Mohon tunggu...
Lisa Selvia M.
Lisa Selvia M. Mohon Tunggu... Freelancer - Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Anti makanan tidak enak | Suka ke tempat unik yang dekat-dekat | Emosi kalau nemu hoaks

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Semangat Membangun Toleransi Beragama Melalui Wisata Bhinneka

24 Januari 2019   16:10 Diperbarui: 8 Februari 2019   20:28 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: dokumentasi pribadi penulis
Sumber: dokumentasi pribadi penulis
Setelah diajak berkeliling beberapa tempat ibadah. Peserta diberikan waktu untuk melakukan tanya jawab serta interaksi kepada beberapa pemuka agama yang hadir. Terutama untuk memuaskan rasa penasaran peserta terhadap agama lain, bahkan juga untuk menambah pengetahuan mengenai agama mereka sendiri.

Pada akhir acara, dibagikan lagi kertas. Peserta diminta menuliskan kesan terhadap tur ini dan terlihat cara pandang mereka jadi berubah. Contohnya ada pada salah satu peserta yang memang tidak mempunyai teman yang beragama lain. Latar belakang keluarganya juga sangat beragama yang tertutup. 

Sampai di titik ketika dia melewati bagian depan tempat ibadah lainnya saja merupakan larangan. Setelah mengikuti wisata lintas agama ini, cara pandangnya berubah. Dia mendapat wawasan yang lebih luas sehingga tidak "negatif thinking" terhadap agama lain.

Testimoni peserta usai wisata Bhinneka

Tujuan Wisata Bhinneka

Jadi memang salah satu tujuan Wisata Bhinneka ini diadakan, yaitu untuk menghilangkan prasangka buruk terhadap agama lain dengan kegiatan menyenangkan. Melalui tur berjalan kaki diharapkan keluar testimoni seperti "Ternyata banyak orang Kristen yang baik", atau "Ternyata Mesjid boleh dikunjungi oleh orang Kristen seperti saya ini."

Penyelenggara wisata ini, yaitu Yayasan Khairiyah berharap setelah acara ini usai para peserta menjadi relaks menghadapi agama lain. Menjadi berbeda memang bukan pilihan, tapi, menjadi satu adalah pilihan.

Saya mendadak ingat salah satu quote dari Ir. Soekarno,

"Negara Republik Indonesia ini bukan milik sesuatu golongan, bukan milik sesuatu agama, bukan milik sesuatu suku, bukan milik sesuatu golongan adat-istiadat, tetapi milik kita semua dari Sabang sampai Merauke!"

Kembali lagi kepada debat capres kemarin. Pada bagian akhirnya, terlihat kedua paslon saling berangkulan. Setelah Jokowi lebih dahulu menghampiri usai menggulung lengan kemejanya. 

Sementara di dunia maya (media sosial), warganet pendukung mereka sedang sibuk-sibuknya berdebat dengan menggunakan jempol mereka. Dan tidak jarang di dunia nyata, dua sahabat tidak mau bertegur sapa lagi akibat beda jagoan capres. Bahkan dalam satu keluarga bisa memusuhi anggota keluarga yang mempunyai pilihan berbeda. (***)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun