Mohon tunggu...
Lee Sa
Lee Sa Mohon Tunggu... -

Hidup adalah proses belajar yg tak akan pernah berhenti, hingga raga meninggalkan jasadnya...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Mencari Tepi Langit

4 Oktober 2012   13:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1349356905396671086

Seddimi laleng tenriola, wiring na mi bittarae. Hanya satu jalan yang tak bisa kau tempuh, hanya tepian langit!. Saya suka banget kalimat ini. Nyampe hafal diluar kepala, padahal mungkin ini kalimat dalam bahasa Bugis pertama dan satu-satunya yang sy tahu. Membaca buku ini (terutama kalimat di atas) seolah memberikan sy energi baru.

Mencari Tepi Langit. Buku ini ditulis Fauzan Mukrim, seorang jurnalis Trans TV. Dengan note kecil di cover buku. Karena satu dari setiap luka membawamu bertemu cinta. (Really???)

Membaca buku ini, kita akan disajikan petualangan-petulangan di dunia jurnalistik. Yg sy rasa merupakan penggalan pengalaman-pengalaman pribadi si penulis. Dan ini pertama kali sy baca buku yang mengangkat dunia jurnalis sebagai temanya. Asli keren banget! Beda sama novel2 pada umumnya. Di buku ini  kita akan temukan pengetahuan-pengetahuan baru  dan juga fakta-fakta yang akan membuat kita mengerutkan dahi. Mengetahui kehidupan jurnalistik yang kadang bukan tak mungkin penuh ‘cacat’ dengan kesenangannya mencari ‘gambar cantik’ (baca : gambar mayat, korban tragedi, sesuatu yg tragis dan dramatis)

Namun inti dari konflik yang diulas dibuku ini adalah tentang pencarian terhadap seseorang yang menyebut dirinya Tepi Langit.

Namanya Horizon Santi. Selama 22 tahun kehidupannya yang baik-baik saja tiba-tiba terusik dengan kehadiran email dari seseorang yang menyebut dirinya “Tepi Langit”  di hari ulang tahunnya. Mengantarkan rasa ingin tahunya untuk menguak siapa dan dari mana sebenarnya ia berasal. Dibantu Senja yang seorang jurnalis, Santi melakukan pencarian siapa orangtuanya sesungguhnya yang diketahui orang Makassar. Santi berharap Senja bisa membantunya karena dia berasal dari Makassar juga. Santi juga berharap dapat mengetahui siapa “Tepi Langit” karena seolah orang ini tahu siapa Santi. Si Tepi Langit inilah kunci yang bisa menunjukkan identitas Santi yang sesungguhnya.

Namun ada sesuatu yg membingungkan sy. Sebenarnya tokoh center yg ingin ditonjolkan itu siapa? Apakah Santi, Senja atau justru si Wiring Bittarae (Tepi Langit) itu sendiri. Ending yg amat pintar sehingga pembaca harus menyimpulkan sndiri dengan sajian [bukan] epilog yg menggelitik di akhir cerita.  Two thumbs!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun