Mohon tunggu...
Lisa Noor Humaidah
Lisa Noor Humaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat buku dan tulisan

Tertarik pada ilmu sosial, sejarah, sastra dan cerita kehidupan. Bisa juga dijumpai di https://lisanoorhumaidah.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menyambut Endemi Covid-19: Berlibur ke Bali di Masa Kenormalan Baru

4 Oktober 2021   13:41 Diperbarui: 1 November 2021   19:44 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Botol berisi Bensin di Jalan Pratama (Sumber: Koleksi Pribadi) 

Hampir dua tahun tidak terbang ke luar kota karena pandemi. Setelah kondisi memungkinkan dengan kurva data kasus COVID-19 yang semakin landai, minggu lalu saya terbang ke Bali untuk juga mensyukuri hari kelahiran. Kurang lebih seminggu berada di Bali. Proses perjalanan dan terbang secara keseluruhan mudah mengikuti aturan protokol kesehatan yang disyaratkan: dua kali vaksin dan test Antigen yang berlaku 1 x 24 jam. 

Pandemi memang berdampak signifikan bagi Bali yang menggantungkan hidup pada sektor pariwisata. Sopir/driver taxi dari perusahaan transportasi ternama yang mengantarkan ke hotel tujuan dari bandara berbagi kisah tentang pandemi mengubah begitu banyak kehidupan masyarakat Bali. Selama hampir 1,5 tahun si bapak driver ini bekerja serabutan termasuk sebagai buruh aduk semen untuk renovasi rumah. 

Saat ini kondisi berangsur pulih walaupun baru sekitar 25 persen. Bapak driver diminta kembali bekerja dan hanya mendapat giliran masuk 2-3 kali dalam seminggu namun itu cukup memberikan secercah harapan. Pesawat yang saya naiki pulang pergi juga hampir penuh terisi dengan penumpang. Mengukur dari jumlah penerbangan beberapa kali dalam sehari dengan maskapai yang berbeda, menunjukkan tingkat kunjungan yang meningkat.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menginformasikan jumlah turis asing menurun drastis enam kali lipat dari 6.2 juta pada tahun 2019 menjadi hanya 1 juta pada tahun 2020. Sementara data Bank Indonesia melaporkan 92 ribu orang yang bekerja di sektor pariwisata kehilangan pekerjaannya (lihat: The Jakarta Post, 27 September 2021). Terbayang betapa muramnya Bali hampir dua tahun ini.  

Bapak driver sangat berharap berita tentang turis asing terutama dari Australia bisa berlibur dan berkunjung lagi ke Bali mulai bulan depan berjalan sesuai rencana.  

Dan memang demikianlah gambaran nyata di lapangan.

Suasana di daerah Benoa tempat pertama menginap sunyi senyap. Sepanjang Jalan Pratama, Nusa Dua hanya satu dua kendaraan melintas. Banyak hotel di wilayah ini dan terutama di Nusa Dua termasuk pantainya masih tutup.

Begitu pula, menyusuri wilayah Kuta yang biasanya hiruk pikuk juga tak kalah sepi dan lengang. Toko-toko souvenir sebagian besar tutup. Terlihat beberapa toko dengan papan informasi dijual atau alih kontrak. 

Suasana lengang pertokoan di Kuta, Bali (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Suasana lengang pertokoan di Kuta, Bali (Sumber: Koleksi Pribadi) 

Mall/pusat perbelanjaan di area Kuta, Beachwalk shopping center sudah buka tapi tidak begitu ramai pengunjung.  Bertegur sapa dengan Bartender hotel bintang 5 yang dirumahkan dan beralih profesi menjual bensin eceran dan kios kelontong kecil. Botol yang digunakan menggambarkan sejarah dan cerita hidupnya. Ia bercerita sambil tertawa lepas waktu saya bertanya tentang botol-botol yang dialihfungsikan, diisi dengan bensin eceran.

Botol berisi Bensin di Jalan Pratama (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Botol berisi Bensin di Jalan Pratama (Sumber: Koleksi Pribadi) 

Saat ini, hunian hotel yang sudah buka rata-rata terisi 30-50 persen dari total jumlah kamar. Sebagian besar dari warga negara asing yang masih tinggal dan juga pengunjung lokal dari berbagai daerah. Turis asing ada yang mulai datang, namun baru bisa dihitung dengan jari. Staff hotel sudah mulai diminta bekerja kembali namun seperti halnya bapak driver taksi, masih bergiliran. 

Untuk menekan biaya operational, manajer hotel merangkap fungsi sebagai waiter, dan kasir. Bagi mereka yang sebelum pandemi bekerja harian, hampir dipastikan dirumahkan karena memang sedikitnya tamu dan tidak adanya pelayanan.

Suasana murung masih terasa dimana-mana. Namun harapan selalu memercik dari setiap perbincangan. Dan bukan Bali jika kita tidak mendapatkan sambutan hangat dan keramahan paripurna warganya.

Biaya perjalanan

Harga tiket pesawat tidak terlalu banyak turun, tidak seperti penginapan. Untuk hotel bintang 4 yang saya tinggali di daerah Tanjung Benoa, harga berkisar 300-400 ribu rupiah per malam dengan sarapan pagi. Lalu pindah ke hotel bintang 5 di daerah Berawa, Canggu dengan harga berkisar 600-700 ribu dengan sarapan pagi. 

Soal kendaraan, harga sewa motor sangat terjangkau, 70 ribu per hari. Bensin kita tanggung sendiri sesuai kebutuhan.

Demikian juga sewa mobil. Saya menyewa mobil matic tanpa driver melalui aplikasi sewa mobil asal Malaysia yang baru tahun ini mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Harga sungguh ramah di kantong. Karena pengguna baru, untuk pemakaian pertama kali, mereka memberikan promo 199 ribu saja untuk sewa satu hari dengan maksimal jarak tempuh 200 km. Jika lebih, akan dikenai tambahan 1500 rupiah per 1 km. Memilih jenis mobil dengan bensin irit, isi 100 ribu rupiah cukup untuk menempuh jarak perjalanan 200 km lebih. Sewa hari berikutnya dengan harga 319 ribu per hari. Cukup murah bukan?

Kemana saja?

Selain mengunjungi spot dan tempat kuliner menarik di wilayah Selatan seperti menikmati Nasi Bali di wilayah Sanur, jalan menyusuri Pantai Kuta dan Pantai Pandawa di Kabupaten Badung, kali ini dengan teman seperjalanan saya mencoba menelusuri wilayah Utara, ke dataran tinggi Kintamani sampai ke Pura Ulun Danu Beratan.

Masuk Pantai Pandawa (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Masuk Pantai Pandawa (Sumber: Koleksi Pribadi) 

Pantai Pandawa, Kuta Selatan, Kabupaten Badung (Sumber: Koleksi Pribadi)
Pantai Pandawa, Kuta Selatan, Kabupaten Badung (Sumber: Koleksi Pribadi)
Perjalanan ke Kintamani sungguh menyenangkan. Setelah melewati wilayah Ubud dengan banyak pemandangan sawah dan pemukiman penduduk yang asri, kita akan memasuki wilayah berhawa sejuk dengan pohon sejenis meranti menjulang tinggi di sepanjang kanan dan kiri jalan yang dilintasi. Di sela-sela itu hamparan kebun berbagai jenis sayuran: Kubis, Wortel, Labu Siam, Tomat, Kentang, Cabai Keriting dan yang pasti Jeruk Kintamani yang terkenal itu! Sesekali kita akan bertemu dan menyaksikan dari kejauhan hamparan tanaman Pinus rapi berjajar. Juga tidak lupa kebun bunga Gemitir yang terhampar kuning padat siap panen. Tiga kata ini tepat untuk menggambarkan: sejuk, damai, indah.

Kebun Bunga Gemitir ke arah menuju Tabanan, Bali (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Kebun Bunga Gemitir ke arah menuju Tabanan, Bali (Sumber: Koleksi Pribadi) 

Di Kintamani berhenti di cafe TeguKopi di jalan raya Penelokan untuk makan siang dan ngopi sambil menikmati keindahan Gunung Batur yang berdiri anggun di depan mata. Gerimis sempat turun dan kabut menyelimuti sebentar saja. Semilir angin dan sejuknya udara membuat betah berlama-lama.

Pemandangan Gunung Batur dari Cafe Tegukopi (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Pemandangan Gunung Batur dari Cafe Tegukopi (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Soal harga dan rasa makanan: murah, enak dan porsi lebih dari cukup untuk saya. Es Kopi Teguk yang khas itu dengan manis gula aren dan kopi kental lekat terasa cukup 35 ribu rupiah. Begitu juga makanan berkisar 30 sampai 45 ribu satu porsi. Sepadan.

Es Tegukopi. Minuman khas Cafe Tegukopi (Sumber: Koleksi Pribadi)
Es Tegukopi. Minuman khas Cafe Tegukopi (Sumber: Koleksi Pribadi)

Nasi Telur Sambal Matah (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Nasi Telur Sambal Matah (Sumber: Koleksi Pribadi) 

Setelah makan siang, kami menuju Pura Ulun Danu Beratan, pura ikonik di Bali yang terletak kurang lebih 1500 di atas permukaan laut. Nah penting diperhatikan di sini, jika kamu mengandalkan peta, perhatikan alamat yang dituju karena di Kintamani juga terdapat Pura Ulan Danu Batur. Sedangkan Pura Ulun Danu di tepi Danau Beratan berada di Kabupaten Tabanan yang berjarak lebih 50 km dari Kintamani. 

Jadi total jarak yang ditempuh dari Denpasar-Kintamani-Bedugul-Denpasar 200 km lebih. Ini bukan karena banyak mengunjungi objek wisata, namun karena sempat tersesat menjauh dari wilayah Bedugul dari Kintamani. Beruntunglah salah satu dari kami menyadari dan berhenti di salah satu warung kelontong yang kami temui setelah jauh melewati jalan kanan kiri hutan dan jurang. Perempuan muda Bali pemilik warung menyapa ramah menyangka kami sedang mencari lokasi camping. Walaupun ia tidak pernah ke Pura tersebut, ia memastikan kami memang salah arah dan harus putar kembali. Beruntunglah sinyal internet juga sedikit membaik jadi bisa memuat ulang peta dengan lebih baik. 

Di samping warung kelontong membentang kebun Jeruk dengan buah terlihat beberapa telah menguning. Ia bilang tidak bisa memetik langsung karena sang suami, yang sedang keluar, yang biasa lakukan. Kami membeli beberapa bungkus Jeruk yang telah siap dan melanjutkan perjalanan.    

Bukan karena berkilah, selain faktor human error (baca: kesalahan saya membaca titik-titik di peta:-) juga sinyal telekomunikasi lemah mengganggu tingkat kalibrasi peta. Ditambah banyak belokan yang samar dan menjebak. Namun demikian, walaupun beberapa ruas jalan yang dilalui cukup sempit dan berkelok bahkan curam, pemandangan hutan dan kebun sayuran memanjakan mata dan mengurangi penat. Terlebih karena berjumpa dengan hamparan kebun bunga Gemitir. Menepi dan berhenti sejenak untuk mengambil beberapa gambar dengan latar belakang kebun bunga ini. Sudah banyak yang tahu kan? Bunga Gemitir digunakan sebagai bunga persembahan bagi masyarakat Bali. Ia memiliki makna filosofis mendalam tentang kemasyhuran, keindahan, dan juga kehangatan. Tentu ketika ia dipersembahkan, dengan harapan makna itu akan kembali kepada mereka yang berdoa.  

Bunga Gemitir untuk persembahan di Candi Kuning, Tabanan (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Bunga Gemitir untuk persembahan di Candi Kuning, Tabanan (Sumber: Koleksi Pribadi) 

Akhirnya, setelah satu jam dari  lokasi tersesat, tiba lah kami di Pura Ulun Danu Beratan Bedugul.  Sudah jam 5 sore dan Pura tutup pukul 19.00 WIT. Kabut mulai turun tak mengurangi pesona Pura yang didirikan ratusan tahun yang lalu itu. 

Berpose dengan latar Pura Ulun Danu Beratan, Bedugul (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Berpose dengan latar Pura Ulun Danu Beratan, Bedugul (Sumber: Koleksi Pribadi) 

Ternyata ada beberapa pura di lahan yang luas ini. Dan lihatlah Pura Lingga yang menonjol itu, pusat dari segala perhatian. Eksotis, berdiri tegak tak lekang dimakan waktu dan usia. Pura yang ada di uang pecahan 50 ribu rupiah kita. 

Berdasarkan informasi di sini komplek pura ini terdiri dari empat bangunan suci. Lingga Pura berdiri tiga tingkat dan ini tempat untuk menyembah Dewa Siwa. Pura Puncak Mangu berdiri 11 tingkat dan didedikasikan untuk Dewa Wishnu. PuraTeratai Bang adalah pura yang utama dan Pura Dalem Purwa dibangun untuk menyembah Sang Hyang Widhi. Pura ini juga digunakan untuk berdoa atas kesuburan, kemakmuran dan kesehatan. 

Bentuk dan warna bangunan mengikuti kepercayaan Trimurti: tiga warna suci mewakili tiga dewa: merah untuk Brahma sang pencipta. Hitam untuk Wishnu sang penyeimbang dan pelestari/penjaga alam raya dan putih untuk Siwa, perusak.  

Menurut informasi budaya di sini, di Pura Lingga ini terdapat sebuah sumur keramat yang menyimpan Tirta Ulun Danu. Tidak hanya itu, dalam Pura ini juga terdapat lingga yang berwarna putih. Diapit batu hitam dan merah. Arti dari warna-warna tersebut sebagaimana dijelaskan di atas. Pura ini diyakini sebagai sumber utama air dan kesuburan Danau Beratan. Ada dua pemujaan di dalam Pura ini yang menghadap selatan dan satu lagi memiliki empat pintu yang menghadap empat arah mata angin. 

Bukan hanya bangunan yang indah dan penuh pesona namun setiap jengkal dari Pura mengandung makna mendalam tentang kebijakan dan kebajikan menyatu dengan alam semesta atas pemujaan pada yang Agung, Tuhan Yang Maha Esa.

Jika tak terkendala waktu yang terbatas tentu menyenangkan menghabiskan waktu di tempat sejuk ini di tengah taman rapi hijau dengan bunga warna-warni berseri dari Bunga Daisy, Lily oranye dengan corak yang jarang ditemui, Aster pinky dan banyak ragam yang lainnya. Mereka tidak hanya membawa keceriaan namun juga ketenangan. 

Bunga Daisy Kuning (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Bunga Daisy Kuning (Sumber: Koleksi Pribadi) 
 

Bunga sejenis Lily berwarna oranye dengan semu merah kapisa (Sumber: Koleksi Pribadi)
Bunga sejenis Lily berwarna oranye dengan semu merah kapisa (Sumber: Koleksi Pribadi)

Bunga Garden Kosmos. Sejenis Aster (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Bunga Garden Kosmos. Sejenis Aster (Sumber: Koleksi Pribadi) 

Kami kembali ke Denpasar jam 19.00 WIT setelah menghabiskan satu jam di salah satu restaurant di kawasan ini untuk mengisi baterai telefon genggam karena power bank yang dibawa tidak sesuai dengan jenis telefon genggam saya.  Jalan kembali ke Denpasar cukup mudah, tidak serumit dengan banyaknya putaran dan belokan pada saat kami datang. Tinggal jalan lurus mengikuti papan jalan petunjuk arah. 

Perjalanan satu hari itu tentu melelahkan tapi hati gembira. 

Dua Hari Terakhir

Dua hari terakhir di Bali saya habiskan di wilayah Canggu, Pantai Berawa. Ada beberapa pantai di wilayah ini termasuk Pantai Seminyak.

Pantai di wilayah ini juga terkenal dengan pemandangan sunset yang indah. Suasana kontras/jauh berbeda dengan wilayah Pantai Kuta yang masih sepi hampir senyap. Wilayah ini sungguh hidup. Banyak turis asing berlalu lalang. Cafe-cafe terlihat ramai waktu dua malam terakhir melintas. Motor dan mobil berdesak-desakan parkir.  Bahkan macet di beberapa ruas jalan terutama di lampu merah perempatan menuju Canggu. Banyak cafe dan restoran mulai buka dengan ketentuan protokol kesehatan tentu saja. 

Sunset di Pantai Berawa (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Sunset di Pantai Berawa (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Pembangunan hotel/villa baru juga terlihat aktif di beberapa lokasi terutama di pinggir Pantai Berawa. Tampak mengkhawatirkan sebab hampir tak ada jengkal tanah yang tersisa. Di beberapa ruas jalan kita akan jumpai air yang menggenang pertanda saluran pembuangan yang tak lancar.

Pantai-pantai di wilayah ini terkenal di kalangan pecinta surfing/selancar. Banyak terlihat pengendara motor membawa papan selancar dan juga toko-toko yang menyediakan perlengkapan surfing. Secara keseluruhan menyenangkan melihat kehidupan berdenyut lebih kencang dibandingkan wilayah lain di Bali yang telah saya kunjungi.

Pantai Berawa. Foto diambil dari kolam renang hotel (Sumber: Koleksi Pribadi) 
Pantai Berawa. Foto diambil dari kolam renang hotel (Sumber: Koleksi Pribadi) 

Dari perjalanan ini, satu hal yang patut disyukuri pelan-pelan kita bisa menyesuaikan kebiasaan baru. Kampanye tentang pentingnya masker dan vaksin juga masih gencar dilakukan oleh pemerintah daerah Bali melalui radio dan juga di lokasi-lokasi wisata. Menurut data Kementerian Kesehatan, vaksin dosis pertama di Provinsi Bali telah mencapai 98 persen. Tertinggi kedua setelah DKI Jakarta. Lihat datanya di sini. Sebagai wilayah yang menggantungkan kehidupan ekonomi melalui sektor pariwisata hal ini merupakan capaian penting.  Saya sendiri pun merasa aman karena protokol kesehatan diikuti dan diterapkan di mana-mana. Termasuk berlakunya penggunaan aplikasi PeduliLindungi di tempat-tempat umum seperti mall. Walaupun menurut saya tak membantu bahkan cenderung merepotkan.  

Soal aplikasi PeduliLindungi, sebagaimana banyak pengguna yang lain, saya juga mengalami kendala. Beberapa kali data tidak muncul, perlu beberapa saat menunggu atau refresh/memuat ulang. Selain itu, karena vaksin tidak melalui pemerintah Indonesia, status vaksin di aplikasi yang telah disetujui oleh sistem Kementerian Kesehatan sempat berubah dari Hijau menjadi Merah yang berarti kita belum vaksin dan tidak dapat bepergian ke fasilitas publik. Jadi penting mempersiapkan salinan dokumen untuk mengantisipasi hal ini terjadi di masa kenormalan baru ini.

Walaupun pelan, semoga kita bisa menyesuaikan. Bisa bepergian dengan tetap waspada dan berhati-hati. Sebelum pindah ke lokasi terakhir saya juga pastikan terlebih dahulu fasilitas kesehatan terutama klinik dengan laboratorium jejaring pemeriksa COVID-19 dengan status aktif mengisi data pada aplikasi New-all Record (NAR) Kementerian Kesehatan ada dan terjangkau. Jadi memudahkan untuk mengambil test Antigen sebelum terbang kembali ke Jakarta sesuai dengan waktu yang disyaratkan.

Virus Corona tentu saja masih ada namun dengan vaksin setidakmya mengurangi banyak khawatir akan dampak buruknya. Paling tidak pengalaman saya sehat dari dan kembali ke Jakarta. 

Semoga Bali bisa segera hidup kembali. Dan karena selalu layak kembali ke Bali. Bali terbukti sebagai Destinasi Terbaik di Dunia 2021 versi Tripadvisor situs perusahaan perjalanan berbasis di Amerika Serikat (AS) sebagaimana diberitakan di sini. Selain banyak lokasi wisata yang indah dan tak terhitung jumlahnya, dari Bali kita bisa belajar tentang banyak hal dari sejarah, filosofi dan makna kehidupan.  

Cahaya di lorong gelap mulai menunjukan  terang, biarpun belum penuh kita bisa menjaganya agar tak mulai redup apalagi pudar. Kita akan sambut masa Endemi dengan suka cita untuk harapan baru dan melanjutkan semua rencana termasuk perjalanan yang tertunda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun