oleh : Depta Maulana
Universitas Islam Negeri Suthan Thaha Saifudin Jambi
Jambi, 28 Juni 2024Â - Dalam era globalisasi yang dituntut untuk bergerak lebih maju disegala bidang baik tekhnologi, budaya, maupun system pemerintahan. Dari segi system pemerintahan sebagian besar pengimplementasianya masih dipegang oleh kaum laki-laki sebagai pemimpin suatu instansi pemerintah. Padahal kalau diberikan kesempatan bagi kaum perempuan mereka juga dapat memberikan hasil yang baik bagi kemajuan suatu negeri. Negara Indonesia masih memiliki budaya bahwa suatu pekerjaan yang berat harus dikerjakan oleh kaum laki-laki dan kaum perempuan hanya boleh mengerjakan pekerjaan yang ringan saja.
Kritik dari kalangan feminis semakin meningkat, dan semakin banyak seminar dan diskusi yang diadakan mengenai peran perempuan diruang publik. Belakangan, tuntutan tersebut meluas ke tuntutan akan keterwakilan perempuan dalam kehidupan politik dan juga dalam ranah laki-laki. Melihat permasalahan ini semakin rumit karena adanya perbedaan perspektif (kelembagaan, budaya, sosio-ekonomi). Perspektif kelembagaan mengenai keterwakilan perempuan mempertimbangkan sistem pemilu, bentuk dan komposisi perempuan dalam partai politik, keterwakilan perempuan di antara calon anggota parlemen, akses perempuan terhadap pemilihan umum, dan kualitas demokrasi suatu negara. Pandangan lain melihat bahwa pada dasarnya keterwakilan perempuan menjadi penting bukan hanya karena soal perbedaan cara pandang, tapi juga menyangkut kehadiran, sehingga 'representasi' adalah harga mati. Selain itu perbedaan antara laki-laki perempuan dalam pemahaman konvensional tidak lagi dipandang sekedar permasalahan ide tetapi juga terkait kehadiran dan representasi.
Seperti halnya dalam pemilihan calon anggota DPRD Kota jambi yang dimana didominasi oleh kaum laki-laki. Dari 45 calon yang terpilih hanya 7 orang calon legislative perempuan yang memenangkan pemilihan ini sisanya diisi oleh pihak laki-laki. Namun ada yang menarik dimana salah satu pemenang yakni Riza Delviarista dari partai NASDEM memperoleh suara sebanyak 3588, sedangkan beliau ini termasuk anak muda yang berani mencalonkan diri sebagai anggota DPRD. Tentunya dengan hasil yang diperoleh ini cukup banyak, ini menandakan bahwa kaum muda perempuan juga mampu membawa visi dan misi perubahan bagi daerahnya, terlepas dari stigma bahwa kaum perempuan tidak layak untuk memimpin, akan tetapi 5 perwakilan telah membuktikan bahwa kaum perempuan juga dapat dipercaya oleh masyarakat ini terbukti dari suara yang diperoleh
Syofni Herawati (3660 Suara)
Hj. Hendriani (3070 Suara)
Dyah Kumalasari (4275 suara)
Riza Delviarista (3588 Suara)
Rr Nully Kurniasih Kawuri (4207 Suara)
Dari data diatas hampir jumlah suara yang didapatkan oleh pemenang pemilu DPRD Kota Jambi dari kaum perempuan diatas sebanyak 3000 suara ini merupakan jumlah yang sangat besar dimana jumlah suara yang diperoleh oleh kaum laki-laki kisaran 1800 keatas.
Dengan adanya contoh diatas diharapkan dapat mengurangi atau menghapus stigma perempuan tidak dapat memimpin, karena kita tidak tahu apabila belum dicoba. Karena untuk mendapatkan perubahan kita harus memerlukan pengorbanan. Kemudian untuk masyarakat Indonesia dimanapun anda berada jika dirasa memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perkembangan bangsa ini jangan ragu dan sungkan untuk menampilkan visi, misi, dan bakat anda didepan public, karena bangsa yang maju adalah bangsa yang warganya bisa menjaga keutuhan negara dan menerima perbedaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H