Mohon tunggu...
Muhlis Hatba
Muhlis Hatba Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Pahami dunia dengan belajar kepada siapa saja dan apa saja.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Balada Mayapada

23 Januari 2019   10:45 Diperbarui: 23 Januari 2019   11:07 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tangis pilu seakan berkaca
menghitung cerita duka
dari bencana ke bencana
mengurai panjang air mata

Belum usai gempa murka
membawa getaran petaka
gelombang pun meninggi
mempertontonkan Tsunami
tatkala harga jiwa manusia
berpisah nyawa begitu saja
tatkala satu kehidupan pergi
bersama kisah-kisah mati

Belum usai angin menerpa
badai dan longsor menyapa
seperti mengajak gunung api
menebar kabar duka negeri
tatkala korban tak berdosa
meninggalkan derita nestapa
tatkala menggugat aksi peduli
bagi yang masih punya hati

Kini air pun angkat bicara
bersekutu mengirim celaka
membuat jembatan teramputasi
menenggelamkan banyak lokasi
tatkala warga pencari suaka
terhambur karena lalai waspada
tatkala situasi bagai mati suri
dalam gelap lumpuh tak berkaki

Tangis pilu seakan bertanya
"Balada negeri salah siapa?
Mungkin kita lebih suka lupa
atau sujud kita tak sempurna.

Bone, 230119

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun