Mohon tunggu...
lismarni
lismarni Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Ternyata Pakaianku dan Pakaianmu Merusak Lingkungan

13 Maret 2019   04:54 Diperbarui: 13 Maret 2019   12:04 781
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hidup masyarakat global salah satunya gemar memakai fashion yang kekinian, hingga bagi mereka penampilan merupakan hal penting dalam hidup. Fast fashion adalah faktor utama yang mendorong industry fashion yang berfokus pada kecepatan dan biaya produksi rendah agar bisa menghadirkan koleksi baru yang terinspirasi oleh tampilan catwalk atau gaya selebriti. 

Namun, tidak  banyak yang mengetahui kehadiran fast fahion berdampak pada bumi, salah satunya penghasil polusi terbesar di dunia yang menyumbangkan 10% dari emisi karbon global yang merusak Bumi yang tidak kalah dengan gabungan industry pelayaran dan penerbangan.

Setiap tahun, lebih dari 80 juta pakaian diproduksi di seluruh dunia. Rata-rata konsumen membeli lebih banyak 60 persen tiap tahun dibanding pada tahun-tahun awal Abad 21. 

Pakaian  di masa sekarang lebih banyak yang berasal dari material sintesis, itu berarti bukan terbuat dari benang, di mana akan lebih murah memproduksi baju baru daripada mendaur ulang benangnya.

Sebuah kajian ilmiah baru-baru ini menyoroti efek menccengangkan industry fashion modern terhadap lingkungan. Kajian ilmiah ini menyebutkan ada 6 hal dari industry fashion modern terhadap lingkungan.

  1. Lebih dari separuh "trend fashion" yang gagap gempita saat ini sudah tak berlaku lagi tahun depan. Ini berarti yang lama hanya menambahkan panjang gantungan pakaian di lemari karena bakal jarang dipakai lagi
  2. Industry fashiom menyumbang 1.26 milliar ton emisi karnon setiap tahunnya. Jumlah itu lebih besar daripada gabungan emiai karbon yang dihasilkan industry penerbangan internasional dan industry pengiriman barang melalui kapal-kapal besar
  3. Tak sampai 1 persen bahan baku industry pakaian yang bisa didaur ulang
  4. Satu truk besar penuh pakaian bekas dibuang setiap detiknya
  5. Setengah juta ton mikro fiber plastic ditumpahkan saat dicuci. Parahnya, mikro fiber plastic ini akan berakhir di lautan dan kemudian menjadi bagian dari rantai makan.
  6. Rata-rata pengguna baju yang dipakai berkali-kali turun 36 persen

Untungnya, semakin banyak label yang peduli dan tak tinggal diam mengenai krisis itu. Beberapa label tersebut adalah Stella McCartney, Vivienne Westwood, Edun dan sebagainya. Tidak hanya itu brand kelas dunia ikut andil dalam memproduksi yang ramah lingkungan yaitu, H&M, Nike, adidas, levi's. 

Contohnya Adidas menggunakan bahan-bahan organik seperti bambu dan rami untuk produk-produk mereka. Mereka juga memanfaatkan sampah tekstil menjadi barang-barang bernilai jual tinggi. Bersama para pekerja, ia coba memperpanjang usia tekstil yang dibeli. Pemanfaatan ini di permak lebih modis yang menerapkan konsep upcycling dengan bantuan desainer.

Mereka  menggunakan warna alam, indigo dan juga menggunakan kain yang berasal dari serat alam, seperti katun, linen, rami, Eucaliptus, daun nanas, bamboo, pelepah pisang dan serat alam lainnya. 

Selain itu mendesain setiap model pakaian dengan prinsip less/zero-waste, yang jika pun ada sisa bahan maka akan di jadikan produk yang lebih kecil atau bekerja sama dengan label lain yang dapat meng-upcycle sisa kain.

Dengan ini saya sangat senang karena brand eco fashion mulai bermunculan, mulai dari label yang memakai pewarna alam, mengangkat budaya dan kearifan lokal sampai brand yang fokus kepada pengolahan limbah kain untuk di-upcycle dan dijadikan produk berkualitas tinggi. 

Saya berharap ini bukan hanya tren sesaat tapi menjadi standar di dunia fashion, semoga gerakan eco-fashion yang terjadi saat ini dapat menginfluens konsumen untuk menciptakan sedikit perubahan kecil pada perilaku belanja dengan menyediakan waktu untuk meneliti dan berfikir sebelum melakukan pembelian "apakah anda benar-benar butuh barang ini?"

Yuk, sama-sama lebih peka melestarikan lingkungan, bisa dimulai dari hal yang paling kecil dulu, misalnya pemakaian air bersih dengan hemat, penggunaan tisu yang tidak berlebihan dan masih banyak lagi lainnya. 

Kemudian, terapkan juga industri fashion yang tidak merugikan makhluk hidup lainnya. Jika hanya dipakai sekali dan kemudian anda menyimpannya di dalam lemari untuk waktu yang lama, sama saja dengan Anda secara tidak langsung berperan menyebabkan meluasnya pemanasan global. 

Inisiatif dari Love Your Clothes pada setiap tahap proses pembelian, mulai dari membeli lebih cerdas, merawat dan memperbaiki barang, daur ulang dan akhirnya membuang secara bertanggung jawab. Pada akhirnya, hal terbaik yang bisa kita lakukan adalah menjaga agar pakaian kita tetap digunakan lebih lama dan mengurangi barang baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun