Mohon tunggu...
lisma
lisma Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Patron-Klien dalam Masyarakat Bugis dan Makassar

30 April 2016   18:40 Diperbarui: 30 April 2016   20:01 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kali ini saya akan membahas sedikit tentang Hubungan patron-klien pada masyarakat bugis dan makassar di sulawesi selatan.

Patron dalam bahasa bugis disebut dengan ajjoareng sedangkan dalam bahasa makassar disebut dengan karaeng atau ana' karaeng.

Klien dalam bahasa bugis disebut joa atau pengikut yang mengikuti kemauan/keinginan maupun kehendak dari ajjoareng, sedangkan klien dalam bahasa makassar disebut ana' ana' atau taunna (orang-orangnya) yang suka rela menjadi pengikut dari patronnya.

Arti patron secara etimologis ialah seseorang yang memiliki kekuasaan, status, dan pengaruh, dan klien dalam artian umum yaitu bawahan atau orang-orang yang di perintah dan disuruh oleh patron.

Ada satu contoh kasus hubungan antara patron dengan klien menurut chabot. Pengikut/Klien yang belum menikah dengan sukarela tinggal dirumah tuannya/Patron sebagai pembantu rumah tangga tanpa upah, mereka hanya diberi tempat tinggal, makanan, dan pakaian. Dan biasanya sang patronlah yang menanggung perkawinan pengikutnya dan tentu saja patron pulalah yang mungkin mencarikan pasangan bagi kliennya/pengikutnya. Dalam kasus semacam itu pasangan pengantin baru biasanya tinggal didekat rumah patronnya, suatu pola pemukiman pasca-perkawinan yang memungkinkan mereka tetap bisa memberi bantuan jika diperlukan. Sebaliknya, jika mereka (klien) butuh bantuan, seperti beras ataupun kebutuhan lainnya, klien akan memperoleh dari patronnya.

Hubungan semacam kasus itu tidak dijalin berdasarkan perjanjian resmi, dan mungkin saja atau bahkan bisa diberhentikan kapan saja.

Mungkin inilah yang bisa saya tulis dalam tulisan ini, saya sadar bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dan mohon agar pembaca memberi masukan dalam tulisan saya ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun