Desainer adalah seorang perancang, pencipta, atau penerjemah ide menjadi sesuatu yang terlihat. Berbeda dengan seniman murni, desainer bekerja dengan seorang klien. Sering kali klien yang didapat merupakan orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan tentang desain, tetapi idealismenya tinggi. Di saat klien melakukan revisi-revisi, di saat itulah terkadang desainer diharuskan mengalah hingga terpaksa menurunkan selera mereka hanya demi klien yang ngotot.Â
Bukannya ingin menyamaratakan semua klien, tetapi memang ada jenis klien yang "sedikit" keras kepala. Klien-klien tersebut suka bersikeras terhadap ide-ide mereka yang belum tentu membuat karyanya menjadi lebih bagus. Seringkali desainer dibuat pusing, susah tidur, serta stress berkat revisi yang sepertinya tak berujung dan berulang-ulang.Â
Tetapi dari sinilah karakter seorang desainer perlahan-lahan mulai terbentuk. Sesungguhnya prioritas apa yang dipegang oleh para desainer ini sehingga mereka tetap betah melakukan pekerjaannya. Apakah untuk sekedar bekerja dan mendapatkan uang? Apakah untuk mewujudkan cita-cita? Atau karena sungguh-sungguh mencintai dunia desain?
Seorang psikolog bernama Abraham Maslow mengembangkan sebuah teori yang menggambarkan tentang prioritas kebutuhan manusia. Teori Maslow digambarkan sebagai sebuah segitiga dengan lima tingkatan. Tingkatan yang paling bawah adalah prioritas utama dalam hidup manusia dan harus tercukupi sebelum munculnya kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi.Â
Isi ke-lima tingkatan itu adalah Physiological, Safety, Love, Esteem, dan Self-actualization. Physiological yaitu kebutuhan dasar yang menyokong hidup manusia (makanan, air, tempat tinggal, oksigen, dan lain-lain). Safety adalah prioritas kedua setelah kebutuhan fisik, karena manusia akan secara otomatis mencari tempat atau apapun yang sekiranya bisa menjamin keamanan mereka.Â
Setelah merasa aman, manusia akan mencari cara untuk mengatasi kesepian yaitu dengan mendapatkan Kasih Sayang. Selain dicintai, manusia bisa mencintai sesuatu atau seseorang untuk memenuhi kebutuhan ini. Ada dua jenis cinta, yaitu Deficiency (D-Love) dan Being (B-Love). D-Love adalah mencintai sesuatu yang tidak dimiliki, misalnya pernikahan, hubungan spesial, harga diri. D-Love mementingkan cara memperoleh dari pada memberi, sedangkan B-Love merupakan cinta yang tidak berniat memiliki, cinta yang memberi dukungan dan dampak positif bagi orang lain.Â
Tingkat ke empat yaitu Esteem (penghargaan), karena manusia membutuhkan kepercayaan diri agar termotivasi hidup. Kebutuhan ini bisa terpenuhi ketika seseorang mendapatkan pujian, apresiasi, prestasi, status, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan meningkatnya percaya diri. Kebutuhan tingkat terakhir yaitu Self-actualization (aktualisasi diri).Â
Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai kebutuhan seseorang untuk mencapai apa yang ia inginkan, kebutuhan untuk membuktikan dirinya kepada orang lain. Apabila kebutuhan ini tidak tercapai, akan muncul rasa gelisah, tidak tenang, merasa harga diri berkurang, tidak berguna, dan lain-lain.
Setelah menyebarkan kuesioner kepada para desainer, terdapat 45 responden yang sebagian besar berdomisili di Kota Malang. Dari 45 responden, 51,1% berjenis kelamin perempuan dan 48,9% laki-laki. Sebanyak 75,6% berusia 19-22 tahun, 11,1% berusia 23-30 tahun, dan 11,1% berusia 30-40 tahun. Kebanyakan responden telah berkutat di bidang desain selama 3-5 tahun (total 55%), sedangkan ada 15,4% yang berkutat lebih dari 10 tahun. Sebanyak 73,3% dari total responden mempelajari desain dari sekolah atau kuliah, sedangkan sisanya belajar secara otodidak.Â
Dari hasil kuesioner, terbukti bahwa ternyata sebagian besar desainer di Kota Malang memiliki sifat idealis yang cukup tinggi. Hal ini terbukti bahwa 40% dari responden mengaku alasan mereka terjun ke dunia desain adalah karena ingin mewujudkan impian. Selain itu, ada 24% yang mengatakan ingin berguna bagi orang lain dan 8,9% yang mengatakan ingin mendapatkan penghasilan dari mendesain.Â
Walaupun banyak responden yang mengaku bahwa pendapatan mereka kurang dari 1 juta (64,4%), tetapi seluruh responden kompak mengaku mereka menikmati pekerjaan tersebut. Mungkin yang menjadi penyebab pendapatan mereka masih kurang dari 1 juta adalah karena kebanyakan responden masih berkuliah dan menjadikan desainer sebagai pekerjaan sampingan.Â
Ketika ditanya apa alasan utama yang menyebabkan mereka bertahan di dunia desain, sebanyak 53,53% responden mengatakan bahwa mereka bertahan karena suka dan menikmatinya. Selain itu, sebanyak 17,8% responden mengaku bahwa mereka bertahan karena ingin mencari penghasilan dari desain, dan 13,3% berkata mereka ingin mewujudkan impian.
Bila diperhatikan lebih seksama, untuk apa seseorang tetap melakukan sesuatu yang sering membuat mereka pusing, merelakan waktu tidur dan main berkurang, membuat mereka lupa waktu, lupa makan, lupa merawat diri, dan sebagainya. Padahal bagi beberapa orang penghasilan dari hal itu tidak seberapa, bahkan jauh di bawah UMR.Â
Belum lagi ketika sudah bersusah payah menyelesaikan karya pesanan orang, tetapi ternyata si klien melarikan diri dan tidak mau membayar. Dari hasil analisis data di atas dan dihubungkan dengan teori kebutuhan Maslow, bisa disimpulkan bahwa sebagian besar desainer ada di tingkatan terakhir yaitu Self-actualization. Orang-orang yang berada di tingkatan ini memandang desain sebagai sesuatu yang tinggi.
Dengan kata lain, mereka mendesain bukan hanya untuk mencari uang melainkan untuk mengejar passion mereka. Mereka sungguh-sungguh menyukai bidang tersebut, dan mereka ingin melanjutkannya agar bisa mencapai impian. Beberapa responden memang berterus terang bahwa mereka tetap mendesain untuk mencari penghasilan. Tetapi banyak yang berkata bahwa mereka lanjut karena mereka suka, karena itu hobi.Â
Dalam teori Maslow, tingkatan yang paling bawah harus terpenuhi sebelum muncul kebutuhan di tingkatan yang lebih tinggi. Hal itu berarti banyak responden yang telah mencukupi keempat tingkat kebutuhan sebelumnya sehingga mereka membutuhkan Self-actualization. Secara finansial mungkin mereka sudah sepenuhnya tercukupi. Begitu pula dengan rasa aman, cinta kasih, dan penghargaan.Â
Mungkin mereka telah memiliki tempat tinggal, jaminan keamanan, dan sebagainya. Mereka juga memiliki keluarga, teman, dan orang-orang terdekat yang mencintai maupun dicintai. Mereka juga banyak yang merasa bahwa penghargaan atau pujian yang mereka terima sudah cukup sehingga mereka tidak terlalu memerlukan hal tersebut. Sehingga tibalah pada tingkatan terakhir, di mana ada beberapa orang yang merasa bahwa mereka harus memenuhinya agar mereka bisa merasa berguna.
Self-actualization adalah kebutuhan seseorang untuk mencapai apa yang diinginkan, kebutuhan untuk membuktikan dirinya pada orang lain. Bisa dibilang, self-actualization adalah kebutuhan untuk "membuat dirinya menjadi seseorang". Seseorang yang memiliki kemampuan tertentu, seseorang yang memiliki passion terhadap sesuatu, seseorang yang disegani.Â
Maslow mengatakan, apabila seseorang belum memenuhi kebutuhan ini maka dirinya akan merasa gelisah, tidak berguna, harga dirinya berkurang. Mungkin ini ada hubungannya juga dengan karir atau impian yang harus ia kejar, supaya kelak ia bisa menceritakan pekerjaan seperti apakah yang ia lakukan, dan ia bisa bangga karena itu. Dari penjabaran di atas, bisa disimpulkan bahwa banyak desainer-desainer di Kota Malang yang mempunyai idealisme tinggi.Â
Ada sedikit ironi dimana meski hanya berpenghasilan yang tidak seberapa, mereka tetap seratus persen menyukai pekerjaan sebagai desainer dan tetap berkutat di bidang tersebut.Â
Tentu saja hal ini harus diapresiasi karena ini membuktikan bahwa para desainer tersebut tidak menjadikan desain sebagai sebuah keterpaksaan belaka. Seperti yang biasa kita dengar, bekerjalah sesuai hobi dan passion-mu karena dengan begitu pekerjaanmu bisa menjadi menyenangkan. Bila melakukan sesuatu tetapi tidak menyukainya sedikit pun atau hanya karena terpaksa, maka bisa dijamin lama kelamaan kualitas hasilnya akan semakin menurun dan berujung pada hal yang tidak diinginkan.
Daftar Pustaka
 Ina. "Teori Kebutuhan Maslow -- Pengertian -- Konsep". 7 Mei 2018. https://dosenpsikologi.com/teori-kebutuhan-maslow.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H