Mohon tunggu...
Lis Liseh
Lis Liseh Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker/Pengajar

Apoteker dan Pengajar di Pesantren Nurul Qarnain Jember | Tertarik dengan isu kesehatan, pendidikan dan filsafat | PMII | Fatayat NU. https://www.facebook.com/lis.liseh https://www.instagram.com/lisliseh

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Ideologi Sastra dan Moralitas Bahasa

30 September 2019   17:16 Diperbarui: 1 Oktober 2019   20:27 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keempat, mendorong digalakkannya pusat kajian media digital dan penyebarluasan hasil riset sehingga mudah diakses oleh masyarakat dalam rangka menelaah profil sastra digital di Indonesia (Ombi, 2009).

Konstruksi Pengajaran Sastra Indonesia
Moralitas bahasa yang melekat pada setiap individu merupakan proses pembelajaran sejak dini. Maka, guru bahasa Indonesia kemudian dituntut tidak hanya mengusai materi ajar Bahasa Indonesia yang terdiri dari bahasa, sastra dan literasi.

Lebih dari itu, guru juga harus menguasai kemampuan dasar internet of thing sebagai bekal mengolah pembelajaran daring atau virtual learning dalam membuat media pembelajaran kreatif.

E-library adalah kebutuhan khusus virtual learning sebab pencarian referansi lewat hypertext (audio, video, animasi, jurnal dan e-book) dinilai lebih praktis dibanding harus ke perpustakaan dan mencari dari satu rak ke rak lainnya. Guru yang tak siap memperbaharui kompetensinya akan memandang ini sebagai ancaman, namun guru yang siap akan melihat ini sebagai peluang.

Pengajaran di ruang kelas harus mulai menggunakan prinsip tubuh revolusi 4.0, yaitu digitalisasi dan konektivitas, di samping tetap berbasis teks dan saintifik. Maka pengajaran secara daring akan menuntun pada teks-teks digital yang terkoneksi.

Bayangkan jika bersekolah tidak harus terkurung dalam ruang kelas dengan tumpukan buku paket, tapi dapat dilakuan di ruang-ruang maya baik secara telekonferen atau dalam grup-grup, bebas tanpa batas ruang dan waktu. Materinya tidak perlu lagi di tulis di papan, cukup mengunduh berkas dan dipelajari secara virtual. 

Maka kelimpahan hypertext menjadi berkah tersendiri bagi kemajuan pembelajaran. Dengan kata lain, virtual learning adalah pembelajaran secara daring agar dapat terkoneksi dengan segala teks digital dengan pendekatan saintifik.

Dalam satu titik, kelas konvensional yang mengharuskan murid dan guru bertatap muka akan mengurangi kontak sosial secara langsung. Sehingga pembelajaran hybrid antara kelas konvensional dan virtual learning dapat pula menjadi solusi.

Dimana bagi orangtua atau guru tidak perlu khawatir siswa akan kehilangan aktivitas sosial untuk berkomunikasi dengan teman sekelas dan civitas lembaga pendidikan sambil pula sistem pembelajaran dalam kelas menggunakan media pembelajaran kreatif yang bisa dibuat dengan siswa diperbolehkan menggunakan gawai saat di kelas.

Guru dapat memantik siswa dengan mencari topik yang sedang trending lalu membandingkan beberapa laman terkait topik untuk di bahas bersama baik dan buruk, tantangan dan solusi maupun sudut pandang lain yang dianggap relevan.

Siswa juga harus dituntun mencari referensi yang valid dalam rimba informasi dunia maya, sebab tidak semua situs dapat dipertanggungjawabkan kevalidan datanya. Maka, gempuran revolusi 4.0 tidak akan menjadi momok bagi keberlangsungan pembelajaran Bahasa Indonesia, melainkan bersanding harmonis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun