Mohon tunggu...
Lis Liseh
Lis Liseh Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker/Pengajar

Apoteker dan Pengajar di Pesantren Nurul Qarnain Jember | Tertarik dengan isu kesehatan, pendidikan dan filsafat | PMII | Fatayat NU. https://www.facebook.com/lis.liseh https://www.instagram.com/lisliseh

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Trouble Maker (Part 11)

30 Maret 2019   12:19 Diperbarui: 30 Maret 2019   12:33 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Urusan yang harus diselesaikan itu, pertama menghancurkan keluarga Rades dan memenjarakan Pak Ryo? Kedua merusak persahabatanku dengan Rinta? Ketiga, Menghancurkan keberadaan Geng TM? Keempat, membantu Ayahmu melampiaskan dendamnya?" kutarik nafas panjang berusaha meredam emosiku yang bersiap meledak. Sementara Radit masih selalu sama, tenang dalam raut mukanya yang datar dan terus menjelaskan alasan dari banyak hal yang aku tuduhkan padanya.

"Aku tidak sejahat itu, Prin. Kalau masalah Rades, itu bukan salah aku, memang fakta kan? Rades dan geng TM memang berkasus sejak dulu. Masalah pemecatan Pak Ryo dan penahanannya, kamu butuh bukti apa? Dia korup itu bukan fitnah, aku cuma ngejalanin kewajiban sebagai warga negara yang baik untuk melaporkan pelanggaran yang terjadi. Jadi bukan salah aku kalau akhirnya mereka mendapatkan balasan dari perbuatan mereka sendiri. Sedang keluargaku, mereka hancurkan dengan kebusukan mereka, sekarang siapa yang jahat, aku atau mereka? Kamu belum tahu saja bagaimana jahatnya Pak Ryo yang sengaja menjebak Ayahku hingga divonis sebagai pengedar Narkoba." Radit melantangkannya dengan kesungguhan, dan aku hanya terdiam karena aku sudah menyerah untuk memahami duduk permasalahan kerumitan keluarga mereka. Cerita apa lagi ini? Mana yang harusnya aku percaya? Apa saat ini nilai kebenaran sudah tidak lagi terkotak pada hitam dan putih? Semua berubah abu-abu dan dapat menjadi hitam atau putih tergantung siapa yang menjelaskan? Ah, kepalaku nyilu. Hatiku lebih nyilu.

"Kalau masalah Rinta, aku memang salah. Aku benar-benar minta maaf. Tidak seharusnya aku memanfaatkan perasaannya demi mensukseskan rencanaku. Bolehkan aku membantumu untuk berbaikan lagi dengan Rinta. Besok ayo kita bersama temui Rinta." Radit mendekat dan memegang tanganku. Hatiku makin nyilu. Perasaan macam apa ini? Ah, Radit...

"Sorry, Dit! Aku tidak bisa nerima kamu lagi." Kulepas tangannya dan melipat kedua tanganku di dada.

"Kenapa?"

"Memang perasaan sayang itu masih ada buat kamu, tapi aku tidak bisa, dengan sikap kamu ke Rinta yang kayak gitu, tidak menutup kemungkinan kamu bakal memperlakukan aku kayak gitu juga. Kamu peluk saat kamu butuh, kamu lempar jika sudah tidak menghasilkan keuntungan."

"Nggak Prin! Tolong beri aku kesempatan."

"Kercayaanku belum lagi pulih, Dit.  Lagi pula aku sudah jadian dengan Rades."

Radit diam. Lama.

"Ya sudah, aku pamit, Prin." Ucapnya beranjak dari duduknya.

Aku hanya  mengangguk mengantar kepergiannya lewat pandangan mataku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun