Mohon tunggu...
lisnaifahsya ghina
lisnaifahsya ghina Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang ibu yg tetap produktif dan berdaya

Hidup terlalu singkat untuk berfikiran dan bermimpi kecil. Mari berjuang untuk mimpi2 besar dan berjiwa besar.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lingkaran Pertemanan

26 Januari 2015   05:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:22 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertemanan macam apa yang telah terjadi dalam lingkaran ini? Seiring hari berlalu, selalu saja ada korban yang dijadikan bahan ejekan, guyonan, bahan gosip, serta sebagai tumpu akan semua kesalahan yang telah terjadi di lingkaran ini. Setiap yang berputar, pasti memiliki porosnya. Begitupula lingkaran ini. Kurasa, aku telah menemukan sosok yang disebut sebagai poros di lingkaran pertemanan ini. Ah, aku tak yakin bahwa lingkaran ini merupakan lingkaran pertemanan. Pertemanan macam apa yang selalu menyalahkan salah satu bagian dari dirinya? Saling menjatuhkan untuk mendapatkan komplotan agar dapat bertahan dilingkaran itu dengan kemewahan. Waktu satu tahun memaksaku untuk terus berada di lingkaran ini, tanpa mau tau bagaimana caraku agar tetap bisa bertahan didalamnya. Sang waktupun hanya diam menyaksikan tingkah laku 8 sosok yang masih bocah itu. Ya, aku merupakan bocah ke 5. Aku lebih sering diam menyaksikan tingkah laku sosok lain dalam lingkaran ini. Begitu memuakkan untuk diperhatikan, apalagi untuk dipedulikan. Maka, di setengah tahun pertama, aku memilih caraku untuk bertahan dilingkaran ini dengan mencari kesibukan dengan koneksi di lingkaran yang lainnya. Aku tak mau tau tentang segala hal yang terjadi dalam lingkaranku itu. Tapi, semakin aku lari, semakin aku tak mengenal sosok lain dalam lingkaranku, dan semakin memuakkan ketika aku mendengar kalimat2 yang keluar dalam interaksi mereka. Sungguh memuakkan! Suara tawa itu, tangisan, hingga umpatan-umpatan yang mereka lontarkan sungguh memuakkan di telingaku. Aku benar-benar tidak tahan! Berapakali sudah aku melihat mereka menyudutkan satu dengan yang lainnya sebagai tumpuan kesalahan. Begitu dan selalu begitu. Ingin rasanya aku menghentikannya. Tapi aku selalu tak bisa menahan rasa dongkolku pada sosok yang menjadi poros akan lingkaranku ini. Selagi aku tak bisa menahan emosi dalam diriku ini, dan menampakkan kebencian pada sang poros, maka aku akan selalu hancur! Karena 5 sosok dalam lingkaran ini ada dalam genggaman kendalinya. Aku kalah jumlah!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun