Oleh: Syamsul Yakin dan Lisda Dwi Nasywa (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)
Retorika digunakan dalam dakwah untuk membuat pesannya menarik, informatif, dan persuasif. Retorika adalah seni komunikasi verbal dan nonverbal yang memastikan pesan disampaikan dengan baik, dan membantu menyajikan isi ceramah yang berbobot dengan menggunakan bahasa baku dan berbasis data. Selain itu, retorika membantu membuat pesan dakwah menjadi informatif, persuasif, dan rekreatif, sehingga menjadi mudah diterima dan dipatuhi oleh penonton.Â
Sangat penting untuk mempraktikkan pathos, logos, dan ethos dalam dakwah sesuai dengan konsep retorika Aristoteles. Hal ini meningkatkan kualitas dai dan menghasilkan respons positif dari pendengar. Selain itu, dengan memperkenalkan komunikasi nonverbal melalui perangkat digital, retorika dakwah juga mempertimbangkan pertumbuhan mad'u di internet.
Dalam dakwah, tahapan retorika seperti penemuan, penyusunan, gaya, memori, dan penyampaian sangat penting. Namun, dakwah yang hanya berfokus pada aspek retorika dan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, seperti prestasi politik atau pencapaian ekonomi, tidak boleh dilakukan. Dakwah harus tetap menjadi ibadah dan amanah langit yang bermanfaat bagi orang-orang baik di dunia maupun akhirat.Â
Dalam dakwah, niat yang benar dan keinginan untuk mendapatkan ridha Allah harus menjadi landasan utama. Dakwah dapat kehilangan esensinya jika diubah menjadi retorika semata. Oleh karena itu, sangat penting untuk memahami apa yang membedakan dakwah yang benar-benar menggunakan retorika dari dakwah yang hanya menggunakannya sebagai alat eksploitasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H