Sudah pernah mencoba makan daging domba ? Kalau saya memang suka, sayangnya agak sulit untuk menemukan masakan dengan olahan daging domba. Padahal menurut dokter yang menangani penyakit kolesterol kenalan saya, daging domba bagus untuk penderita penyakit ini.Â
Nah, saya jadi bingung. Karena dalam pikiran saya bukannya daging merah itu haram hukumnya untuk dimakan penderita penyakit kolesterol. Langsunglah saya mencari tahu melalui gawai dalam genggaman tangan. Fakta mencengangkan terungkap. Maaf, kok jadi seperti judul klik bait ala-ala media daring tidak bermutu tapi tetap saja saya terjebak.
Daging Domba memang mengandung kolesterol tapi yang baik atau HDL. HDL mempunyai kemampuan untuk menekan dan mencerna lemak, serta melawan kolesterol jahat di dalam tubuh. Pantaslah si pasien disarankan untuk mengkonsumsi daging domba.Â
Baiklah, setelah mengetahui fakta yang menyenangkan bagi penggemar daging tapi penderita kolesterol. Masalah baru muncul. Dimanakah tempat makan yang enak yang menyediakan daging olahan domba yang enak. Bukan enak saja, tapi harga bersahabat di kantong. Wuidih, banyak saja permintaanmu. Sudah bagus diijinkan makan daging merah. Ini minta carikan yang enak dan harga bersahabat.
Sebelumnya, untuk mengkonsumsi daging domba saya biasa makan di daerah Pondok Indah. Di supermarket yang menyediakan fasilitas beli daging bonus dimasak dan bisa dimakan di tempat. Steak domba adalah salah satu menu favorit saya.Â
Memang harga lebih mahal dari daging sapi, tapi memang enak. Satu porsi ditambah kentang tumbuk total harga hampir Rp200.000. Oleh karena harga yang mahal, saya bergantung nasib dari traktiran orang saja. Sehingga hanya hitungan jari pengalaman menikmati olahan daging domba. Di luar itu, saya pernah menemukan olahan domba di pesta pernikahan kenalan di salah dua atau tiga hotel bergengsi Jakarta.
Sate Domba Pak Udin Petot
Tiba-tiba kabar bahagia itu muncul, teman klayaban saya mengajak untuk mencoba olahan sate domba yang berlokasi di Waroong Kebayoran Jakarta Selatan. Namanya Sate Domba Pak Udin Petot. Tempatnya strategis, mudah dicari bagi saya yang lumayan biasa berkeliaran di daerah ini. Tempat parkir untuk roda dua dan empat tersedia. Walau harus parkir susun khusus mobil jika sedang ramai. Tapi tenang saja, ada tukang parkir yang mengatur dan membantu pengunjung memindah kendaraannya jika menghalangi.
Pertama-tama saya penasaran dengan ovennya, ada oven seperti drum besi. Kata pegawai yang sedang memasak. Oven ini dulunya berguna untuk memanggang pizza. Sekarang berubah haluan untuk memanggang dan memanaskan olahan masakan di sini.
Cara mengolah sate dombanya ada dua. Pertama; dibakar oleh mereka. Kedua; bakar sendiri. Kayaknya lebih asyik kalau bakar sendiri, walau di atas batu juga. Kalau kipas-kipas sendiri di oven yang panas membara sampai suhu 300°, saya angkat tangan deh.
Beberapa lama kemudian, datanglah si sate domba dihidangkan di atas batu panas dengan dua rasa, yaitu yang berbumbu dan tidak berbumbu. Lemak yang keluar dari daging menyebabkan letupan-letupan kecil muncul. Berhubung saya jarang masak, jadi tampak ekspresi ketakutan ketika difoto.
Sate yang tidak berbumbu dinamakan Polosnya Kehidupan. Sedangkan yang berbumbu disebut Manis di Bibir. Tinggal pilih sesuai selera masing-masing. Kalau saya lebih suka yang polos, maklum saya 'tuh orangnya polos banget.
Menuju ke teman hidangan sate, yaitu pilihan sambal. Tersedia Sambal Dabu-Dabu (Ini favorit saya), Sambal Matah, Sambal Krenyos dan Sambal Kecap. Selagi dibakar, dipersilahkan untuk mengolesi para sambal.
Sebenarnya apa ya bedanya sate dibakar langsung, dengan yang dibakar di atas batu ? Ternyata menurut Cherish yang adalah satu pemilik Sate Domba Pak Udin Petot ini, jika dibakar menggunakan batu, sari-sari daging yang biasa menetes keluar dan jatuh ketika dibakar biasa tidak akan terjadi.Â
Seandainya ada, itu hanya berupa letupan-letupan kecil. Intinya sari dari daging tetap terjaga istilah perkulinerannya juicy. Daging tentunya empuk karena aturan untuk pengolahan daging domba harus menggunakan domba muda.
Ketika dibakar oleh mereka di oven, sate tetap diletakkan di atas batu. Silahkan cek video You Tube saya untuk melihat prosesnya. Jangan lupa disedekahi "subscribe", "comment" dan berikan "like". Numpang iklan kanal You Tube, heheh.
Mengenai harga satu porsi dengan berat 180 gram, untuk daging saja dihargai Rp60.000. Kalau kamu doyan campur lemak harganya Rp55.000. Nah, menurut saya harga ini murah dibandingkan dengan kualitas yang didapatkan.
Mengenai menu-menu olahan lainnya antara lain Sate Ayam Ngacang, Sate Ayam Nakal, Gulai Domba Menggairahkan, Sop Domba, Nasi Domba Bakar dan Nasi Gultik khas Pak Udin Petot. Semua sudah saya coba kecuali menu terakhir.
Untuk Gulai Domba Menggairahkan sempat saya takut mencicipinya. Karena pengalaman buruk mencoba gulai Kambing, sesudah itu saya tidak sanggup untuk menelannya karena bau daging yang sangat amis. Sejak itu saya tidak pernah menyentuh gulai. Ternyata gulai ini bisa menghilangkan trauma. Santannya tidak terlalu kuat, justru rempah-rempah yang lebih terasa dan dagingnya tidak terasa amis. Walau semilir-semilir tetap masih terasa aroma daging dombanya.
Menu yang saya sangat rekomendasikan selain sate yakni Nasi Domba Bakar. Karena sudah memesan sate plus nasi jadinya untuk menu ini muncul tanpa nasi. Mengenai rasanya, enak-benar. Tapi ada cara trik cara makannya. Seperti makan kerupuk lebih enak pakai kuah. Hal ini berlaku untuk menu ini.Â
Sebelum makanan disuap ke mulut, dicelupkan terlebih dahulu ke kuah yang tersedia. Rasanya manis-manis gurih bawaan mau tambah terus.
Menu ini divanderol Rp25.000. Wow, murahnya. Ternyata target sasaran rumah makan ini memang mahasiswa daerah Jakarta Selatan jadi harganya lebih bersahabat menurut Cherish. Oh ya, sekedar info, harga yang di menu sudah termasuk nasi + gratis refill minuman sepuasnya.
Kalau penasaran atau sekarang sudah menelan air liur berulang-ulang silahkan saja datang langsung. Beralamatkan Jl. Profesor Joko Sutono SH No. 33 Kebayoran Baru, Jakarta selatan. Mereka buka dari jam 10.00-22.00 untuk Senin-Sabtu. Jika hari Minggu jam 08.00-21.00 WIB.
Semoga artikel ini bermanfaat membuat para pembaca lapar. Salam kelayaban makan (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H