Kamu mungkin pernah melihat  di media sosial  seorang menceritakan tentang hubungan intimnya, melampiaskan emosinya, pengantin baru yng menggugah foto privasi mereka, atau berbagi detail tentang anak-anak , istri atau suami mereka, info detail rumah mereka dan koleksi barang-barangnya, KTP atau saldo di rekeningnya?  Mereka mengunggah beberapa kali dalam sehari. Ini istilahnya oversharing.
Oversharing diartikan sebagai kebiasaan membagikan terlalu banyak informasi pribadi, baik secara langsung maupun di media sosial. Sebelum era media sosial saat in,  oversharing hanya dilakukan kepada teman  atau orang tertentu saja dan ditanggapi oleh orang tertentu juga , tapi saat ini setiap orang bisa melakukannya  kepada siapapun dan di manapun. Bahkan seluruh dunia bisa mengetahui dan mengomentarinya melalui media sosial.
Oversharing seperti tato di badan. Nampak bagus sesaat saja, dan  sulit ketika hendak dihapus apalagi di media sosial. Jika yang dibagikan ada hal yang positifnya atau tidak merugikan diri sendiri atau orang lain, masih bisa dimaklumi  tapi jika yang disharing  adalah hal yang memalukan dan merugikan diri sendiri atau orang lain akan membuat penyesalan dan kecemasan.
Dalam buku Everything About Overthinking disebutkan bahwa oversharing meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Orang yang usianya lebih tua lebih cenderung selalu ingin berbagi informasi daripada orang-orang yang lebih  muda.  Perilaku ini bisa berbahaya karena  bisa saja ada pihak tertentu yang ingin memanfaatkan informasi pribadi dengan menyebarkannya.
Mengapa melakukan oversharing?
Ada beberapa alasan orang melakukan oversharing antara lain : ingin terhubung dengan orang lain, terutama jika kesepian. Bisa juga karena berasal dari keluarga yang terbiasa oversharing dalam kehidupan sehari-harinya. Beberapa orang melakukannya  karena kecederungan narsistik , ingin selalu diperhatikan , haus pujian dan validasi atau kurangnya kesadaran akan batasan terhadap diri sendiri.
Jika hal ini dilakukan di media sosial kemungkinan besar karena ingin dikenal banyak orang. Terutama jika ia sering mengunggah konten dan menunjukkan sisi diri atau keluarganya yang menarik. Dalam penelitian yang dilakukan jurnal Psychological Report menunjukkan oversharing khususnya di media sosial erat kaitannya dengan gangguan kecemasan. Hobi membagikan informasi secara berlebihan meskipun tidak termasuk gangguan mental, tapi kebiasaan ini mungkin saja didasari oleh itu.
Apakah oversharing berbahaya?
Informasi yang dibagikan secara berlebihan justru membahayakan diri sendiri misal mengunggah kemewahan rumah , ruangan dan perabotnya , uang , perhiasan, keberhasilan usaha akan mengundang orang jahat untuk mendatangi rumah  dan menambah iri dengki orang yang memiliki sifat tersebut .
Mengunggah hal yang pribadi secara emosional  tentang dirimu dan keluargamu misal kecantikan, kemolekan tubuh, kemesraan dengan pasangan, atau kelucuan anak-anakmu  bisa  memancing mata 'ain orang lain, mereka akan tahu tentang dirimu terlalu dalam atau titik kelemahanmu  dan ini membahayakan keselamatan diri  dan keluargamu.