Mohon tunggu...
Lis Liseh
Lis Liseh Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker/Pengajar

Apoteker dan Pengajar di Pesantren Nurul Qarnain Jember | Tertarik dengan isu kesehatan, pendidikan dan filsafat | PMII | Fatayat NU. https://www.facebook.com/lis.liseh https://www.instagram.com/lisliseh

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seni Mengantisipasi Luka

29 Januari 2019   11:11 Diperbarui: 8 Februari 2019   11:46 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hasil gambar untuk BUNUH DIRI

Pasar memang selalu ramai oleh dagangan dan transaksi, tapi kerumunan kali ini berbeda. Ada yang menahan muntah, ada yang cuma mengelus dada kemudian pergi, ada pula yang memberanikan diri menghampiri onggokan daging berjaket motif hellokity itu untuk merogoh apapun yang dapat ditemuinya.

"Nastiti Daniswara..." teriak seorang tukang becak membacakan nama yang tercantum pada KTP yang ditemukannya.

Tak satupun dikerumunan itu berjawab mengenali seonggok daging berlumur darah tanpa nyawa itu. keadaannya miris sekali, kepalanya hancur, sama sekali sulit mengenali paras wajahnya, tempurung lututnya seolah hendak lepas. Seorang laki-laki berperawakan tinggi besar berkacamata memisahkan diri dari kerumunan dengan airmuka penuh peyesalan, melempar punting rokok yang lalu dinjaknya. Sepertinya ia tidak terkejut jika hidup gadis itu akan berakhir hari ini, hanya saja tak seharusnya si gadis mati dengan cara yang ia nasihatkan.

Malam tadi gadis bernama Nastiti itu masih tenggelam dalam dunia "mungkin" dan "jika". Melambung dalam semesta imajinasinya, kini ia telah menyatu dengan semestanya. Nyatanya, kita tidak pernah benar-benar tahu bagaimana proses berfikir setiap orang terhadap kata-kata yang didengarnya hingga akhirnya mengambil keputusan. 

***

Ah, apa pula aku berfikiran demikian? Mana boleh aku bunuh diri dengan semengenaskan begitu? Aku masih cukup waras untuk lebih memilih melanjutkan hidup seberat apapun.

Segelas susu coklat sudah tandas, sebaiknya aku pulang, tidur dengan pulas bersama hellokitty-ku. Dan esok, bersamaan dengan sinar matahari pertama yang menembus kamarku, aku hanya perlu berkata pada diriku, "Ini adalah hari pertama hidupku". Lalu secara ajaib semua kesah dan resah akan terkuras menjadi kosong tergantikan kepenuhan semangat untuk memulai kehidupan yang baru.

Kurasa besok akan aku mulai dengan menghubungi beberapa kenalan mencari informasi pekerjaan baru. Mungkin akan ada yang menawari pekerjaan yang tidak cocok dengan minat dan keahlianku meski gajinya menarik, akan kuterima saja, tapi mungkin tidak. Aku rasa dihidupku yang baru ini ingin sepenuhnya bebas. Tidak lagi dibelenggu oleh batasan-batasan yang orang lain buat.

Akan kukenakan gaun terbaikku, memoles wajah agar tampil se-ayu mungkin. Dan untuk pertama kalinya aku akan memperhatikan setiap detail tekstur kain, motif dan modelnya, membayangkan ia merajuk sudah lama tak pernah aku pakai. Sementara semua benda yang aku miliki juga tak kalah berebut ingin bicara padaku, tentang kisah awal aku mendapatkannya atau sudah berapa lama mereka menemani hidupku, mereka mengungkapkan setiap detil emosi yang pernah aku alami. 

Mereka mengadu bahwa sudah sekian lama aku abaikan gegara lebih memilih rutinitas pekerjaan yang melelahkan, layaknya robot yang beroperasi sepanjang hari berkejaran dengan deadline tanpa menjiwai hasil produk yang kemudian terkulai lelap dimalam harinya, lalu kembali terbangun sebagai robot di pagi harinya. Kali ini aku akan benar-benar menaruh perhatian pada setiap hal yang sudah lama aku tinggalkan, berusaha berkomunikasi dengan mereka, dengan semesta yang melingkupiku.

Aku akan mengucapkan "assalamu'alaikum" atau "selamat pagi" pada setiap orang yang aku temui. Bukan sekedar sapaan basa-basi saja, tapi menjadi doa dan harapan supaya setiap orang senantiasa bersemangat menjalani hidupnya, tidak sekedar terjebak dalam rutinitasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun