Mohon tunggu...
Lisda Yulia
Lisda Yulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - International Relation Student at Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

A student who has interest in educational issues, likes to socialize and active on activities to gain new experiences. Experienced in volunteer activities or campus organizations related and engaged to education and social.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Xenophobia Terhadap Boygroup Korea Selatan BTS, Bukti Kekalnya Anti-Asian Hate Crimes?

12 Juni 2022   13:45 Diperbarui: 12 Juni 2022   20:42 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah mendengar istilah xenophobia? Apa itu,  mari kita kenali!


Xenophobia, kata ini terdengar elegan namun memiliki pengertian berbanding terbalik, tidak ada tanda-tanda elegan dalam praktiknya. Secara umum, xenophobia diartikan sebagai perasaan ketakutan ekstrem suatu kelompok terhadap kelompok tertentu dan ditunjukkan dengan perlakuan membenci (Fahrudin dkk, 2020). Cambridge Dictionary mengartikan xenophobia sebagai ketidaksukaan atau ketakutan ekstrem terhadap orang asing, adat istiadat, agama, dan lain-lain. Dilain hal, Merriam Webster Dictionary mengartikan xenophobia sebagai ketakutan dan kebencian terhadap orang asing atau pendatang asing, atau apapun hal yang aneh. 

Dewasa ini, xenophobia sering tumpang tindih dengan bentuk prasangka termasuk rasisme, tetapi ada perbedaan penting diantaranya. Rasisme dan bentuk diskriminasi lain berlandaskan karakteristik tertentu, cenderung menyasar perbedaan fisik. Sedangkan xenophobia berakar dari persepsi atas 'kelompok luar yang merupakan orang asing bagi komunitas kelompok' dan berakhir menimbulkan ujaran kebencian (DCEG, 2022). 

Praktik xenophobia dan anti-Asian hate crimes dapat dikatakan saling terkait, karena telah banyak keturunan Asia yang termarginalkan, terkhusus di kawasan Amerika dan Eropa. BTS, boygroup asal Korea Selatan pun pernah menjadi sasaran. Pelantun Dynamite ini pernah mengalaminya ketika mereka membawakan ulang lagu "Fix You" milik Coldplay di acara MTV Unplugged, dan kala itu Matthias Matuschik seorang DJ Radio Bayern 3 berkebangsaan Jerman secara terang-terangan mengaku tidak menyukai pembawaan ulang lagu tersebut, bahkan tak hanya itu, Matthias Matuschik juga memberikan komentar rasis kepada boygroup Korea Selatan tersebut dengan menyatakan BTS layak untuk berlibur ke Korea Utara atas cover yang dilakukan. Lebih lanjut DJ Radio tersebut juga membandingkan BTS dengan Covid-19 yang kini menjadi pandemi di seluruh dunia dan berharap supaya vaksin bisa tersedia dalam waktu dekat (CNN Indonesia, 2021).

Tidak berhenti disitu, BTS lagi-lagi mendapatkan perlakukan xenophobia yang diperoleh dari masyarakat Amerika. Pasca dinominasikan dalam Grammy Awards 2021 dan tidak memenangkannya, Topps, sebuah perusahaan mainan di Amerika membuat Garbage Pail, koleksi kartu komedi ‘SHAMMY Awards’. Dalam koleksi kartu tersebut, terdapat pelesetan beberapa artis dari Grammy 2021. Namun, kartu yang menggambarkan BTS sarat akan anti-Asian hate. Dalam kartu ‘BTS Bruisers’ gambar dibuat dengan wajah anggotanya yang babak belur saat memainkan Whack-A-Mole, dengan piala Grammy sebagai palunya (Pramesti, 2021).

Tentu saja, perlakuan dunia Barat terhadap BTS yang berkebangsaan Asia sontak membuat geram. Terlebih hal ini memang bukan sekali terjadi, praktik xenophobia kerap kali dirasakan oleh keturunan Asia dan BTS hanya menjadi salah satu korbannya. Dampak negatif dari xenophobia telah dirasakan setiap kali seorang Asia ditodong dengan ungkapan 'kembalilah ke negara Anda', atau mengalami retorika kebencian yang digunakan untuk menggambarkan Covid-19 (Hakim 2022Nainggolan, 2021).

Melihat kekalnya xenophobia dan anti-Asian hate tersebut, BTS sempat berbicara atas xenophobia yang mereka terima, dalam unggahan twitter resminya pada 29 Mei 2021 mereka membagikan pandangan atas hal tersebut, tweet tersebut berbunyi

 “Kami menentang diskriminasi rasial. Kami mengutuk kekerasan. Anda, saya dan kita semua memiliki hak untuk dihormati. Kami akan berdiri bersama.” 

Satu tahun setelahnya, BTS juga bertemu Presiden Biden di White house pada 31 Mei 2022 untuk membahas soal inklusivitas dan representasi orang Asia, serta keberagaman, diskrimasi, dan anti-Asian hate crimes. Anggota boygroup Korea Selatan ini juga sempat berbicara dalam pidatonya di White house,

"Kami hancur oleh gelombang kejahatan rasial baru-baru ini termasuk kejahatan rasial Asia-Amerika, untuk menghentikan dan mendukung tujuan tersebut, kami ingin mengambil kesempatan ini untuk menyuarakan diri kami sekali lagi" ujar Jimin. 

Kemudian Suga menambahkan,

"Hanya karena sesuatu berbeda, bukan berarti itu salah. Menurutku, kesetaraan dimulai dengan memeluk dan terbuka pada perbedaan, alih-alih memikirkan benar atau salah."

Masih melekatnya xenophobia dan anti-Asian hate di kawasan Amerika dan Eropa sudah sepatutnya dihilangkan. Sesama manusia yang memiliki hak dan kebebasan, kita seharusnya bisa memperlakukan semuanya sama, terlepas dari etnis, ras, agama, kebangsaan dan lainnya. Urgensi penghapusan xenophobia dan anti-Asian hate crimes perlu terus digalakkan untuk menciptakan perdamaian dunia dan meminimalisir bentrok kepentingan didalamnya. Individu seperti Matuschik dan Topps hanyalah contoh kecil dari masalah global yang berakar pada ketidakpedulian dan sikap tidak bertanggung jawab yang kemudian dibiarkan berlanjut hingga kini. Semoga dengan representasi BTS yang mewakili suara Asia dalam pidatonya di White house, perspektif Barat tentang Asia dapat berubah. Sudah sepatutnya kita sesama orang Asia yang mengalami marginalisasi dan ancaman berdasarkan identitas, etnis, dan penampilan fisik mengutuk segala bentuk prasangka, stigmatisasi atau rasisme melalui kampanye  #StopAsianHate.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun