Mohon tunggu...
Lismadonna Pohan
Lismadonna Pohan Mohon Tunggu... Lainnya - ASN Karawang

Penggemar Arsenal FC - Gooners Sejati - Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

"Diam Tak Selalu Emas"

24 Januari 2025   12:05 Diperbarui: 24 Januari 2025   12:05 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Gambar : www.freepik.com)

Bagaimana Pendapat anda tentang “diam itu emas” ? Hidup memang penuh dengan prasangka dan penilaian, penilaian dan prasangka lahir dari pemikiran subjektif dan pengalaman pribadi yang tidak selalu relevan dengan kenyataan, terlebih lagi dibandingkan dengan kehidupan orang lain. Pepatah "diam itu emas" memang sering kita dengar, namun dalam banyak situasi, diam bukanlah pilihan yang tepat, ada masanya diam justru dapat membawa kerugian dan masalah yang lebih besar. Ada kalanya diam bukanlah solusi terbaik, terutama ketika sesuatu yang penting perlu diungkapkan atau diperjuangkan. Mengambil tindakan dan menyuarakan pendapat kita bisa jadi jauh lebih baik daripada memilih untuk diam.

Kita tidak selalu bisa mengontrol bagaimana orang lain menilai kita, tapi yang terpenting adalah bagaimana kita melihat diri kita sendiri. Menjadi diri sendiri dan terus berbuat baik adalah cara terbaik. Menilai dan membandingkan merupakan sifat alami manusia. Terkadang, kita terjebak dalam pola pikir yang membuat kita lebih mudah melihat sisi negatif dari orang lain. Prasangka buruk dan negatif terhadap orang lain memang seperti bayangan yang selalu menjadi sifat manusia, bahkan saat kita memilih untuk diam sekalipun. Ini adalah sebuah realita pahit yang sering kita hadapi dalam kehidupan sosial.

Terkadang, ketika kita mencoba bersikap netral atau tidak melakukan apa-apa, kita masih bisa dinilai dengan cara yang tidak adil dan negatif. Hal ini mencerminkan bahwa prasangka sering kali lahir bukan dari tindakan, tetapi dari pikiran atau interpretasi. Tidak mudah menilai seseorang tanpa memahami konteks atau kebenaran yang ada. Maka kita balik bahwa "diam tak selalu emas" bisa kita terapkan di kehidupan sehari-hari, mengingatkan bahwa meskipun diam sering dianggap bijaksana, ada situasi di mana berbicara atau bertindak lebih penting. Diam bisa menjadi kebijaksanaan jika dilakukan untuk menghindari konflik atau menjaga keharmonisan tetapi dalam konteks ketidakadilan, kesalahpahaman, atau kezaliman, diam justru bisa berarti ketidakpedulian.

Pentingnya untuk bijak dalam berbicara, kita perlu memilih kata-kata yang tepat, menyampaikan pesan dengan sopan, dan mempertimbangkan konsekuensi dari ucapan kita. Menjadikan kita lebih introspeksi dan empati terhadap lingkungan sekitar. Singkatnya, diam memang punya nilai tetapi bukan berarti kita harus selalu diam. Terkadang, berbicara dengan berani dan jujur adalah hal yang lebih penting, bijaksanalah dalam menentukan kapan harus diam dan kapan harus bersuara. Kadang-kadang, kata-kata yang tepat di saat yang tepat jauh lebih berharga daripada "emas" dari keheningan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun