Sejarah pertama kali tanaman teh dibudidayakan di Indonesia ternyata dibawa oleh pemerintah Hindia Belanda pada saat itu. Mereka menyebutnya sebagai 'Tee' tapi oleh penduduk setempat penulisannya beserta penyebutannya berubah menjadi 'Teh' sampai saat ini.
Suasana Koningspelin Co., Tea Salon & Galery di daerah Jakarta Pusat. Tepatnya di jalan Bungur Besar. Untuk ke sana saya sarankan kalau membawa kendaraan pribadi roda empat gunakan tempat parkir di departemen store Golden Truly saja karena lahan parkir sangat terbatas. Saya sempat memindahkan sampai dua kali.Â
Untuk mencapai ke tempat ini saja saya tersasar, dengan percaya diri parkir di kantor orang. Setelah masuk ke dalam, baru sadar salah tempat. Tetapi segala halangan untuk mencapai tempat yang sudah beroperasi selama 13 tahun ini langsung terbayar lunas.
Bagaimana awalnya saya bisa menemukan tempat yang seolah-olah terselip di jalan-jalan Jakarta ini? Jadi pertama-tama saya panjatkan terima kasih kepada mesin perambah internet disertai rasa kangen minum teh berkualitas di tempat selain mal. Ditambah masih suasana imlek masih terasa, jadi ingat kebiasaan bangsa Tionghoa akan minum teh.
Hasil kata pencarian saya menampilkan foto unik disertai narasi secukupnya tapi membuat penasaran. Maka dengan semangat saya mengajak salah satu teman saya yang hobinya mendalami ilmu gastronomi.
Bertemulah kami di tempat ini. Di mana hanya kami berdua saja tamunya. Bahkan untuk datang harus reservasi terlebih dahulu. Alhasil kami dilayani secara privat oleh Mas Jo. Begitulah sebutan kami kepadanya. Kami merasa nyaman, bisa puas bertanya ini itu. Apalagi saya, yang tidak mengerti ada begitu banyak macam teh. Maklum, biasa minum teh celup di rumah. Karena ditawari begitu banyak pilihan. Jadilah kami bingung bukan kepayang.
Setelah bertanya kebiasaan minum teh kami. Keputusan bisa diambil. Teman saya, memilih teh spesial khusus dibuat dalam rangka menyambut imlek dengan aroma Peach dan pilihan lainnya Age Puh Erl, teh yang harus melewati masa penyimpanan bertahun-tahun mulai dari 3, 5 terakhir 8 tahun.Â
Sementara saya memilih White Tea, bernama Denpasar Moon asal Bali, yang hanya dipanen setiap 8 bulan sekali menurut Jo. Satunya Matcha, gara-gara penasaran mau melihat bagaimana proses teh bisa berbusa tanpa pakai susu.
Pesanan pertama kami datang, setelah proses memilih-milih yang butuh waktu lama. Maklum, kami bukan ahli teh dan datang hanya sebagai peminum teh.
Kalau teh kedua, namanya juga matcha, tentu rasanya pahit. Seperti yang saya tuliskan sebelumnya. Pesan karena penasaran proses pembuatan. Akibat suka baca komik Jepang, 'kan sering adegan ini.Â
Sempat diajarkan cara mengocok yang benar agar bisa berbuih oleh Jo. Yaitu hanya jari yang bergerak, lengan diam. Namanya baru pemula, masih belum dapat gerakan yang pas. Alhasil saya sibuk melatih gerakan ini dibandingkan menikmati citarasa minuman khas Jepang ini. Oh yah, sekedar info. Buih ini bukan disebabkan adanya campuran susu, tapi memang asli dari teh.
Waktu yang kami habiskan untuk minum teh plus makanan kecil kira-kira hampir dua jam. Menurut saya masih kurang, karena masih banyak hal yang masih saya mau tanyakan ke Mas Jo yang ternyata ikut membantu pembuatan buku berjudul Teh Minuman Bangsa-Bangsa di Dunia karangan Prawoto Indarto.
Hari ini pengetahuan saya bertambah, bisa menemukan teh andalan Indonesia. Mengapa saya bilang andalan? Karena memang hanya tumbuh di bumi Indonesia, dengan karakteristik yang unik. Karena rasa dari teh berpengaruh terhadap berbagai faktor terang Jo. Antara lain tanah, musim, pupuk bahkan sampai dengan tanaman lain yang ada di sekitar teh. Contohnya kalau ada rempah-rempah di sekitarnya maka teh tersebut akan keluar rasa pedas.
Astaga, hal-hal sepele saja menurut saya bisa pengaruh signifikan. Jadi sempat membayangkan apakah rasa teh dekat dengan tanaman cabe atau agak lebih ektrim sekalian Durian mungkin ? Ahaha... Namanya juga berandai-andai yang asal tembak.
Oh ya kalau mau berkunjung ke tempat ini bisa cek websitenya 1teahouse/ untuk mengetahui detailnya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H