Mohon tunggu...
Lisa Ariyani
Lisa Ariyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas PGRI Yogyakarta

Saya suka menyanyi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melodi Kehidupan

4 Januari 2024   10:02 Diperbarui: 4 Januari 2024   10:08 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di tengah kota yang penuh dengan hiruk-pikuk dan gemerlap lampu, hiduplah seorang wanita bernama Dewi. Ia memiliki suara yang indah, meluluhkan hati siapa pun yang mendengarnya. Namun, sayangnya, hidupnya tak seseru melodi yang seringkali mengalun dari bibirnya. Dewi adalah seorang pelajar di salah satu sekolah berbasis kebudayaan. Dewi juga merupakan seorang sinden, seorang penyanyi tradisional Jawa yang menyanyikan tembang-tembang klasik. Namun, di era modern ini, seni tradisional seperti sinden terkadang diabaikan dan dipandang sebelah mata oleh masyarakat yang lebih tertarik pada hiburan masa kini. Sejak kecil, Dewi sudah menunjukkan bakatnya dalam dunia seni. Suaranya yang merdu menjadi daya tarik tersendiri. Namun, ketika ia memutuskan untuk mengejar karier sebagai sinden, orangtuanya ragu.

"pak aku ragu dengan keinginan Dewi yang ingin melanjutkan pendidikannya di seni tradisional." Ujar ibunya kepada bapak Dewi.

"iya buk, tetapi bagaimana lagi. Dewi sudah bersikeras ingin bersekolah disana, kita beri kepercayaan saja padanya. Ikuti saja keinginannya daripada tidak sungguh-sungguh dalam bersekolah" jawab bapak Dewi.

Mereka lebih suka Dewi menempuh jalur pendidikan yang lebih konvensional, yakin bahwa itu akan membawanya pada masa depan yang lebih cerah. Namun, Dewi bersikeras mengikuti passion-nya. Ia melangkah ke dunia seni tradisional dengan harapan bisa mempertahankan warisan budaya nenek moyangnya.


"Dew, apakah kamu benar-benar niat untuk meneruskan pendidikan di sekolah tersebut?". Apalagi dengan melihat latar berlakang sekolah itu." Tanya bapak.

"Tentu, Pak, saya benar-benar ingin melanjutkan pendidikan di sana. Saya tidak mempermasalahkan latar belakang sekolah itu. Meskipun latar belakang sekolah mungkin kurang positif, memang pelajar di dalamnya juga menjadi tidak baik pak? Apakah sebegitu kotor pemikiran orang pak?, Dewi ingin mengejar keinginan Dewi pak." Jawab Dewi.

Meskipun terkadang menerima tatapan sinis dari orang-orang sekitarnya, Dewi tidak pernah menyerah. Sebagai seorang pelajar di sekolah yang bisa di katakan cukup bebas dan keras, Dewi jadi mengerti bahwa hidup dan bejalan di dunia seni tidaklah mudah, apalagi bagi seorang perempuan. Sangatlah rawan akan kejadian-kejadian yang ditakuti terjadi. Tak kerap Dewi mendapatkan kejadian yang cukuo ditakuti olehnya. Kadang itu juga yang membuat dirinya takut untuk melanjutkan pendidikannya di dunia seni.

Di luar masa studynya Dewi juga tampil di panggung pertunjukan seni di sudut-sudut kota. Namun, panggung pertunjukkan seperti wayang, ketoprak dan yang lainnya, tetapi itu sering kali sepi. Penonton lebih memilih hiburan modern daripada seni tradisional yang dianggap kuno. Dewi harus menerima kenyataan bahwa panggungnya tak pernah ramai seperti panggung pertunjukan modern. Dewi mencoba mengubah persepsi masyarakat terhadap seni sinden. Di sekolah, Dewi Bersama teman-temannya membuat video pendek yang memperlihatkan keindahan dan keunikan sinden, lalu membagikannya melalui media sosial. Namun, perjalanan mereka tidak mudah. Meskipun video mereka mendapat respon positif dari beberapa orang, masih banyak yang skeptis. Banyak yang berpendapat bahwa sinden adalah hal masa lalu yang tidak relevan lagi di era modern ini,  bahkan tak jarang orang merendahkan profesi sinden.

Muncul pertanyaan di benak Dewi,

 "apa salahnya sih menjadi seorang sinden?."

Tidak menyerah, Dewi dan temannya melanjutkan upaya mereka. Mereka mengadakan pertunjukan gratis. Dewi juga berbicara dengan anak-anak muda tentang keindahan seni tradisional. Ia berbagi cerita tentang bagaimana tembang-tembang Jawa mencerminkan nilai-nilai kehidupan dan kebijaksanaan. Lama kelamaan, kerja keras mereka mulai membuahkan hasil. Semakin banyak orang yang mulai menghargai seni sinden, dan panggung Dewi tidak lagi sepi. Kritik yang awalnya menghantam Dewi kini berubah menjadi pujian. Ia bukan hanya seorang sinden biasa, ia adalah agen perubahan yang membawa seni tradisional ke dalam pusaran zaman modern. Dewi berhasil membuktikan bahwa seni tradisional tetap relevan di era modern ini. Masyarakat mulai menghargai dan menyadari kekayaan budaya yang terkandung dalam sinden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun