Komunitas ini biasa mengadakan tur rutin tiap akhir pekan dan sifatnya berbayar. Di mana terdiri dari Wisata Makam & Taman, Wisata Bhinneka (wisata tempat ibadah), Wisata Ceria (khusus anak-anak) dan yang paling sering adalah Wisata Kuliner. Tetapi, untuk Wisata Bhinneka yang dua hari kemarin memang spesial digratiskan.Â
Pada tahun lalu mereka sudah berhasil menyelenggarakan Festival Kebhinekaan di tengah-tengah gelombang antitoleransi atas nama politik. Dalam rangkaian acaranya terdapat Wisata Bhinneka, tapi tahun ini berbeda. Wisata Bhinneka diselenggarakan terlebih dahulu dengan peserta khusus undangan saja.
Wisata Bhinneka
Latar belakang para undangan untuk wisata ini sengaja dicari sekolah beragama. Ini bertujuan agar dibaurkan pada saat tur. Jadi tiap grup yang terdiri dari kurang lebih 20 anak, merupakan gabungan dari tiap sekolah. Untuk sekolah yang mengirimkan guru pendamping lebih dari satu orang juga dipisah agar bersosialisasi juga.
Tur yang diadakan selama 2 hari ini, tiap rute mengunjungi 4 tempat ibadah. Rute Cilincing yang jatuh pada hari pertama, mendatangi Gereja Kristen Jawa, Masjid Al Alam, Vihara Lalitavistara, dan terakhir Pura Segara.Â
Untuk rute hari kedua, dimulai dari Gereja GPIB Immanuel lalu Masjid Istiqlal kemudian Gereja Katedral dan berakhir di Klenteng Sin Tek Bio.Â
Peserta rute Cilincing terdiri dari 4 sekolah yaitu SMK Strada 3, SMK Al Miftayah, SMKN 36 dan SMA Negeri 13 - Jakarta. Untuk peserta rute Pasar Baru adalah SMAK 2 Penabur, SMA Muhammadiyah 16, SMKN 1 Jakarta, UNINDRA, STAN dan SMA Advent 1.
Pada awal tur, dibagikan kertas kepada peserta. Antara lain berisi beberapa pertanyaan sbb
- Apakah kamu mempunyai teman/sahabat beragama lain?
- Pernahkah mengunjungi tempat ibadah penganut agama lain?
- Pernah mengalami pengalaman buruk dengan agama lain atau tidak?
Juga mereka diminta menuliskan anggapan mereka terhadap agama lain. Isi tulisan mereka ini memang menarik. Bagi yang merasa tidak nyaman untuk menuliskan nama asli, mereka dipersilahkan untuk menuliskan inisial saja. Contohnya ada yang menuliskan agama Kristen eksklusif, tapi ada juga yang menuliskan agama Islam eksklusif.Â
Ada juga tulisan yang menceritakan bahwa dia diejek karena agamanya. Ada juga pertanyaan-pertanyaan mengenai agama lain yang kesannya tabu untuk dibicarakan tapi diungkapkan dalam torehan spidol di kertas ini. Contohnya mengenai pro kontra ucapan Selamat Natal dan mengapa umat Islam diharuskan memakan makanan yang berlabel halal.Â
Belum lagi ada yang bertanya "Mengapa cara ibadah agama lain ribet?" Intinya banyak penilaian mereka tentang agama lain buruk. Melihat respon peserta banyak yang tidak menyatakan hal-hal yang normatif, panitia merasa undangan mereka tepat sasaran. Karena berdasarkan sebuah survei yang dirilis Setara Institute di tahun 2017 mengungkapkan bahwa Jakarta adalah kota yang paling rendah tingkat toleransinya, salah satunya karena ekses dari Pilkada DKI.