a working mom, exploring the depths of language

Writing and Story Telling Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rafah, All Eyes on You Now

30 Mei 2024   02:02 Diperbarui: 30 Mei 2024   02:02 766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah hampir pukul 12 malam saat aku mulai menulis ini. Mata tidak kunjung merasakan kantuk. Niat hati ingin menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor. Tapi memang distraksi ada saja. Membuka beberapa akun media sosial, aku menemukan berita yang tengah viral berseliweran di beranda. 

Rafah, Gaza, Palestina. 

Ya, berita tentang negeri para Nabi yang masih dengan gempuran tiada henti. 

Rafah membara. Serangan udara pada Senin (27/5/2024) yang diluncurkan Israel memicu kebakaran dahsyat. Setidaknya 45 orang tewas di sebuah kamp tenda di kota Rafah, Gaza,  Palestina. 

Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu berdalih, serangan tersebut bukan menyasar warga sipil yang tengah berlindung di kamp pengungsian, namun menargetkan Hamas. 

"Kami telah mengevakuasi sekitar 1 juta penduduk non-kombatan, Kami sudah berusaha keras untuk tidak menyakiti warga sipil. Namun sepertinya ada sesuatu yang tidak beres," katanya. 

Selain puluhan korban jiwa, serangan Israel di kota Rafah dapat memicu kendala besar pada pasokan bantuan perang di Paletina. Kini, rakyat Palestina tidak hanya terancam nyawa nya karena menajdi korban perang, tetapi juga karena menjadi korban kelaparan masal.

Sejak konflik antara Hamas-Israel di Gaza memanas pada 7 Oktober 2023 lalu, serangan Israel di Palestina telah menyebabkan lebih dari 36.050 warga Palestina tewas dan lebih dari 81.026 terluka (menurut data Kementerian Kesehatan Gaza).

Akhirnya, aku menulis tentangmu Saudara-saudaraku, Palestina

Sudah lebih dari 6 bulan lamanya. Gaza, Palestina terus menerus mengalami penderitaan bertubi. Serangan demi serangan seperti tidak pernah ada henti. Puluhan ribu nyawa melayang. Tidak peduli apakah mereka warga sipil, kombatan, non-kombatan. Tidak pandang bulu yang menjadi korban. Entah perempuan, anak - anak, atau lansia. 

Bermula dari Gaza, bergeser ke Khan Younis, dan menyasar Rafah. Di Palestina, seperti tidak ada tempat aman. 

Berbagai gerakan dukungan terhadap Palestina pun kini semakin merebak. Tindakan boycot produk - produk afiliasi Israel, hingga protes keras dan demo menuntut gencatan senjata telah dilakukan. Bahkan Afrika Selatan telah mengajukan gugatan kepada Israel atas tindakan genosida. Tidak hanya itu, negara kita Indonesia, beberapa kali melakukan upaya negosiasi sebagai bentuk dukungan penuh kepada para saudara kita disana.

Aku pun turut tergerak untuk menyuarakan dukungan. Risikonya, harus terima teguran dari platform media sosial afiliasi Israel yang aku gunakan, karena dianggap membagikan konten bermuatan kebencian. Hmmm... 

Menulis tentang Palestina jujur saja sangat membuatku minder. 

"Mau menulis apanya ya?", pikirku. 

Ada begitu banyak orang dengan pengetahuan luar biasa yang mengupas dari a to z tentang sejarah Negeri itu. Sungguh luar biasa cara mereka menulis. Ilmu dan gaya bahasanya pun sangat ciamik. Beberapa berlatar belakang akademisi. Ada pula yang bergelar ustadz dan ustadzah. Belajar tentang Palestina pun tidak kaleng - kaleng, karena bahkan mereka ada yang memang pernah tinggal langsung disana.

Bermodal niat agar memperoleh kebermanfaatan jangka panjang dalam ibadah, aku memberanikan diri menulis sudut pandangku terhadap Negeri Para Nabi ini. Semoga kelak tulisan dan siapapun pembacanya, menjadi golongan orang - orang bergelimang pahala karena upayanya untuk terus memperkaya ilmu, dan mencari kebaikan dunia akherat. Aamiin.. 

"Sesungguhnya kaum muslim itu seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuhnya pun akan ikut merasakan sakitnya" (Shahih Muslim 2586) 

Aku mengenal Palestina melalui media sosial. Kedua orang tuaku tidak pernah mengajari maupun mengenalkan ku pada cerita - cerita perjuangan saudara - saudaraku ini. Tentang bagaimana mereka hingga saat ini masih berada dalam penjara terbesar di dunia. Tentang bagaimana mereka masih terus bertahan ditengah gempuran perang tak kunjung reda, tentang betapa indahnya Allah SWT menguatkan hati mereka untuk terus dan terus mengimani pertolongan-Nya, meski di tengah kehilangan yang sebegitu dahsyat. Tentang bagaimana kekuatan iman mereka, yang sangat indahnya hingga menyentuh hati jutaan manusia dunia.

Palestina adalah sebuah Negeri yang sangat spesial. Julukan "Negeri para Nabi", bukan sembarang diberikan. Namun memang karena dari sanalah, puluhan Nabi yang wajib diimani oleh kaum muslim dilahirkan. 

Dan Palestina, sesungguhnya sangat dekat dengan hati kaum muslim. Menurut sejarah, kiblat Sholat pertama kali sebelum Kabah adalah Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis yang terletak di Palestina.

Begitu banyak keistimewaan yang dimilikinya. Mungkin karena itulah, Allah pilih Negeri itu sebagai media syafaat bagi siapa saja yang tersentuh hatinya. 

Palestina akan terus kuat. 

Mungkin hari ini kita menangis sejadi - jadinya, merasa pedih, perih, dan sakit melihat derita yang dirasakan mereka. 

Tergerak ingin hati membantu, namun terbatas fisik, tenaga, dan biaya. 

Lalu apa yang bisa kita perbuat?

Teman.. 

Percayalah, tidak ada satu hal pun yang sia - sia di mata Allah. 

Segala sesuatunya dinilai bukan pada besar dan kecil perbuatannya. Namun ternyata, pada niatan hati kita. 

Palestina kini boleh jadi terlihat menderita. Lelah, lapar, dan terus menerus mengalami duka. 

Tapi dari sudut pandang yang lain, Negeri itu ibarat potret pengoyak jiwa. Menolong kita yang keras hatinya. Menjadi pelecut sisi kemanusiaan yang bisa jadi telah lama mati suri, tenggelam dalam hingar bingar duniawi. Terlena karena nikmat tak seberapa. 

Gaza, Khan Younis, dan kini Rafah adalah tentang Palestina yang mampu menggetarkan setiap jiwa berhati nurani para penduduk bumi.  Percayalah, sekedar berbagi kondisi mereka agar mata dunia tidak berpaling pun bukan lagi hal kecil. Sesederhana itu, namun dampaknya begitu dahsyat. Karena kita satu tubuh, maka pedih, perih, dan sakit mereka adalah sakit kita juga. Tangis mereka adalah jeritan hati kita. 

Don't be Silence. Because silence is violence. 

All eyes on Rafah. 

#Fromtherivertotheseapalestinewillbefree 

 


 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun