Mohon tunggu...
Lisa Selvia M.
Lisa Selvia M. Mohon Tunggu... Freelancer - Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Anti makanan tidak enak | Suka ke tempat unik yang dekat-dekat | Emosi kalau nemu hoaks

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Wihara yang Berawal dari Terdamparnya Sebilah Papan Nama Naga

8 Februari 2019   02:02 Diperbarui: 8 Februari 2019   19:03 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi mereka ritual ibadah ini hanya membuang-buang waktu. Tapi perlahan-lahan mereka menerima ajaran ini. Berkat kesabaran Bhiksu Andhanavira. Tetapi tanpa meninggalkan kebiasaan tradisional mereka.

Vihara Lalitavistara telah membina ajaran agama Buddha sejak  Bhiksu Andhanavira membuka kebaktian umum untuk para umat Buddha. Beliau juga menyediakannya altar utama dan ceramah Dharma. 

Juga melakukan pembukaan umat Buddha yang ada di sekitar Vihara bersama dengan dibentuknya keluarga besar umat Buddha. Vihara Lalitavistara berdiri pada tanggal 20 September 1985.

Sedang berada di area Klenteng (sumber Wisata Kreatif Jakarta)
Sedang berada di area Klenteng (sumber Wisata Kreatif Jakarta)
Oh ya saya belum menjelaskan kalau klenteng dan wihara adalah dua tempat ibadah yang berbeda. Mengapa dijadikan satu diakibatkan peraturan orde baru. 

Segala sesuatu berbau Tionghoa dikekang. Dan kebiasaan penyatuan rumah ibadah ini hanya terjadi di Indonesia. Padahal ada dua agama yang berbeda. Yaitu Buddha dan Kong Hu Cu (Konfusius). 

Setelah Gus Dur menjadi presiden, barulah perayaan, adat-istiadat bahkan sampai ke kewarganegaraan Tionghoa diperlakukan semestinya. 

Dan agama ke-enam diresmikan, yaitu Kong Hu Cu. Sekarang bisa terlihat perayaan imlek dirayakan secara besar-besaran tiap tahun di tiap daerah. Bahkan ada yang dijadikan agenda wisata spesial tiap tahunnya.

Sekarang tempat ini lebih dikenal sebagai Wihara Lalitavistara, demikian cerita ini disempurnakan oleh salah satu pemandu wisata Bhinneka, bernama Fanti. Yang sudah membawa kami berkeliling dari Gereja Kristen Jawa Cilincing, Masjid Al-Alam, Wihara Lalitavistara dan terakhir Pura Segara. (***)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun