Mohon tunggu...
Lisa Selvia M.
Lisa Selvia M. Mohon Tunggu... Freelancer - Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Anti makanan tidak enak | Suka ke tempat unik yang dekat-dekat | Emosi kalau nemu hoaks

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kenyataan di Balik Deklarasi Pemilu Damai

25 Februari 2019   09:44 Diperbarui: 25 Februari 2019   10:10 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemilu (Foto: Kompas.com)

Dari kaum buruh juga tidak mau ketinggalan. Yaitu Buruh Dewan Pimpinan Daerah Serikat Pekerja Nasional (DPD SPN) DKI Jakarta. "Kami siap melaksanakan pemilihan presiden dan pemilihan legislatif tanpa hoaks dan politisasi SARA", ujar Yan Tumijan, yang juga berperan sebagai sekretaris DPD SPN DKI Jakarta. Para buruh juga menolak politik uang lantaran hal tersebut bisa merusak kualitas demokrasi tambahnya.

Yang terakhir saya angkat, karena sudah menghadirinya pada tanggal 17 Februari 2019. Bertempat di Hotel Santika Premiere, Slipi, Jakarta. Deklarasi Pemilu Damai dihadiri oleh 30 penulis. Peran penulis ini penting. Karena ujaran-ujaran kebencian dan intoleransi berawal dari berita.

Masyarakat mencerna dan menggunakannya sebagai peluru perang mereka di media sosial. Nah, yang repotnya kalau ada penulis yang mempunyai hobi menulis hoaks, ujaran kebencian pokoknya semua bertujuan ke arah intoleransi, karena artikel bombastis seperti inilah yang mempunyai nilai jual bagus.

Tingkat keterbacaan menjulang tinggi. Semakin tragis, semakin dicari. Nah, cara memeranginya tentu dengan tulisan juga bukan? Tapi tentunya bukan dengan dengan tulisan receh yang tidak bergizi. Dan di acara deklarasi yang diinisiasi oleh pepnews.com mengajari kami cara melawannya.

Salah satunya agar tidak perlu gunakan judul klik bait yang berlebihan kata Pepih Nugraha (Kang Pepih) yang adalah otak di balik acara ini. Dengan menggunakan kalimat yang tepat tetapi mengandung rahasia.

Kalau saya perhatikan ternyata banyak penulis perempuan yang menghadiri acara ini. Biasanya, perempuan kurang jago dalam menulis artikel politik, mungkin kurang tajinya dalam menulis artikel. Mereka, ehem, kami maksudnya menulis dengan perasaan. Jadi takut menyakiti. Jarang yang 'jleb-jleb langsung ke hati' kasarnya. Tapi justru dalam dunia nyata perkataannya mereka lebih mudah diterima.

Karena batu karang di pantai luluh karena deburan ombak dan hembusan angin, pelan-pelan namun pasti. Tapi kalau soal nyali tidak perlu ditanya. Dari obrolan sesama penulis perempuan, bagaimana mereka diintimidasi dari keluarga sendiri. Sampai-sampai ada kejadian orang tua penulis juga mendapat perlakuan tidak enak dari keluarganya. 

Seringkali mereka membawa-bawa kodrat perempuan. "Jangan menulis yang terlalu mengkritisi orang, Urus anak saja yang benar" kalimat-kalimat yang sering terlontar. Padahal kami bermaksud melawan hoaks, fitnah, memberitakan hal yang benar.

Ternyata perjuangan untuk melawan intoleransi tidaklah mudah. Mengedepankan rasa aman itu sulit, menegakkan yang benar itu perlu perjuangan. Kalimat-kalimat ini adalah sebagian dari deklarasi yang kami ucapkan. Kalau sekedar melafalkannya memang mudah. Tapi untuk melakukannya di dunia nyata sangatlah sulit.

Tapi tekad sudah membulat, mari ciptakan Pemilu Damai untuk kemajuan bangsa Indonesia.

"Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah. Perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri " Ir. Soekarno

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun