Mohon tunggu...
Lisda Dwi Nasywa
Lisda Dwi Nasywa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik UIN Jakarta

Saya memiliki hobi membaca cerita fiksi dan menulis. Dan sampai saat ini, saya masih terus belajar untuk menjadi penulis yang baik.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Adab Retorika dalam Berdakwah

25 Juni 2024   14:07 Diperbarui: 25 Juni 2024   20:51 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Syamsul Yakin dan Lisda Dwi Nasywa (Dosen dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

Retorika dan dakwah secara praktis harus selalu mengedepankan adab. Ini berarti ada hal-hal yang harus dilakukan dan hal-hal yang tidak harus dilakukan. Prinsip-prinsip ini berlaku untuk kedua belah pihak: komunikator (dai dan orator) dan komunikan (audiens dan mad'u). 

Secara umum, adab dalam Islam merujuk pada aturan sopan santun yang diambil dari al-Qur'an dan digunakan untuk membangun komunikasi dialogis. Adab memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada ilmu dalam Islam.

Kesopanan, keramahan, dan kehalusan budi pekerti sangat penting dalam komunikasi Islam (dakwah). Oleh karena itu, bukan hanya hasil yang menjadi perhatian dalam komunikasi Islam, tetapi juga prosesnya. Oleh karena itu, adab memainkan peran yang sangat penting dalam retorika dakwah. 

Adab dan akhlak dalam Islam berbeda. Adab adalah aturan yang memaksa, sementara akhlak adalah tanggapan hati yang spontan, tanpa paksaan. Oleh karena itu, adab lebih tepat digunakan dalam retorika dakwah karena sifatnya yang mengikat. Saat seorang pembicara atau dai berpidato atau berceramah, moral mereka atau respons spontan mereka muncul. Tidak ada aturan agama atau budaya yang menyebabkan hal ini terjadi; sebaliknya, ini adalah hasil dari kepribadian yang sudah terbiasa. Namun demikian, akhlak dapat diajarkan, dipraktikkan, dan dibiasakan.

Secara aksiologis, adab membantu orator dan dai menjadi manusia yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak sesuai dengan situasi. Ini adalah apa yang disebut "ethos" dalam ilmu retorika dan berdampak pada cara orang berbicara. Berdasarkan penjelasan di atas, adab retorika dapat dipahami sebagai berikut: 

  • Pertama, aturan tentang kesopanan, keramahan, dan budi pekerti saat berbicara untuk mengajak orang lain berbuat baik; dalam hal ini, aturan ini ditujukan kepada orator atau dai.
  • Kedua, adab dalam retorika dakwah menekankan pentingnya menjaga diri dari kesalahan saat berdakwah atau berpidato.
  • Ketiga, adab dalam retorika dakwah menunjukkan kualitas dai dan pembicara yang muncul di berbagai jenis media: panggung dan mimbar (media tradisional), radio dan televisi (media konvensional), dan platform media sosial (media baru).

Jika para dai dan orator mengedepankan adab dalam retorika dakwah, mereka akan mendapat pujian dan sanjungan dari netizen. Namun, jika mereka mengabaikannya, mereka akan dicaci dan dimaki. Di dunia internet, respons negatif dari netizen cenderung lebih menyakitkan secara kualitatif maupun kuantitatif. 

Menyampaikan pesan dakwah itu penting, tetapi membuat acara dakwah menjadi informatif, persuasif, dan menghibur juga penting. Yang paling penting, bagaimanapun, adalah mempertahankan kesopanan, keramahan, dan budi pekerti selama prosesnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun