Mohon tunggu...
Lisa Noor Humaidah
Lisa Noor Humaidah Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat buku dan tulisan

Tertarik pada ilmu sosial, sejarah, sastra dan cerita kehidupan. Bisa juga dijumpai di https://lisanoorhumaidah.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beragama dengan Gembira, Selamat Hari Natal

24 Desember 2019   08:15 Diperbarui: 24 Desember 2019   13:07 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hubungan bela raja bukan hanya dikenal di komunitas Alor dan Belagar tapi juga banyak di komunitas di Indonesia Timur termasuk di Maluku yang menggunakan istilah pela gandong. Sebelum tahun 1994, hubungan politik yang stabil dan harmonis antar masyarakat yang berbeda etnis dan agama dipercaya karena hubungan seperti ini.

Namun setelah tahun 1994 situasi berubah demikian cepat, salah satunya di Maluku konflik berbasis agama terjadi tahun 1999 dan juga setelahnya. Faktor penyebabnya memang beragam pada  kebijakan pemerintah terkait imigrasi, tanah yang hilang, perebutan lahan ekonomi dan juga lainnya yang tidak hendak dibahas di sini.

Hasil studi Pak Gomang mengangkat studi kasus atau cerita tentang bagaimana hubungan persaudaraan ini mampu meredam konflik dan mencegah kekerasan lebih lanjut. Salah satunya yang terjadi pada tahun '70-an dimana perkelahian hampir terjadi setiap hari Rabu di kampung pasar Bakalang antara pemuda dari Warselang (kampung Kristen) dan Kolijahi (kampung Muslim).

Untuk menghentikan pertikaian ini, pemimpin adat dua kampung ini setuju untuk mencari penyelesaian dengan melakukan upacara bela raja. Kedua pihak bersumpah di hadapan al-Kitab dan al-Quran berjanji untuk menghentikan perselisihan selamanya dan berjanji untuk saling membantu satu sama lain.

Setelah upacara tersebut, mereka membuat rencana untuk membangun gereja di kampung Warselang bersama-sama yang kemudian selesai tahun 1980. Dari situ hubungan berlangsung harmonis. Pada tahun 1994, masjid di Kolijahi telah berusia dan perlu dibangun kembali. Inisiatif untuk membangun masjid kembali datang dari kampung Warselang. Pada pertemuan untuk mendiskusikan ini, tetua adat dari Warsalelang menyampaikan bahwa kaum muslim di Kolijahi telah membantu kami membangun gereja.

Sekarang giliran kami untuk membangun masjid di Kolijahi. Pada tahun 2002 ketika ada kerusuhan di Kupang dan ada rumor bahwa masjid di Kolijahi akan turut diserang, masyarakat Warsalelang menegaskan, kami yang membangun masjid di Kolijah. Dan kami yang akan membelanya.  

Saya percaya cerita-cerita seperti di atas banyak di daerah-daerah kita yang sangat beragam ini. Penting untuk selalu kita tulis dan tuturkan. Memang sejarah menunjukkan selalu ada urusan politik yang terlibat dalam hubungan agama ini. Namun kita yang menjaga rasionalitas tetaplah beragama dengan gembira, dengan menyebarkan memberi berkat bagi sesama, minimal tidak membuat saudara kita berbalur luka.

Kegembiraan yang saya rasakan ketika menghadiri perayaan Natal saudara-saudara kita umat Kristiani. Dengarlah kidung dan lagu puja puji yang dinyanyikan. Yang terdengar adalah kegembiraan, kepasrahan, harapan dan doa bagi kehidupan yang lebih baik. Saya ingat satu lagu dengan irama riang yang bertema tentang persaudaraan.

Saya lupa judul persisnya. Yang saya ingat, para jemaat dan hadirin menyanyikannya dengan senyum penuh. Lalu kita diminta berdiri, saling salam dan memandang.  Walaupun kita tak saling mengenal, saya merasa seperti tak akan pernah sendiri. Sebab ada saudara kita, sesama manusia lain yang akan menemani dan memastikan bahwa kita di kehidupan yang saling memberikan manfaat dan berkat. Lagu persaudaraan yang sungguh indah dan berkesan.

Selamat merayakan hari Natal saudara, teman, sahabat Kristiani. Selamat merayakan hari yang gembira berkumpul bersama yang tercinta.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun