Mohon tunggu...
Lisa Selvia M.
Lisa Selvia M. Mohon Tunggu... Freelancer - Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Anti makanan tidak enak | Suka ke tempat unik yang dekat-dekat | Emosi kalau nemu hoaks

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penghargaan Foto-Foto Bersejarah Proklamasi Mendur Bersaudara, Memprihatinkan?

10 November 2024   17:28 Diperbarui: 11 November 2024   12:45 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok: Mendur Bersaudara)
(Dok: Mendur Bersaudara)

Om Pierre juga bertanya ke saya apakah sudah pernah melihat foto Kabinet RIS Pertama, Tiga Serangkai, Sam Ratulangi, Kapolri pertama, dan masih banyak tokoh-tokoh sejarah beserta berbagai momen penting lainnya. Selama ini saya lihat dari buku, internet, museum, dan lain-lain. 

Sementara orang-orang sekarang sangat sensitif mengenai hak cipta hasil foto mereka, sampai diberikan tanda air. Sementara perjuangan Mendur bersaudara untuk mendapatkan momen penting ini tidak main-main. Nanti saya ceritakan bagaimana mereka mendapatkan foto-foto Proklamasi yang berhasil dipublikasikan. 

Satu Juta Klise Belum Dicetak

Usut punya usut ternyata masih ada kurang lebih 1 juta klise Mendur bersaudara belum dicetak. Om Frans berkata bahwa klise tersebut masih disimpang di Depok. Saat ini masih menunggu dana beserta tempat pameran yang layak.

Foto-foto yang dipajang sekarang hasil cetakan Ipphos. Iphhos adalah kantor berita foto yang didirikan oleh Alex dan Frans Mendur, info Om Pierre setelah saya menanyakan mengapa di setiap foto terdapat tulisan Iphhos.

Monumen Pers Mendur Bersaudara

Penasaran asal-usul monumen ini, saya mengorek informasi dari Om Pierre. "Monumen didirikan dalam rangka Hari Pers Nasional pada tahun 2013 yang diadakan pada Manado," bukanya. 

Pria berambut perak ini melanjutkan bahwa Monumen Pers Mendur Bersaudara yang sekarang bercat warna emas dan rumah panggung ternyata dibangun atas biaya pribadi Gubernur saat itu, Sinyo Harry Sarundajang. Sedangkan untuk tanah adalah milik keluarga Mendur-Mononimbar.

Melihat kondisi bagian dalam rumah panggung memang memprihatinkan. Sudah banyak kayu yang dimakan rayap. Di bagian depan rumah panggung pun disanggah bambu besar agar tidak roboh. Bagian langit-langit juga terlihat keropos, sementara bagian lantai kayu juga tidak meyakinkan.

Biaya untuk masuk ke monumen ini pun serelanya. Om Pierre mengatakan mereka sangat membutuhkan dana untuk renovasi rumah panggung. Untuk monumen ternyata baru dicat warna emas atas sumbangan Susi Sigar, salah satu Calon Bupati Minahasa saat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun