Beberapa hari lalu saya sempet berbagi opini dan reaksi saya di Twitter saat tahu bahwa Setya Novanto secara terang-terang mendeklarasikan dirinya akan mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
Tentunya saya kaget dan khawatir mendengarnya. Kaget karena ternyata Setya Novanto masih memiliki nyali untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Saya juga khawatir. Khawatir jika nantinya yang terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar adalah Setya Novanto. Saya tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Golkar nantinya.
Ada beberapa alasan yang membuat saya khawatir. Tapi yang membuat saya paling khawatir adalah efek buruk yang nantinya ditimbulkan dari citra negatif yang melekat erat pada Setya Novanto. Saya khawatir hal itu akan menyebabkan Golkar tertular citra negatif tersebut. Lengkapnya bagaimana opini dan kekhawatiran saya jika Setya Novanto menjadi Ketua Umum Partai Golkar boleh dibaca di sini.
Hari ini kekhawatiran saya kian bertambah kala saya membaca salah satu berita yang menyebutkan bahwa DPD I dan II wilayah NTT, Dapil Setya Novanto ternyata sudah membulatkan suara untuk mendukung Ketua Fraksi Partai Golkar ini. Salah satu beritanya bisa dibaca di sini.
Setya Novanto didukung dengan 2 syarat yang diajukan DPD I dan II wilayah NTT yaitu Novanto harus melepaskan jabatannya sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar agar fokus sebagai Ketua Umum Golkar dan harus mengembalikan citra partai yang sebelumnya terpuruk akibat konflik internal.
"Pak Novanto harus fokus untuk mengurus Golkar dan mengembalikan citra partai yang sebelumnya sempat terpuruk akibat konflik internal. Beliau nampaknya menyanggupi.” - Nixon Messakh, Wakil Ketua Bidang Olahraga Golkar DPD I NTT
"Kami harap Pak Novanto tidak merangkap jabatan jika terpilih jadi ketua umum. Dukungan kami sudah bulat ke Pak Novanto, kami sudah tandatangan di atas meterai.” - Alexander, Ketua DPD II Golkar Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT
Tentu saja demi memperoleh dukungan, Setya Novanto mengatakan sanggup memenuhi permintaan tersebut. Tapi apakah benar Setya Novanto bisa mengembalikan citra partai yang sempat terpuruk karena konflik internal? Saya sendiri meragukan kesanggupan tersebut. Bagaimana Setya Novanto sanggup mengembalikan citra partai jika citra dirinya sendiri di mata publik masih sangat negatif? Bukankah lebih baik Setya Novanto memperbaiki citra dirinya terlebih dahulu? Saya rasa kesanggupan Setya Novanto hanyalah jawaban cari aman agar memperoleh dukungan dari pemilih suara di Munaslub.
Alexander juga mengatakan bahwa pengurus Golkar di NTT memiliki kedekatan emosional dengan Setya Novanto. Mungkin alasan kedekatan inilah yang menjadi salah satu alasan mereka mendukung Setya Novanto. Jika benar itu adalah alasannya, bagi saya, maaf, pengurus Golkar di NTT kurang mampu bersikap profesional.
Bukankah seharusnya dalam memilih calon Ketua Umum Partai Golkar didasari dengan terpenuhinya syarat PDLT sesuai yang terdapat dalam AD/ART Partai Golkar? Bukan memilih hanya karena memiliki kedekatan dengan salah satu calon.
Sebaiknya bagi para kader Golkar yang memiliki hak suara di Munaslub nanti, memikirkan secara matang siapa calon yang memenuhi persyaratan sehingga layak dipilih serta mampu memimpin Golkar dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H