Mohon tunggu...
Lisda VebiAngelina
Lisda VebiAngelina Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswi Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menulislah kalau mau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tentang Visi yang Belum Tertulis

29 Oktober 2020   23:48 Diperbarui: 29 Oktober 2020   23:50 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saatnya melihat diri untuk menjawab mengapa kamu tidak dapat menciptakan hasil yang kamu inginkan? Karena kamu yang menciptakan kualitas hidup dan mengarahkannya pada hasil yang kamu buat.

Tetapi berbeda jika kamu menyalahkan dengan sesuatu yang tidak kamu sukai atau orang lain dan mencari celah. Ini sangat berbahaya. Kamu bisa saja terpuruk dan fokus pada dendam yang kamu ciptakan sendiri, menumpuk-numpuk alasan lebih banyak. Sehingga Kamu melakukan dua kegagalan tanpa kamu sadari. 

Semakin kamu menyalahkan orang lain, semakin kamu terlihat menyedihkan dan itu menjadi bukti betapa lemahnya dirimu. Jika seperti itu, diam jauh lebih elegan daripada sibuk menghakimi dan mengumbar kesalahan orang lain kemudian lupa bercermin. Satu hal lagi, Ketika kamu menyalahkan orang lain, kamu menyianyiakan kekuatan untuk berubah lebih baik dan membuat rencana baru.

Berusahalah untuk ikhlas, sadar bahwa tak semua hal yang kamu perjuangkan terjawab hari ini. Tidak perlu menyalahkan waktu dan perasaan bahkan orang lain.  

Jika memang itu ingin kamu perjuangkan, upayakanlah sampai akhir. Berhentilah menyalahkan keadaan, kamu harus percaya bahwa Tuhan lebih tahu apa yang kamu butuhkan.

Memangnya kenapa kalau kamu gagal? Apakah ini hal yang memalukan? Memangnya kenapa kalau kamu hari ini menangis? Padahal dongeng kehidupan orang sukses yang diceritakan adalah berkali-kali kegagalannya. 

Kamu tidak merasakan sendiri. Memang tahapannya seperti itu: gagal lalu berhasil. Cara meraihnya dengan terus berproses. Bahkan buku inspiratif The success principles, ditolak lebih dari 130 kali oleh penerbit sampai akhirnya bisa diterbitkan.

Selain itu, visi bukan hanya sebuah lamunan tapi eksekusi sehingga tidak menjadi hayalan bahkan mimpi buruk karena tidak diperjuangkan. Butuh keberanian untuk mewujudkan mimpi. 

Dan visi adalah penentu jalan. Visi yang sesungguhnya bukanlah tulisan teratur berirama sehingga orang terpana. Karena banyak orang yang memiliki visi tetapi tidak memiliki keberanian dalam mengambil tindakan terhadap visi yang dibuatnya.

Darimana datangnya inspirasi, dari visi turun ke kerja keras tanpa henti. Jadilah orang gigih dan bertahan dengan visi yang kamu buat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun