Sebagian besar manusia penghuni bumi mungkin setuju, tahun 2020 adalah tahun tidak mudah. Bisa dibayangkan jika bekerja, beraktivitas, berinteraksi adalah cara manusia untuk tidak merasa sendiri, merasa berguna, dibutuhkan oleh orang lain dibatasi dengan ketat. Tidak mengejutkan, banyak data dan penelitian yang menunjukkan tingkat stress di masa pandemic meningkat. Salah satunya penelitian ini. Baik mereka yang tinggal sendiri, tinggal bersama ataupun dalam keluarga mengalami situasi yang sama: bosan, stress tinggal diam di rumah/di suatu tempat dalam waktu lama, sekaligus harus mengubah kebiasaan, beban yang bertambah dan terbatasnya cara untuk lepas dari situasi tersebut.
Seorang teman baik bercerita ia mulai ikut situs dating/kencan/jodoh. Ia cukup lama telah bercerai dari suami serta mengasuh beberapa anak yang menginjak remaja. Tidak dipungkiri kebutuhan untuk intimacy menguat pada saat situasi seperti ini. Ini salah satu cara untuk melepas dari situasi stress tersebut. Disamping tentu saja karena bisa dilakukan secara online/daring.
Ternyata ia tidak sendiri. Data yang dirilis oleh aplikasi populer Tinder misalnya menunjukan  aktifitas pengguna meningkat per April 2020. Lihat beritanya di sini. Berlaku juga aplikasi kencan yang lain. Banyak cerita yang menyenangkan dan berhasil.  Tapi juga banyak yang tidak.
Tulisan ini ingin berbagi, tetaplah waspada jika kamu tertarik ikut situs atau aplikasi kencan daring. Beberapa informasi menunjukkan pelecehan, kekerasan seksual melalui media sosial dan aplikasi online selama pandemi juga meningkat. Kekerasan yang pada titik tertentu sulit kita lacak karena berhubungan dengan belantara yang tidak kita kuasai medannya, berhubungan dengan yang maya, bisa jadi tak berjejak, berhubungan dengan akun palsu, dan seterusnya.
Tentang fantasi seksualÂ
Ada sebuah penelitian menarik di Amerika Serikat yang dilakukan oleh Justin Lehmiller tahun 2018 tentang fantasi seksual. Hasil studi  bisa dibaca di sini. Respondennya berjumlah 4,175 warga Amerika dari 50 negara bagian. Rentang usia dari 18 sampai 87 tahun, dengan identitas gender, orientasi seksual, demografi/lokasi dan latar belakang politik yang beragam.
Temuan survey menunjukkan 97 persen orang Amerika dewasa berfantasi seksual. 87 persen melakukannya seminggu sekali. Sebanyak 57 persen paling tidak melakukannya sekali sehari.
Survey ini mengelompokkan tiga kategori fantasi seksual yaitu 1) hubungan seksual dalam group termasuk threesome, 2) hubungan seksual di tempat atau cara yang berbeda, yang tidak lazim dilakukan seperti misalnya di tempat parkir, toilet umum, kantor, dan di tempat keramaian lainnya, 3) fantasi seksual terkait dengan penguasaan dan kontrol atas tubuh pasangan yang dikenal sebagai BDSM (Bondage Discipline Sado-Masochism).
Apakah ini salah? Namanya juga fantasi. Itu tidak berarti sesuatu yang kita akan wujudkan. Tapi bagaimana jika ada kesempatan? Ini semua sangat tergantung kita. Manusia dewasa memiliki kapasitas untuk bertanggung jawab atas semua pilihan tindakan. Kunci mendasar dari hubungan seksual orang dewasa adalah consent atau persetujuan dan kesepakatan dari kedua  belah pihak sebagaimana pernah saya ulas pada tulisan sebelumnya di sini.
Penelitian ini mengungkapkan fantasi ini lahir dari sesuatu yang terlarang, tabu diekspresikan pada kehidupan sehari-hari yang membuat kita bersemangat, ingin tahu yang besar dan bergairah. Bagian sisi lain dari ekspresi kepribadian manusia. Untuk itulah mengapa industry pornography berupa film, layanan sex virtual dan juga offline mendapatkan tempat.
Nah apa hubungannya fantasi seksual dengan aplikasi kencan online?
Teman saya ini bercerita ada 600-an pengguna yang menyukai profilnya. Ia merespon balik (like back) sekitar 10 laki-laki yang sesuai dengan kriteria. Sebagai tambahan, ia mengikuti aplikasi versi berbayar untuk keamanan dan tingkat keakuratan informasi yang diberikan. Dari 10 tersebut, empat laki-laki langsung mengajak berhubungan seksual. Bahkan ada yang sudah bersiap diri dengan tanpa pakaian ketika kamera video dinyalakan. Bagi teman saya, tentu ini sangat mengganggu! Tanpa persetujuan kedua belah pihak. Belum lagi soal status, empat laki-laki tersebut sudah menikah. Menurutnya ia telah memberikan informasi sejelas mungkin dari awal, ia mencari laki-laki single, rentang usia sekian dan untuk hubungan jangka panjang.
Dugaan awal, ini adalah cerminan soal fantasi seksual itu. Sebagaimana diulas oleh penelitian di atas, fantasi seksual juga merupakan bagian cerminan dari budaya masyarakat tersebut. Kita bisa menduga karena seksualitas adalah sesuatu yang tabu, ada berbagai cara yang dicoba untuk memenuhi itu, situs/platform kencan inilah salah satunya. Dan ini yang penting diwaspadai karena sangat rentan terjadi kejahatan dan pelecehan seksual.
Dibalik terbatasnya pembicaraan soal seksualitas di ranah pendidikan kita, semakin terbatas pula cara kita menyikapinya.
Untuk itu, tetap berhati-hati dan waspada jika kamu tertarik mengikuti aplikasi kencan secara daring. Belajar dari pengalaman teman saya dua hal yang paling penting:
Jangan mudah percaya, jangan terburu-buru berharap!Â
Jika baru pertama bersapa kita merasa seperti telah lama mengenal. Jangan segera menaruh percaya. Jika baru pertama berbincang, seperti telah terbangun chemistry/komunikasi nyambung, juga jangan lekas terpesona. Apalagi terburu-buru berharap.Â
Penipuan melalui aplikasi kencan semakin banyak ragamnya. Tidak semua orang punya kesempatan memenangkan undian/lottery. Tipis sangatlah tipis mendekati tidak mungkin. Juga orang yang baru pertama kali kita kenal bukan pangeran yang dikirim atau datang untuk menyelamatkan. Itu hanya di cerita-cerita fiksi.Â
Maksudnya di sini, jika baru beberapa hari berkenalan lalu dijanjikan akan dikirimi sesuatu apapun itu bentuknya, kamu wajib curiga. Kedekatan di awal harus melalui banyak ujian terutama tingkat akurasinya. Modus yang paling sering dipakai terutama jika berhubungan lintas negara, barang akan tertahan di bea cukai lalu penerima diminta untuk mengirim sejumlah uang. Itu sudah jelas penipuan. Titik.
Hal lain yang tidak kalah penting, gunakan logika ketika mencerna setiap informasi yang diberikan. Syarat utama, informasi harus masuk akal. Rajin memastikan dengan mencari informasi tersebut melalui kanal yang kamu yakini kebenarannya. Misalnya soal pekerjaan, kegiatan yang dilakukan, situasi yang dialami, dan seterusnya.
Selalu nyalakan radar waspada untuk mencegah pelecehan dan kejahatan seksual!Â
Agaknya proverb/peribahasa seeing is believing sangat berlaku. Melihat secara langsung adalah titik awal untuk percaya. Teman saya bercerita, ada di saat dimana obrolan sudah enak di awal lalu meningkat untuk melakukan panggilan video, gambar yang tampak tidak sesuai dengan profil yang dipasang. Bahkan mengambil sisi untuk tidak terlihat secara jelas. Jika itu terjadi, segeralah akhiri. Ada beberapa kisah lain yang mengirim gambar pose intim/sexy dan meminta sebaliknya. Jangan lakukan apapun itu alasannya. Hal yang paling penting diingat pelajari dari awal fitur yang tersedia untuk melaporkan dan juga untuk mencari bantuan. Menurut data Hollaback! lebih banyak pengguna internet yang tidak tahu cara dan juga untuk melaporkan jika terjadi kekerasan dan kejahatan seksual secara daring.
Pada akhirnya semua dikembalikan tujuan kita mengikuti aplikasi kencan. Aplikasi kencan cukup populer ditandai dengan banyaknya pengguna karena dipercaya sebagai salah satu cara cukup efektif untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk berinteraksi, berkomunikasi dan bertemu dengan komunitas yang berbeda. Â
Tidak ada yang tahu persis kapan pandemi akan berakhir. Gerak kita mungkin masih akan dibatasi. Komunikasi dan cara bekerja online kemungkinan besar masih akan tetap kita lakukan. Aplikasi kencan ini mungkin akan tetap populer jadi pilihan.
Untuk itu, yang paling terpenting jangan sampai kamu yang bermaksud menghilangkan stress, masuk pada stress dalam bentuk yang berbeda. Semoga tahun baru di masa pandemic ini membuat kita semakin banyak belajar, semakin berhati-hati, tetap sehat dan menemukan sumber-sumber yang membuat bahagia.
Selamat tahun baru 2021!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H