Mohon tunggu...
Lisa Selvia M.
Lisa Selvia M. Mohon Tunggu... Freelancer - Literasi antara diriku, dirimu, dirinya

Anti makanan tidak enak | Suka ke tempat unik yang dekat-dekat | Emosi kalau nemu hoaks

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Muka-Muka Asing Mementaskan Kesenian Tradisional Indonesia

14 Juli 2018   03:45 Diperbarui: 15 Juli 2018   16:52 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kostum Makassar (dok IG IACS_Kemlu)

Pada malam itu Panggung Teater Besar Taman Ismail Marzuki menjadi saksi hidup. Kami dihibur oleh tari, musik, drama, dan puisi berima tradisional yang dibawakan oleh 72 Sahabat Indonesia dari 44 negara. Jadi ada berbagai warna kulit dan ras yang menjadi bintang panggung pada hari ini. Acara ini begitu semarak, seolah-seolah berkata  bahwa perbedaan itu indah. Segala sesuatu menjadi selaras dengan caranya sendiri.

Walau pun ini tari tradisional, tapi untuk beberapa gerakan mereka menginterpretasikan dengan cara mereka sendiri. Seperti mencampurkan akrobatik tapi tidak meninggalkan kesan tradisionalnya, bahkan menambah kuat cerita yang disampaikan.

Contohnya pada tarian Ramayana, Hanoman tampak melakukan gerakan tari kejang. Entah mengapa, gerakan itu cocok sekali untuk peran tersebut.

Kostum Padang (dok IACS_KEMLU)
Kostum Padang (dok IACS_KEMLU)
Saya sempat takjub dengan kostum-kostumnya. Terutama untuk wanitanya, diperlukan leher yang kuat untuk menanggung berat aksesoris sambil menari-nari. Sementara mereka baru belajar selama 3 bulan.

Kalau saya harus menari-nari dengan aksesoris seberat itu dengan pakaian menari yang tak kalah menantang untuk membatasi saya melakukan setiap gerakan, bisa lain akhir ceritanya. Antara menjadi cerita tragis, karena setelah selesai acara leher saya menjadi kaku bak batu. Atau menghasilkan adegan komedi karena di tengah-tengah pertunjukan jatuh terpeleset.

Kostum Makassar (dok IG IACS_Kemlu)
Kostum Makassar (dok IG IACS_Kemlu)
Oh ya, saya sempat bertanya ke salah satu pimpinan sanggar yang berasal dari KuKar bernama Hariyansa. Ternyata para peserta hanya belajar main musik 2 jam setiap harinya. Itu juga tidak setiap hari.

Takjub mendengar ceritanya, bagaimana bisa membentuk orang yang pada dasarnya tidak bisa bermain alat musik menjadi seperti sekarang ini.

Tahun ini ada 6 daerah yang mewakili keberagaman Indonesia dan daerah tersebut yang menjadi tempat belajar para peserta, yaitu Sanggar Sayu Gringsing Banyuwangi, Sanggar Semaranda Denpasar, Rumah Budaya Rumata Makassar, Yayasan Seni Gubang Kutai Kartanegara, Sanggar Seni, Musik, dan tari Syofyani, Padang serta Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta.

Dok. IACS.KUKAR
Dok. IACS.KUKAR
Beasiswa Seni Budaya Indonesia (BSBI) merupakan kegiatan yang berasal dari Kemenlu RI ini sebenarnya sudah berjalan selama 16 tahun. Dan tema tahun ini, The Colours of Beautiful Indonesia, sekaligus mempresentasikan keindahan Indonesia majemuk. Dipayungi prinsip dasar Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Tema yang menggambarkan payung persahabatan yang tumbuh di antara peserta. Sehingga semangat "toleransi" dan kolaborasi" sebagai jembatan antar bangsa.

dok. iacs_kemlu
dok. iacs_kemlu
Puncak acara adalah hari Rabu, 4 Juli 2018 di TIM. Dengan mementaskan hasil belajar mereka, baik di panggung di mana masing-masing daerah menampilkan 2 karya tarian serta karya seni kriya peserta di pameran antara lain berupa lukisan, aksesoris, keramik dan kerajinan kain celup .

Selesai acara, para peserta BSBI seperti menjadi selebritis, bukan artis. Ditarik ke sana ke mari untuk berfoto bersama kami para penonton yang histeris. (...)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun