Bagi mereka ritual ibadah ini hanya membuang-buang waktu. Tapi perlahan-lahan mereka menerima ajaran ini. Berkat kesabaran Bhiksu Andhanavira. Tetapi tanpa meninggalkan kebiasaan tradisional mereka.
Vihara Lalitavistara telah membina ajaran agama Buddha sejak  Bhiksu Andhanavira membuka kebaktian umum untuk para umat Buddha. Beliau juga menyediakannya altar utama dan ceramah Dharma.Â
Juga melakukan pembukaan umat Buddha yang ada di sekitar Vihara bersama dengan dibentuknya keluarga besar umat Buddha. Vihara Lalitavistara berdiri pada tanggal 20 September 1985.
Segala sesuatu berbau Tionghoa dikekang. Dan kebiasaan penyatuan rumah ibadah ini hanya terjadi di Indonesia. Padahal ada dua agama yang berbeda. Yaitu Buddha dan Kong Hu Cu (Konfusius).Â
Setelah Gus Dur menjadi presiden, barulah perayaan, adat-istiadat bahkan sampai ke kewarganegaraan Tionghoa diperlakukan semestinya.Â
Dan agama ke-enam diresmikan, yaitu Kong Hu Cu. Sekarang bisa terlihat perayaan imlek dirayakan secara besar-besaran tiap tahun di tiap daerah. Bahkan ada yang dijadikan agenda wisata spesial tiap tahunnya.
Sekarang tempat ini lebih dikenal sebagai Wihara Lalitavistara, demikian cerita ini disempurnakan oleh salah satu pemandu wisata Bhinneka, bernama Fanti. Yang sudah membawa kami berkeliling dari Gereja Kristen Jawa Cilincing, Masjid Al-Alam, Wihara Lalitavistara dan terakhir Pura Segara. (***)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H