Mohon tunggu...
Lisa Selvia M.
Lisa Selvia M. Mohon Tunggu... Freelancer - Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Anti makanan tidak enak | Suka ke tempat unik yang dekat-dekat | Emosi kalau nemu hoaks

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Sarinah, Bung Karno, Megawati dan Jokowi

8 Januari 2019   07:48 Diperbarui: 8 Januari 2019   09:33 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto (twitter ICW)

Jakarta saat ini

Berkaca dari Jakarta, kota dirancang menjadi Smart City pada era Jokowi. Entah mengapa sekarang apakah semakin terbang tinggi bagai Elang Bondol lalu ditembak sehingga terhempas ke tanah atau berjalan di tempat bisa juga maju ala Siput atau menjadi Undur-Undur. Silahkan melingkari jawaban yang tepat menurut hati nurani. Dari kawasan Kota Tua yang awalnya sangat bersih dan teratur, tidak ada pedagang asongan, tempat parkir tertata rapih.

Sekarang pedagang asongan merajalela ditambah motor berlomba-lomba nangkring di trotoar, saya sampai harus melipir ke jalan raya. Belum yang baru viral akhir-akhir ini: JPO di Tosari dihancurkan. Bagi yang tidak pernah merasakan menyebrang di jalan Sudirman mungkin tidak apa-apa, tapi karena saya sempat berkantor di bilangan Sudirman merasakan menyebrang menjadi tidak praktis. Harus menunggu lampu merah, belum motor-motor yang menganggap saya adalah sasaran empuk untuk ditabrak.

Ingat, berhati-hatilah ketika menyeberang di Pelican Cross. Memang pada saat ada petugas semua terkendali, tetapi mereka tidak senantiasa ada. Jadi, ingat tetap waspada. Minus lainnya ialah wajib berpanas-panas ria, terkena terik matahari dan kebasahan di kala hujan tiba saat menunggu lampu hijau di sini.

Kalau saya membawa kendaraan roda empat menyebabkan bertambahnya waktu tempuh, karena lampu merah jumlahnya makin banyak. Pada saat kemacetan semakin melanda, saya hanya bisa mengelus dada. Menahan agar saya tidak meluapkan kekesalan dengan menggaruk-garuk plafon mobil, mengapa Jakarta menjadi seperti ini.

PDI-P Pecat Kader Korupsi

Mengenai tahun politik yang sedang hangat-hangatnya saat ini, bahkan cenderung terbakar. Partai PDI-P berkomitmen memodernisasi untuk mendukung antikorupsi. Karena Megawati membuat pernyataan bahwa akan memecat langsung kader yang melakukan korupsi. Hal ini terbukti, pada tanggal (4/01/19) ICW merilis 40 caleg Eks-Napi Korupsi. Dan caleg PDI-P, zonk alias tidak ada caleg dari partai mereka. Komitmen PDI-P benar-benar diterapkan. 

sumber foto (twitter ICW)
sumber foto (twitter ICW)
Sumber artikel : 1 & 2

Artikel ini sudah dimuat di Pepnews.com : link

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun