Tuan, aku tak lagi dengar kau meratus
diam tertunduk lesu memberangus
separuh bertopeng menahan dengus
menutupi mulutmu yang rakus fulus
Tuan, aku mendengar engkau terendus
kisahmu di televisi menjadi desas-desus
terjerumus oleh siklus bonus sang tikus
karena rumus cantik tak berjalan mulus
Tuan, aku tak lagi melihatmu bergaya
semringah menebar pesona dan tawa
bersafari dari pangung ke meja kerja
kini kau tampak murung bak sahaya
Tuan, kini kau lebih suka hening cipta
kosong tatapanmu terlihat berkaca-kaca
bagai mengundi rasa percaya dan bahaya
menunggu palu bicara atau jeruji penjara
Bone, 200319
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H