Tangis pilu seakan berkaca
menghitung cerita duka
dari bencana ke bencana
mengurai panjang air mata
Belum usai gempa murka
membawa getaran petaka
gelombang pun meninggi
mempertontonkan Tsunami
tatkala harga jiwa manusia
berpisah nyawa begitu saja
tatkala satu kehidupan pergi
bersama kisah-kisah mati
Belum usai angin menerpa
badai dan longsor menyapa
seperti mengajak gunung api
menebar kabar duka negeri
tatkala korban tak berdosa
meninggalkan derita nestapa
tatkala menggugat aksi peduli
bagi yang masih punya hati
Kini air pun angkat bicara
bersekutu mengirim celaka
membuat jembatan teramputasi
menenggelamkan banyak lokasi
tatkala warga pencari suaka
terhambur karena lalai waspada
tatkala situasi bagai mati suri
dalam gelap lumpuh tak berkaki
Tangis pilu seakan bertanya
"Balada negeri salah siapa?
Mungkin kita lebih suka lupa
atau sujud kita tak sempurna.
Bone, 230119
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H